Korban Ambruk Saat Hendak Berhubungan Intim
Pria Hidung Belang Tewas Mengenaskan di Tempat Lokalisasi
DENPASAR, NusaBali
Seorang pria hidung belang tewas mengenaskan di tempat lokalisasi kawasan Jalan Gatot Subroto VI Blok R Dalam Denpasar Utara, Sabtu (2/1) siang pukul 14.00 Wita.
Korban I Made Tar, 65, asal Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, tiba-tiba ngorok lalu menuinggal saat hendak berhubungan intim dengan seorang pekerja seks komersial, Su, 41.
Saat menghembuskan napas terakhir, korban Made Tar telungkup di atas tempat tidur dalam kondisi telanjang, di mana kaki ke arah selatan, kepala ke arah utara, tangan kanan lurus ke samping, tangan kiri di atas pantat, dan mulut menganga. Pria berusia 65 tahun ini masih menggunakan masker dilipat di bawah dagu.
Kasubbag Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi, mengungkapkan korban awalnya datang ke tempat lokalisasi itu dengan tujuan untuk sewa jasa PSK di sana. Saat itu, korban dilayani oleh PSK bernama Su. Sebelum masuk kamar, korban dan si PSK sempat saling tawar menawar.
Setelah ada kata sepakat, keduanya kemudian masuk ke dalam kamar untuk berhubungan intim. “Pada saat hendak berhubungan intim, korban tiba-tiba keluar keringat dan seketika jatuh di dada si perempuan PSK,” ungkap Iptu Sukadi saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (3/1).
Begitu terjadi peristiwa naas, si PSK kemudian menginformasikan masalah ini kepada pemilik warung tempat lokalisasi, Bu Tutik. "Selanjutnya, peristiwa itu sampai kepada kepolisian," papar Iptu Sukadi.
Setelah menerima laporan, Unit Inafis Polresta Denpasar langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP, memeriksa dan mengevakuasi korban, serta meminta keterangan saksi-saksi. Selanjutnya, Sabtu sore pukul 16.30 Wita, jenazah korban dievakuasi oleh petugas BPBD Kota Denpasar ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. “Dugaan sementara, korban meninggal karena serangan jantung,” tegas Iptu Sukadi.
Sementara, salah seorang warga di sekitar lokalisasi, Nu, mengatakan sebelum masuk kamar, korban dan PSK lebih dulu tawar menawar. "Saya dapat cerita dari Ayu (nama panggilan PSK bernama Su, Red) yang melayani korban. Katanya, Ayu pasang tarif Rp 100.000, tapi ditawar korban. Akhirnya, mereka hingga sepakat dengan tarif Rp 70.000," cerita Nu, Minggu kemarin.
Dikisahkan, saat masuk ke dalam kamar dan hendak hubungan intim, 'senjata' korban tidak hidup. Oleh si PSK, 'senjata' korban kemudian diolesi pelicin. “Hal itu dilakukan berulang sampai tiga kali, tapi tetap saja 'senjata' korban tidak hidup,” papar Nu.
Meski ‘senjata’-nya tidak hidup, korban tetap memaksa. Menurut Nu, saat itulah korban tiba-tiba terjatuh ke tubuh Su yang berada di posisi bawah. "Pada saat itu, Ayu tanya, ‘Pak kok begini?’ Namun, tidak ada jawaban dari korban. Saat kejadian itu, korban belum sempat bayar," katanya.
Karena ketakutan, si PSK segera pakai baju dan keluar kamar seraya memanggil pengelola lokalisasi. Setelah dicek, dari mulut korban keluar buih dan tangannya kejang-kejang. "Kebanyakan yang datang ke sini biasanya minum obat kuat. Takutnya, bapak itu (korban) juga pakai obat kuat. Karena tak kuat, jantungnya kemudian seperti itu," terang ibu dua anak ini.
Nu mengatakan lokalisasi di mana korban tewas mengenaskan adalah milik banyak orang. Mereka mengontrak tanah, lalu bikin warung dan bisnis esek-esek itu. Di kawasan lokalisasi itu, ada puluhan cewek PSK. Lokalisasi itu setiap hari buka mulai pagi pukul 07.00 Wita sampai dinihari pukul 02.00 Wita.
Selain bisnis esek-esek, kata Nu, di tempat itu juga sering digelar judi bola adil sebelum ada pandemi Covid-19. "Tempat lokalisasi ini sudah lama ada. Saya 4 tahun tinggal di sini, lokalisasi ini sudah ada jauh sebelumnya. Sekarang sudah tidak ada razia lagi dari polisi selama pandemi Covid-19. Sebelum ada Covid-19, tempat ini sering dirazia," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Dudut Rustyadi SpF, mengatakan jenazah korban ‘hubungan intim’ di lokasisasi tiba di RSUP Sanglah, Sabtu sore pukul 16.50 Wita. Dari hasil pemeriksaan luar (PL), kata dr Dudut, sesuai dengan dugaan sementara pihak kepolisian. “Dari PL, tidak ditemukan tanda bekas kekerasan seperti luka-luka,” dr Dudut saat dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin.
Menurut dr Dudut, hingga saat ini jenazah korban masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Forenskik RSUP Sanglah. Rencananya, jenazah korban akan diperiksa lebih lanjut dan dites swab Covid-19, Senin (4/1) ini. *pol,cr74
Saat menghembuskan napas terakhir, korban Made Tar telungkup di atas tempat tidur dalam kondisi telanjang, di mana kaki ke arah selatan, kepala ke arah utara, tangan kanan lurus ke samping, tangan kiri di atas pantat, dan mulut menganga. Pria berusia 65 tahun ini masih menggunakan masker dilipat di bawah dagu.
Kasubbag Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi, mengungkapkan korban awalnya datang ke tempat lokalisasi itu dengan tujuan untuk sewa jasa PSK di sana. Saat itu, korban dilayani oleh PSK bernama Su. Sebelum masuk kamar, korban dan si PSK sempat saling tawar menawar.
Setelah ada kata sepakat, keduanya kemudian masuk ke dalam kamar untuk berhubungan intim. “Pada saat hendak berhubungan intim, korban tiba-tiba keluar keringat dan seketika jatuh di dada si perempuan PSK,” ungkap Iptu Sukadi saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (3/1).
Begitu terjadi peristiwa naas, si PSK kemudian menginformasikan masalah ini kepada pemilik warung tempat lokalisasi, Bu Tutik. "Selanjutnya, peristiwa itu sampai kepada kepolisian," papar Iptu Sukadi.
Setelah menerima laporan, Unit Inafis Polresta Denpasar langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP, memeriksa dan mengevakuasi korban, serta meminta keterangan saksi-saksi. Selanjutnya, Sabtu sore pukul 16.30 Wita, jenazah korban dievakuasi oleh petugas BPBD Kota Denpasar ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. “Dugaan sementara, korban meninggal karena serangan jantung,” tegas Iptu Sukadi.
Sementara, salah seorang warga di sekitar lokalisasi, Nu, mengatakan sebelum masuk kamar, korban dan PSK lebih dulu tawar menawar. "Saya dapat cerita dari Ayu (nama panggilan PSK bernama Su, Red) yang melayani korban. Katanya, Ayu pasang tarif Rp 100.000, tapi ditawar korban. Akhirnya, mereka hingga sepakat dengan tarif Rp 70.000," cerita Nu, Minggu kemarin.
Dikisahkan, saat masuk ke dalam kamar dan hendak hubungan intim, 'senjata' korban tidak hidup. Oleh si PSK, 'senjata' korban kemudian diolesi pelicin. “Hal itu dilakukan berulang sampai tiga kali, tapi tetap saja 'senjata' korban tidak hidup,” papar Nu.
Meski ‘senjata’-nya tidak hidup, korban tetap memaksa. Menurut Nu, saat itulah korban tiba-tiba terjatuh ke tubuh Su yang berada di posisi bawah. "Pada saat itu, Ayu tanya, ‘Pak kok begini?’ Namun, tidak ada jawaban dari korban. Saat kejadian itu, korban belum sempat bayar," katanya.
Karena ketakutan, si PSK segera pakai baju dan keluar kamar seraya memanggil pengelola lokalisasi. Setelah dicek, dari mulut korban keluar buih dan tangannya kejang-kejang. "Kebanyakan yang datang ke sini biasanya minum obat kuat. Takutnya, bapak itu (korban) juga pakai obat kuat. Karena tak kuat, jantungnya kemudian seperti itu," terang ibu dua anak ini.
Nu mengatakan lokalisasi di mana korban tewas mengenaskan adalah milik banyak orang. Mereka mengontrak tanah, lalu bikin warung dan bisnis esek-esek itu. Di kawasan lokalisasi itu, ada puluhan cewek PSK. Lokalisasi itu setiap hari buka mulai pagi pukul 07.00 Wita sampai dinihari pukul 02.00 Wita.
Selain bisnis esek-esek, kata Nu, di tempat itu juga sering digelar judi bola adil sebelum ada pandemi Covid-19. "Tempat lokalisasi ini sudah lama ada. Saya 4 tahun tinggal di sini, lokalisasi ini sudah ada jauh sebelumnya. Sekarang sudah tidak ada razia lagi dari polisi selama pandemi Covid-19. Sebelum ada Covid-19, tempat ini sering dirazia," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Dudut Rustyadi SpF, mengatakan jenazah korban ‘hubungan intim’ di lokasisasi tiba di RSUP Sanglah, Sabtu sore pukul 16.50 Wita. Dari hasil pemeriksaan luar (PL), kata dr Dudut, sesuai dengan dugaan sementara pihak kepolisian. “Dari PL, tidak ditemukan tanda bekas kekerasan seperti luka-luka,” dr Dudut saat dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin.
Menurut dr Dudut, hingga saat ini jenazah korban masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Forenskik RSUP Sanglah. Rencananya, jenazah korban akan diperiksa lebih lanjut dan dites swab Covid-19, Senin (4/1) ini. *pol,cr74
Komentar