Pamit Cari Makan Ternak, Tewas di Kebun
Sungguh malang nasib Nyoman Sudania, 50, warga Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Bujak lapuk berketerbelakangan mental ini ditemukan tewas di kebun sekitar kawasan tempat tinggalnya, Jumat (11/11) pagi.
NEGARA, NusaBali
Sudania merupakan tulang punggung keluarga, ia hanya tinggal bersama ibu kandungnya, Ni Wayan Rening, 70.
Berdasar informasi, sebelum ditemukan tewas di kebun milik salah seorang warga setempat itu, korban yang kesehariannya sebagai buruh serabutan ini sempat menghilang sejak sehari sebelumnya. Tepatnya, korban tidak pulang ke rumahnya, setelah terakhir berpamitan kepada ibunya, Kamis (10/11) siang untuk mencari makanan ternak sapi pekadasan (milik orang lain yang dipeliharanya). “Rutin setiap siang dia mencari pakan sapi. Tetapi tumben tidak pulang sampai besok paginya,” tutur Guru Nyoman Wija, 50, tetangga korban.
Karena tidak pulang hingga pagi kemarin, Wija serta tetangga lainnya, Mudastra langsung melakukan pencarian. Sekitar pukul 08.30 Wita, korban ditemukan tidak bernyawa di kebun milik I Wayan Dana, yang berjarak kurang lebih 400 meter di sebelah barat rumah korban. Temuan itu lanjut dikabarkan kepada aparat desa setempat. Pihak Kepolisian yang menerima laporan itu turun melakukan olah TKP. Dari hasil olah TKP, korban yang mengenakan celana training warna merah serta sepatu boat itu dalam posisi tertelungkup di bawah pohon kelapa setinggi 15 meter.
Korban juga ditemukan masih membawa pisau dan sebuah karung plastik yang biasa dipakai untuk tempat rumput. Pada wajah depan korban, ditemukan mengalami luka robek yang cukup parah. Diduga, tertimpa buah kelapa kering dari pohon di atasnya. Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Yusak A Sooai mengatakan tidak ditemukan tanda-tanda tindakan kriminal semacam pembunuhan. Diduga tertimpa buah kelapa kering dari pohonnya.
Lurah Tegal Cangkring, Ida Bagus Eka Ariawan, mengatakan korban yang hanya tinggal bersama ibunya ini tercatat sebagai warga kurang mampu. Korban memiliki adik perempuan yang telah lama transmigrasi dan kawin ke Sulawesi. “Mereka tinggal berdua saja. Selama ini, korban menjadi tulang punggung keluarga sebagai buruh serabutan," ujarnya. Jenazah korban disemayamkan di rumah salah satu kerabat ibunya yang juga masih berada di Lingkungan Munduk Anyar. Sementara untuk prosesi upakara korban, akan dibantu pihak adat banjar setempat. “Malam ini akan dibicarakan prosesinya, nanti banten seperti apa, dan kapan hari baiknya. Yang jelas, kami akan membantu semampunya,” ujar Ida Bagus Eka. ode
Berdasar informasi, sebelum ditemukan tewas di kebun milik salah seorang warga setempat itu, korban yang kesehariannya sebagai buruh serabutan ini sempat menghilang sejak sehari sebelumnya. Tepatnya, korban tidak pulang ke rumahnya, setelah terakhir berpamitan kepada ibunya, Kamis (10/11) siang untuk mencari makanan ternak sapi pekadasan (milik orang lain yang dipeliharanya). “Rutin setiap siang dia mencari pakan sapi. Tetapi tumben tidak pulang sampai besok paginya,” tutur Guru Nyoman Wija, 50, tetangga korban.
Karena tidak pulang hingga pagi kemarin, Wija serta tetangga lainnya, Mudastra langsung melakukan pencarian. Sekitar pukul 08.30 Wita, korban ditemukan tidak bernyawa di kebun milik I Wayan Dana, yang berjarak kurang lebih 400 meter di sebelah barat rumah korban. Temuan itu lanjut dikabarkan kepada aparat desa setempat. Pihak Kepolisian yang menerima laporan itu turun melakukan olah TKP. Dari hasil olah TKP, korban yang mengenakan celana training warna merah serta sepatu boat itu dalam posisi tertelungkup di bawah pohon kelapa setinggi 15 meter.
Korban juga ditemukan masih membawa pisau dan sebuah karung plastik yang biasa dipakai untuk tempat rumput. Pada wajah depan korban, ditemukan mengalami luka robek yang cukup parah. Diduga, tertimpa buah kelapa kering dari pohon di atasnya. Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Yusak A Sooai mengatakan tidak ditemukan tanda-tanda tindakan kriminal semacam pembunuhan. Diduga tertimpa buah kelapa kering dari pohonnya.
Lurah Tegal Cangkring, Ida Bagus Eka Ariawan, mengatakan korban yang hanya tinggal bersama ibunya ini tercatat sebagai warga kurang mampu. Korban memiliki adik perempuan yang telah lama transmigrasi dan kawin ke Sulawesi. “Mereka tinggal berdua saja. Selama ini, korban menjadi tulang punggung keluarga sebagai buruh serabutan," ujarnya. Jenazah korban disemayamkan di rumah salah satu kerabat ibunya yang juga masih berada di Lingkungan Munduk Anyar. Sementara untuk prosesi upakara korban, akan dibantu pihak adat banjar setempat. “Malam ini akan dibicarakan prosesinya, nanti banten seperti apa, dan kapan hari baiknya. Yang jelas, kami akan membantu semampunya,” ujar Ida Bagus Eka. ode
1
Komentar