Wisman Tunggu Bali Masuk Zona Hijau
Terobosan Pemerintah untuk bangkitkan pariwisata belum banyak dirasakan
DENPASAR,NusaBali
Ketua Umum DPP Nawacita Pariwisata Indonesia I Gusti Kade Sutawa tak mau memberi tanggapan soal pemberlakuan perpanjangan hasil test swab di bandara bagi wisatawan/penumpang yang mau masuk ke Bali. Namun demikian, ditegaskan apapun keputusan pemerintah, diharapkan agar mempercepat Bali menjadi zone hijau Covid-19.
Karena lanjut Kade Sutawa, wisatawan (wisman) baru mau akan datang ke Bali, kalau Bali memang sudah aman dari pandemi Covid-19 atau zona hijau.
Kesimpulan tersebut diperoleh dari komunikasi dengan perwakilan atau konsulat beberapa negara asal wisatawan. Antara lain dengan pihak konsulat Tiongkok.
“Silakan pemerintah melakukan hal-hal yang memang dibutuhkan. Namun pemerintah jangan lupa memikirkan aspek ekonomi. Perekonomian masyarakat,” tegasnya.
Keduanya, aspek kesehatan dan ekonomi tegasnya mesti jalan seimbang. Pemerintah jangan hanya fokus pada masalah kesehatan saja. “Pikirkan juga bagaimana strategi pemulihan ekonomi,” lanjutnya.
Gusde Sutawa tidak menampik, kedua aspek, kesehatan dan ekonomi sudah dipikirkan Pemerintah. Tetapi belum banyak yang dirasakan. Antara lain komponen pariwisata masih empot-empotan, banyak yang tinggal di rumah. Banyak yang gajinya tinggal 25 persen, malah ada yang tidak digaji, ada yang alih profesi dan lainnya.
Sebetulnya kata Gusde Sutawa, solusi yang paling sesuai adalah hidup berdampingan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Karena lanjutnya berdasarkan literatur, dengan vaksin pun belum menjamin (bisa dimusnahkan).
“Tetapi harapannya dengan vaksin kan supaya menurun,” ujarnya.
Tetapi apapun itu, Gusde Sutawa mengingatkan agar pemerintah membenahi kedua-duanya; aspek kesehatan dan aspek ekonomi.
Jika ekonomi tidak diperbaiki, juga berpengaruh pada tingkat daya tahan atau imun masyarakat. “Bagaimana imun terjaga kalau stress terus,” tegasnya.
Terpisah Sekretaris DPD HPI I Nyoman Suarma menyatakan bisa memahami keputusan sulit yang dibuat oleh Pemerintah. “Secara general demikian,” ujarnya.
Sebenarnya lanjut Suarma, selaku pelaku pariwisata pihaknya menyayangkan di tengah adanya gejala peningkatan kunjungan ada kebijakan test swab dan PSBB. Kebijakan tersebut tentu berpengaruh terhadap kondisi pariwisata yang sejatinya parah.
Namun apapun itu diharapkan kebijakan sebagai pil pahit yang akan menyembuhkan pariwisata Bali. Dengan catatan pemerintah konsisten melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Jangan sampai penerapan di lapangan justru memunculkan informasi-informasi yang tidak konsisten.
Selaku pelaku pariwisata Suarma menyatakan berharap pariwisata Bali segera pulih. Apalagi dia dan juga para pramuwisata yang tergabung dalam wadah HPI Bali sudah hampir 1 tahun menderita. Tidak ada pekerjaan memandu, maupun pekerjaan lain juga susah mendapatkannya. “Bayangkan sudah hampir 1 tahun kondisinya pariwisata seperti ini,” ujar guide asal Desa Julah, Kecamatan Tejakula Buleleng. *K17
Ketua Umum DPP Nawacita Pariwisata Indonesia I Gusti Kade Sutawa tak mau memberi tanggapan soal pemberlakuan perpanjangan hasil test swab di bandara bagi wisatawan/penumpang yang mau masuk ke Bali. Namun demikian, ditegaskan apapun keputusan pemerintah, diharapkan agar mempercepat Bali menjadi zone hijau Covid-19.
Karena lanjut Kade Sutawa, wisatawan (wisman) baru mau akan datang ke Bali, kalau Bali memang sudah aman dari pandemi Covid-19 atau zona hijau.
Kesimpulan tersebut diperoleh dari komunikasi dengan perwakilan atau konsulat beberapa negara asal wisatawan. Antara lain dengan pihak konsulat Tiongkok.
“Silakan pemerintah melakukan hal-hal yang memang dibutuhkan. Namun pemerintah jangan lupa memikirkan aspek ekonomi. Perekonomian masyarakat,” tegasnya.
Keduanya, aspek kesehatan dan ekonomi tegasnya mesti jalan seimbang. Pemerintah jangan hanya fokus pada masalah kesehatan saja. “Pikirkan juga bagaimana strategi pemulihan ekonomi,” lanjutnya.
Gusde Sutawa tidak menampik, kedua aspek, kesehatan dan ekonomi sudah dipikirkan Pemerintah. Tetapi belum banyak yang dirasakan. Antara lain komponen pariwisata masih empot-empotan, banyak yang tinggal di rumah. Banyak yang gajinya tinggal 25 persen, malah ada yang tidak digaji, ada yang alih profesi dan lainnya.
Sebetulnya kata Gusde Sutawa, solusi yang paling sesuai adalah hidup berdampingan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Karena lanjutnya berdasarkan literatur, dengan vaksin pun belum menjamin (bisa dimusnahkan).
“Tetapi harapannya dengan vaksin kan supaya menurun,” ujarnya.
Tetapi apapun itu, Gusde Sutawa mengingatkan agar pemerintah membenahi kedua-duanya; aspek kesehatan dan aspek ekonomi.
Jika ekonomi tidak diperbaiki, juga berpengaruh pada tingkat daya tahan atau imun masyarakat. “Bagaimana imun terjaga kalau stress terus,” tegasnya.
Terpisah Sekretaris DPD HPI I Nyoman Suarma menyatakan bisa memahami keputusan sulit yang dibuat oleh Pemerintah. “Secara general demikian,” ujarnya.
Sebenarnya lanjut Suarma, selaku pelaku pariwisata pihaknya menyayangkan di tengah adanya gejala peningkatan kunjungan ada kebijakan test swab dan PSBB. Kebijakan tersebut tentu berpengaruh terhadap kondisi pariwisata yang sejatinya parah.
Namun apapun itu diharapkan kebijakan sebagai pil pahit yang akan menyembuhkan pariwisata Bali. Dengan catatan pemerintah konsisten melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Jangan sampai penerapan di lapangan justru memunculkan informasi-informasi yang tidak konsisten.
Selaku pelaku pariwisata Suarma menyatakan berharap pariwisata Bali segera pulih. Apalagi dia dan juga para pramuwisata yang tergabung dalam wadah HPI Bali sudah hampir 1 tahun menderita. Tidak ada pekerjaan memandu, maupun pekerjaan lain juga susah mendapatkannya. “Bayangkan sudah hampir 1 tahun kondisinya pariwisata seperti ini,” ujar guide asal Desa Julah, Kecamatan Tejakula Buleleng. *K17
1
Komentar