Kuliner Tradisional Jadi Daya Tarik Wisata Desa
DENPASAR,NusaBali
Bali memang lebih dikenal dengan keindahan pemandangan alam, beragam bentuk kesenian, mulai dari seni rupa, tari dan kerawitan.
Di pihak lain kuliner Bali juga tak kalah menarik perhatian. Di masa pandemi Covid-19, aneka menu tradisional/lokal justru menjadi ‘andalan’ untuk dijual kepada wisatawan.
Seperti yang dilakukan kalangan pengelola desa wisata. Tidak hanya mengandalkan keunikan pemdangan alam pedesaan, tetapi kuliner khas lokal pedesaan juga diangkat sebagai unggulan.
“Kita pandemi ini membuat kita harus berkreativitas,” ujar I Wayan Sudiantara, pengelola Rumah Desa di Desa Wisata Desa Baru Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Beberapa pengananan atau jajan lokal diangkat dipadukan dengan suasana kehidupan di pedesaaan sebagai paket wisata. Jajan tradisional tersebut diantaranya pulung-pulung ubi, pisang goreng, pisang rai, hingga sambel bejek. “Lumayan mendapat respon,” ujar Sudiantara, Minggu (3/1).
Terutama pada saat puncak liburan Nataru (24/12 -2020) sampai dengan 1 Januari 2021. Kunjungan wisatawan, terutama wisatawan domestik/lokal lumayan ramai. Aneka ragam jajan Bali inilah yang diunggulkan sebagai keragaman produk, desa wisata.
“Saya kira masing-masing punya kekhasan kuliner. Ini juga potensi di saat pandemi Covid-19,” ucap mantan pramuwisata ini.
Malah untuk jenis sambal, sambal bejak (sejenis sambal matah) diminati wisatawan domestik. Tidak hanya dikonsumsi di lokasi wisata ‘Umah Desa’, namun juga meminta membeli sebagai oleh-oleh. Diantaranya ke Surabaya dan beberapa kota lainnya.
Untuk diketahui sambal bejak, kata Sudiantara merupakan salah satu sambal khas Marga,Tabanan. Bahan sambal ini antara lain bunga kecombrang, bawang merah, sere, cabe, jeruk lemo, garam, minyak tanusan. Plus daging ayam atau daging tuna. Sedang untuk vegetarian daging diganti dengan jagung.
“Kami memang memadukan keindahan alam pedesaan dengan produk budaya lokal, termasuk kulinernya,” ujar Sudiantara.
Dia menyebut sejumlah jajan lokal yang terkesanbiasa-biasa, namun tak jarang digemari wisatawan. Apalagi mampu menuturkan asal-usul jajan tradisional tersebut. “Jadi kuliner sekarang memberi nilai lebih pada DTW,” ujar pria yang sebelumnya menggalakan wisata minum kopi ini. *K17
1
Komentar