Proyek Senderan Longsor, 1 Tewas, 2 Selamat
Musibah Maut Saat Penggarapan Senderan di Desa Kelusa-Payangan
Korban Wayan Lebih tewas setelah seluruh tubuhnya tertimbun, sementara Wayan Balik dan Nyoman Cakra selamat karena tertimbun seleher
GIANYAR, NusaBali
Bencana longsor terjadi saat aktivitas pengerjaan senderan di Banjar Peliatan, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar, Kamis (14/1) siang pukul 13.00 Wita. Tebing setinggi 7 meter mendadak longsor hingga menimbun 3 pekerja yang berada di bawahnya. Dalam musibah, satu pekerja tewas mengenaskan, sementara dua korban lagi berhasil selamat dari maut.
Korban tewas dalam bencana longsor proyek senderan di lahan milik keluarga Ngurah Darmadi, Kamis siang, adalah I Wayan Lebih, 60, pekerja bangunan asal Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar. Korban tewas karena seluruh tubuhnya tertimbun material longsor dan baru bisa dievakuasi setelah pencarian selama 30 menit.
Sedangkan dua korban selamat, masing-masing I Wayan Balik, 45 (buruh bangunan asal Banjar Batuan Kaler, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar) dan I Nyoman Cakra, 47 (buruh asal Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar). Keduanya selamat dari maut, setelah tubuhnya sempat tertimbun material longsor hingga setinggi leher. Mereka berhasil selamat karena dengan cepat ditolong oleh para pekerja lainnya.
Kapolsek Payangan, AKP I Made Tama, mengatakan awalnya ada 12 pekerja yang bekerja di proyek senderan milik bule yang berlokasi di lahan keluarga Ngurah Darmadi tersebut, Kamis kemarin. Siang sekitar pukul 12.00 Wita, mereka istirahat di sekitar proyek senderan yang tengah digarap.
Setelah istirahat 1 jam, sekitar pukul 13.00 Wita para buruh proyek hendak melanjutkan kerja. Saat itulah tebing setinggi 7 meter yang sedang dibuatkan senderan di bawahnya, mendadak longsor. Naas, 3 pekerja langsung tertimbun material longsor, sementara 9 pekerja lainnya masih sempat berlari ke tempat aman, sehingga selamat dari amuk material.
Menurut AKP Made Tama, tiga pekerja yang tertimbun material longsor adalah I Wayan Lebih, I Wayan Balik, dan I Nyoman Cakra. "Dua dari tiga orang itu, yakni I Wayan Balik dan I Nyoman Cakra, berhasil diselamatkan rekan-rekannya. Mereka tertimbun sebatas leher, hingga bisa dievakuasi para pekerja lainnya,” terang AKP Made Tama.
Sebaliknya, korban Wayan Lebih tewas mengenaskan dalam musibah longsor di areal proyek senderan ini, karena seluruh tubuhnya tertimbun material. Pekerja berusia 60 tahun ini baru berhasil dievakuasi setelah alat berat diterjunkan ke lokasi untuk menyingkirkan material yang menimbunnya.
AKP Made Tama menyebutkan, setelah dilakukan penggalian sekitar 30 menit menggunakan alat berat eskavator, korban Wayan Lebih berhasil ditemukan dalam kondisi sudah meninggal. "Korban tertimbun selama 30 menit sebelum akhirnya bisa dievakuasi. Korban ditemukan sudah meninggal dalam kondisi telinga keluar darah," terang AKP Made Tama.
Begitu berhasil dievakuasi, jasad korban Wayan Lebih kemarin siang langsung dibawa ke Puskesmas Payangan, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan dua korban selamat, I Wayan Balik dan I Nyoman Cakra, dilarikan ke RSUD Payangan di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan untuk mendapatkan perawatan.
Korban Wayan Lebih berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Nyoman Lendri, 50, dan dua orang anak yang sudah bekerja di sektor pariwisata, namun dirumahkan karena pandemi Covid-19. Hingga Kamis sore, jenazah korban tewas tertimbun longsor ini masih berada di Puskesmas Payangan.
Informasi terakhir, jenazah korban Wayan Lebih baru dibawa pulang ke rumah duka di Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kamis petang pukul 18.00 Wita. Rencananya, jenazah korban tertimbun lonsor ini akan dimakamkan di Setra Desa Adat Mas pada Sukra Umanis Klawu, Jumat (15/1) siang ini.
Salah seorang keponakan korban tewas, I Made Suadi, 40, mengatakan proyek senderan di Banjar Peliatan, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan yang longsorhingga merenggut nyawa pamannya tersebut sudah digarap sejak dua pekan lalu. Made Suadi sendiri ikut mengerjakan proyek senderan milik bule tersebut bersama pamannya, almarhum Wayan Lebih. Hanya saja, Made Suadi pilih ambil libur sejak Minggu (10/1) lalu, karena ada persiapan upacara keagamaan di rumahnya.
"Ada 17 orang dalam grup yang mengerjakan proyek senderan ini. Biasanya, kami semua berangkat bersama-sama pagi hari dan pulang dari proyek sorenya. Kami masing-masing naik sepeda motor ke lokasi proyek," ungkap Made Suadi saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Juga, Desa Mas, Kamis sore.
Made Suadi memaparkan, korban Wayan Lebih dikenal sebagai sosok yang baik. Di usianya yang sudah tak muda lagi, pamannya itu masih rela bekerja sebagai tulang punggung nafkah keluarga.
"Dari dulu almarhum memang pekerja bangunan. Sedangkan dua anaknya kerja di bidang pariwisata. Tapi, sejak pandemi Covid-19, kedua sepupu saya itu dirumahkan seiring dengan matinya pariwisata. Praktis paman saya kerja sendiri sebagai tulang punggung keluarga," terang Made Suadi. *nvi
Korban tewas dalam bencana longsor proyek senderan di lahan milik keluarga Ngurah Darmadi, Kamis siang, adalah I Wayan Lebih, 60, pekerja bangunan asal Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar. Korban tewas karena seluruh tubuhnya tertimbun material longsor dan baru bisa dievakuasi setelah pencarian selama 30 menit.
Sedangkan dua korban selamat, masing-masing I Wayan Balik, 45 (buruh bangunan asal Banjar Batuan Kaler, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar) dan I Nyoman Cakra, 47 (buruh asal Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar). Keduanya selamat dari maut, setelah tubuhnya sempat tertimbun material longsor hingga setinggi leher. Mereka berhasil selamat karena dengan cepat ditolong oleh para pekerja lainnya.
Kapolsek Payangan, AKP I Made Tama, mengatakan awalnya ada 12 pekerja yang bekerja di proyek senderan milik bule yang berlokasi di lahan keluarga Ngurah Darmadi tersebut, Kamis kemarin. Siang sekitar pukul 12.00 Wita, mereka istirahat di sekitar proyek senderan yang tengah digarap.
Setelah istirahat 1 jam, sekitar pukul 13.00 Wita para buruh proyek hendak melanjutkan kerja. Saat itulah tebing setinggi 7 meter yang sedang dibuatkan senderan di bawahnya, mendadak longsor. Naas, 3 pekerja langsung tertimbun material longsor, sementara 9 pekerja lainnya masih sempat berlari ke tempat aman, sehingga selamat dari amuk material.
Menurut AKP Made Tama, tiga pekerja yang tertimbun material longsor adalah I Wayan Lebih, I Wayan Balik, dan I Nyoman Cakra. "Dua dari tiga orang itu, yakni I Wayan Balik dan I Nyoman Cakra, berhasil diselamatkan rekan-rekannya. Mereka tertimbun sebatas leher, hingga bisa dievakuasi para pekerja lainnya,” terang AKP Made Tama.
Sebaliknya, korban Wayan Lebih tewas mengenaskan dalam musibah longsor di areal proyek senderan ini, karena seluruh tubuhnya tertimbun material. Pekerja berusia 60 tahun ini baru berhasil dievakuasi setelah alat berat diterjunkan ke lokasi untuk menyingkirkan material yang menimbunnya.
AKP Made Tama menyebutkan, setelah dilakukan penggalian sekitar 30 menit menggunakan alat berat eskavator, korban Wayan Lebih berhasil ditemukan dalam kondisi sudah meninggal. "Korban tertimbun selama 30 menit sebelum akhirnya bisa dievakuasi. Korban ditemukan sudah meninggal dalam kondisi telinga keluar darah," terang AKP Made Tama.
Begitu berhasil dievakuasi, jasad korban Wayan Lebih kemarin siang langsung dibawa ke Puskesmas Payangan, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan dua korban selamat, I Wayan Balik dan I Nyoman Cakra, dilarikan ke RSUD Payangan di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan untuk mendapatkan perawatan.
Korban Wayan Lebih berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Nyoman Lendri, 50, dan dua orang anak yang sudah bekerja di sektor pariwisata, namun dirumahkan karena pandemi Covid-19. Hingga Kamis sore, jenazah korban tewas tertimbun longsor ini masih berada di Puskesmas Payangan.
Informasi terakhir, jenazah korban Wayan Lebih baru dibawa pulang ke rumah duka di Banjar Juga, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kamis petang pukul 18.00 Wita. Rencananya, jenazah korban tertimbun lonsor ini akan dimakamkan di Setra Desa Adat Mas pada Sukra Umanis Klawu, Jumat (15/1) siang ini.
Salah seorang keponakan korban tewas, I Made Suadi, 40, mengatakan proyek senderan di Banjar Peliatan, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan yang longsorhingga merenggut nyawa pamannya tersebut sudah digarap sejak dua pekan lalu. Made Suadi sendiri ikut mengerjakan proyek senderan milik bule tersebut bersama pamannya, almarhum Wayan Lebih. Hanya saja, Made Suadi pilih ambil libur sejak Minggu (10/1) lalu, karena ada persiapan upacara keagamaan di rumahnya.
"Ada 17 orang dalam grup yang mengerjakan proyek senderan ini. Biasanya, kami semua berangkat bersama-sama pagi hari dan pulang dari proyek sorenya. Kami masing-masing naik sepeda motor ke lokasi proyek," ungkap Made Suadi saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Juga, Desa Mas, Kamis sore.
Made Suadi memaparkan, korban Wayan Lebih dikenal sebagai sosok yang baik. Di usianya yang sudah tak muda lagi, pamannya itu masih rela bekerja sebagai tulang punggung nafkah keluarga.
"Dari dulu almarhum memang pekerja bangunan. Sedangkan dua anaknya kerja di bidang pariwisata. Tapi, sejak pandemi Covid-19, kedua sepupu saya itu dirumahkan seiring dengan matinya pariwisata. Praktis paman saya kerja sendiri sebagai tulang punggung keluarga," terang Made Suadi. *nvi
Komentar