Merajan Longsor Timpa Rumah di Baturiti
Dua buah Palinggih Bhatara Hyang Guru dan Palinggih Taksu milik I Nyoman Kartana, 45, warga Banjar Sandan, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, mendadak ambruk pada Jumat (11/11) sekitar pukul 16.00 Wita.
TABANAN, NusaBali
Reruntuhan merajan ini menimpa rumah milik I Made Yasa, 50, hingga mengakibatkan atap beserta plafon rumahnya jebol.
Nyoman Kartana, menyatakan, peristiwa ini terjadi pada Jumat (11/11) sekitar pukul 16.00 Wita. Menurutnya, sejak Kamis (10/11) hingga Jumat (11/11), hujan memang mengguyur daerah di dataran tinggi tersebut. Diduga, peristiwa itu terjadi lantaran tanah yang labil dan terus menerus terguyur hujan. Kartana menuturkan, peristiwa palinggih ambruk diketahui pertama kali oleh tetangganya yang ketika itu sedang berkumpul di sebelah barat rumahnya. Saat itu, sejumlah tetangga yang sedang berkumpul tersebut sudah melihat bangunan palinggih dalam kondisi miring ke timur.
Sontak warga yang melihat kejadian tersebut, berteriak memanggil keluarga Made Yasa agar ke luar dari dalam rumah. Untuk diketahui, rumah Made Yasa posisinya berada di bawah rumah Nyoman Kartana. Hanya hitungan detik, reruntuhan bangunan tembok panyengker dengan panjang sekitar 9 meter ambruk menimpa atap rumah dan atap kamar mandi rumah Made Yasa.
Bahkan setengah Palinggih Bhatara Hyang Guru terlontar ke rumah Made Yasa, dan jatuh menimpa atap Bale Daja serta merusak lantai rumah. “Bangunan merajan saya ambruk ke timur dan menimpa rumah tetangga saya yang posisisnya lebih rendah dari rumah saya,” ungkap Kartana, Minggu (13/11).
Untuk itu pihaknya saat ini masih melakukan pembersihan sebelum membangun kembali merajan, serta mengadakan pecaruan. Sejumlah bangunan yang perlu dibenahi di antaranya panyengker di sebelah selatan dengan panjang 4 meter kondisinya retak. Juga Palinggih Taksu yang saat ini diikat tali karena waktu kejadian sudah miring. “Rasanya saya harus membangun total, karena memang sudah ambruk di bagian timur. Padahal baru dua bulan saya membangun,” imbuh Kartana yang kesehariannya sebagai petani sayur, ini.
Sementara Made Yasa yang rumahnya menjadi korban tertimpa reruntuhan, mengatakan pasrah. Kerugian yang dialaminya lumayan besar. Atap rumah bagian barat hancur dan bolong sampai plafon. Begitu pula lantai rumahnya rusak tertimpa material palinggih. “Atap kamar mandi saya juga rusak, serta tembok kamar mandi retak dengan panjang 2 meter,” tutur Made Yasa.
Saat ini pihaknya belum bisa mengevakuasi, masih menunggu material merajan tersebut dibersihkan. “Saat ini saya pakai terpal untuk menutupi bolong yang ada di atap, agar ketika hujan rumah saya tidak kebanjiran. Untung juga jatuhnya tidak di kamar, hanya di teras,” imbuh Made Yasa. Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita menjelaskan, pihaknya sudah mengecek ke lokasi kejadian. Kerugian diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Tetapi masih dilakukan evaluasi. “Kami sudah data, nanti kami pasti akan bantu mereka, hanya saja masih berproses,” tandas Sucita.
Pihak perbekel dan kelian dinas setempat juga sudah ke lokasi. “Pas waktu kejadian sudah difoto-foto rumah saya dan rumah tetangga saya,” kata Made Yasa. cr61q
Nyoman Kartana, menyatakan, peristiwa ini terjadi pada Jumat (11/11) sekitar pukul 16.00 Wita. Menurutnya, sejak Kamis (10/11) hingga Jumat (11/11), hujan memang mengguyur daerah di dataran tinggi tersebut. Diduga, peristiwa itu terjadi lantaran tanah yang labil dan terus menerus terguyur hujan. Kartana menuturkan, peristiwa palinggih ambruk diketahui pertama kali oleh tetangganya yang ketika itu sedang berkumpul di sebelah barat rumahnya. Saat itu, sejumlah tetangga yang sedang berkumpul tersebut sudah melihat bangunan palinggih dalam kondisi miring ke timur.
Sontak warga yang melihat kejadian tersebut, berteriak memanggil keluarga Made Yasa agar ke luar dari dalam rumah. Untuk diketahui, rumah Made Yasa posisinya berada di bawah rumah Nyoman Kartana. Hanya hitungan detik, reruntuhan bangunan tembok panyengker dengan panjang sekitar 9 meter ambruk menimpa atap rumah dan atap kamar mandi rumah Made Yasa.
Bahkan setengah Palinggih Bhatara Hyang Guru terlontar ke rumah Made Yasa, dan jatuh menimpa atap Bale Daja serta merusak lantai rumah. “Bangunan merajan saya ambruk ke timur dan menimpa rumah tetangga saya yang posisisnya lebih rendah dari rumah saya,” ungkap Kartana, Minggu (13/11).
Untuk itu pihaknya saat ini masih melakukan pembersihan sebelum membangun kembali merajan, serta mengadakan pecaruan. Sejumlah bangunan yang perlu dibenahi di antaranya panyengker di sebelah selatan dengan panjang 4 meter kondisinya retak. Juga Palinggih Taksu yang saat ini diikat tali karena waktu kejadian sudah miring. “Rasanya saya harus membangun total, karena memang sudah ambruk di bagian timur. Padahal baru dua bulan saya membangun,” imbuh Kartana yang kesehariannya sebagai petani sayur, ini.
Sementara Made Yasa yang rumahnya menjadi korban tertimpa reruntuhan, mengatakan pasrah. Kerugian yang dialaminya lumayan besar. Atap rumah bagian barat hancur dan bolong sampai plafon. Begitu pula lantai rumahnya rusak tertimpa material palinggih. “Atap kamar mandi saya juga rusak, serta tembok kamar mandi retak dengan panjang 2 meter,” tutur Made Yasa.
Saat ini pihaknya belum bisa mengevakuasi, masih menunggu material merajan tersebut dibersihkan. “Saat ini saya pakai terpal untuk menutupi bolong yang ada di atap, agar ketika hujan rumah saya tidak kebanjiran. Untung juga jatuhnya tidak di kamar, hanya di teras,” imbuh Made Yasa. Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita menjelaskan, pihaknya sudah mengecek ke lokasi kejadian. Kerugian diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Tetapi masih dilakukan evaluasi. “Kami sudah data, nanti kami pasti akan bantu mereka, hanya saja masih berproses,” tandas Sucita.
Pihak perbekel dan kelian dinas setempat juga sudah ke lokasi. “Pas waktu kejadian sudah difoto-foto rumah saya dan rumah tetangga saya,” kata Made Yasa. cr61q
1
Komentar