Perempuan Muda Tewas di Kamar Homestay
Dalam Kondisi Tanpa Busana, Diduga Korban Pembunuhan
Beredar video di medsos seorang pria mengenakan kaos warna merah pakai helm ojol naik ke lantai dua penginapan tersebut sebelum korban ditemukan tewas.
DENPASAR, NusaBali
Seorang perempuan muda diketahui bernama, Dwi Farica Lestari, 23, ditemukan tewas bersimbah darah di salah satu kamar lantai II penginapan Thalia Homestay di Jalan Tukad Batanghari X Nomor 12, Lingkungan Banjar Kangin, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar, Sabtu (16/1). Korban diduga tewas dibunuh ini ditemukan dalam kondisi telanjang bulat alias tanpa busana dengan luka berat pada bagian leher, Sabtu dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.
Korban asal Dusun Karang Anyar, RT/RW 018/003, Desa Kebon Danas, Kecamatan Pusaka Jaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat ini diketahui check in di Thalia Homestay, pada Jumat (15/1) siang. Korban kelahiran Subang, 24 April 1997 itu menempati kamar nomor I dari 6 kamar yang berjejer utara ke selatan itu.
Ada tiga kamar di sisi timur dan tiga kamar lainnya di sisi barat. Kamar korban berada di ujung selatan sisi barat tepat di sisi kiri tangga naik ke lantai II. Sementara di lantai I tidak terdapat kamar. Lantai satu difungsikan sebagai basement yang digunakan untuk parkir mobil dan motor para tamu yang menginap. Selain itu terdapat satu ruang untuk penjaga dan satu kamar mandi.
Di sebelah selatan, utara, dan barat bangunan penginapan tersebut adalah rumah warga. Sementara pada sebelah timurnya adalah gang jalan masuk dan gerbang untuk akses ke penginapan. Sementara di seberang timur gang itu adalah lahan kosong yang banyak ditumbuhi rumput liar. Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Dewa Putu Gede Anom Danujaya, dikonfirmasi, Sabtu siang kemarin mengatakan masih melakukan penyelidikan terkait kasus itu.
Dikatakan hasil penyelidikan sementara bila dilihat dari pola luka pada tubuh korban diduga terjadi akibat tidak pidana pembunuhan. Sat Reskrim Polresta Denpasar bersama Polsek Denpasar Selatan telah melakukan olah TKP. Polisi masih mengumpulkan bukti-bukti dan petunjuk untuk mengungkap tabir peristiwa maut itu. Selain mengumpulkan barang-barang di dalam kamar tempat korban ditemukan tewas, polisi juga memeriksa kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian.
"Ada 5 orang yang kita mintai keterangan. Mereka adalah pemilik dan orang yang diduga mengetahui peristiwa itu. Peristiwa itu kami ketahui dari informasi masyarakat. Bahwa ditemukan sosok mayat perempuan di dalam kamar," ungkap Kompol Anom Danujaya.
Setelah dilakukan pengecekan ternyata benar ditemukan sosok mayat wanita dalam kondisi meninggal dunia. "Seperti apa peristiwa itu terjadi kami masih melakukan penyelidikan. Dari hasil olah TKP sementara diduga terjadi tindak pidana pembunuhan," tutur mantan Kapolsek Kuta Utara ini.
Kompol Anom Danujaya enggan menyebutkan barang apa saja yang disita sebagai bukti petunjuk dari peristiwa tersebut. Dia juga enggan memberikan keterangan apakah ada barang korban yang hilang atau apakah korban selain diduga dibunuh juga diperkosa.
"Ada berapa lukanya? Berapa jumlahnya? Pada bagian tubuh mana saja? dan detail lain terkait lainnya saya belum bisa jelaskan. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari kedokteran forensik RSUP Sanglah Denpasar. Semoga pelakunya segera bisa ditangkap," harap Kompol Anom Danujaya. Beredar video di media sosial seorang pria mengenakan baju kaos warna merah pakai helm ojek online naik ke lantai dua penginapan itu. Selain itu ada pula foto beredar di kamar korban ditemukan helm serupa ojol. Terkait hal itu, Kompol Anom Danujaya enggan berspekulasi. Dia hanya menegaskan masih mengumpulkan bukti petunjuk.
Informasi dari sumber lain di lapangan menyebutkan bahwa korban ditemukan dalam posisi tengkurap. Ada tiga luka di tenggorokan. Di kamar korban banyak ditemukan darah segar. Ditemukan sebilah pisau lipat yang diduga digunakan membunuh korban di balkon dan beberapa barang milik korban lainnya di dalam kamar.
Sementara itu salah seorang pegawai Thalia Homestay mengaku bernama Kadek Dwiputra mengungkapkan korban check in pada, Jumat (15/1) siang. Korban pesan kamar lewat online. Namun Kadek Dwiputra tidak mengetahui berapa lama korban berencana menginap dan berapa biaya yang dibayar korban.
Pada saat masuk, Jumat siang, korban datang seorang diri. Pada saat masuk kepada petugas jaga Dwi Farica menunjukan KTP. "Penginapan ini sudah tiga tahun. Dijaga Satpam 24 jam. Kemarin (Jumat) ada tiga orang satpam yang jaga. Di sini bisa bayar harian. Sehari Rp 250.000. Selain itu setiap malam pintu gerbang dikunci," ungkap Kadek Dwiputra.
Kadek Dwiputra mengatakan selain Dwi Farica, di penginapan itu ada tiga orang penghuni lainnya. Pada saat peristiwa itu diketahui ketiga orang tamu lainnya dikatakan masih ada di lokasi. "Yang tahu pertama kejadiannya adalah tetangga kamar korban," ungkap Kadek Dwiputra.
Hingga, Sabtu sore kemarin petugas Sat Reskrim Polresta Denpasar dan Polsek Denpasar Selatan masih melakukan serangkaian penyelidikan. Kamar tempat korban ditemukan tewas ditutup dan dipasang police line. Sementara satu kamar di depan kamar tempat korban ditemukan dalam kondisi terbuka tak berpenghuni.
Akibat kejadian tersebut para penghuni kamar lainnya memilih pergi meninggalkan penginapan tersebut. Salah seorang penghuni perempuan saat dimintai keterangannya enggan berkomentar. Perempuan berjilbab itu buru-buru turun dari lantai II membawa koper lalu pergi meninggalkan penginapan.
Sementara itu, Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah telah melakukan Pemeriksaan Luar (PL) terhadap jenazah Dwi Farica Lestari, 23, yang ditemukan tewas bersimbah darah di salah satu kamar lantai II penginapan Thalia Homestay di Jalan Tukad Batanghari X Nomor 12, Lingkungan Banjar Kangin, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu kemarin. Sedangkan otopsi belum dilakukan karena masih menunggu hasil swab.
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Forensik yang bertugas, Sabtu (16/1), dr Ida Bagus Putu Alit menjelaskan, jenazah diterima oleh Forensik pukul 05.00 Wita. Sedangkan Pemeriksaan Luar dilakukan pukul 07.50 Wita. Pada tubuh jenazah ditemukan beberapa luka, terutama yang paling parah ditemukan luka terbuka pada area leher.
“Ditemukan luka lecet dan luka terbuka pada wajah jenazah, yakni pada pelipis dan daun telinga. Kemudian luka lecet dan memar juga pada dada dan perut. Ditemukan juga dua buah luka terbuka pada leher yang menyambung menjadi satu. Juga luka terbuka pada lengan atas kiri,” ujar dr Alit saat dikonfirmasi NusaBali, Sabtu kemarin.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap luka-luka yang dialami korban, forensik RSUP Sanglah juga memeriksa dugaan kekerasan seksual yang dialami korban sebelum meninggal bersimbah darah. “Untuk dugaan kekerasan seksual sudah diambil sampel, masih menunggu hasil,” kata dokter asal Griya Kawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini.
Disinggung penyebab kematiannya, dr Alit belum bisa memastikan karena harus dilakukan proses otopsi atau pemeriksaan dalam. Namun untuk bisa melakukan otopsi selama masa pandemi, terlebih dahulu jenazah dilakukan pemeriksan swab Covid-19. Dokter Alit menegaskan, dilakukannya swab Covid-19 terhadap jenazah bertujuan untuk menghindari penularan. Mengingat RSUP Sanglah sampai saat ini belum memiliki ruang otopsi bertekanan negatif dengan HEFA filter.
“Tidak semua jenazah dilakukan swab. Hanya dilakukan pada jenazah yang akan diotopsi. RS saat ini tidak memiliki ruang otopsi yang bertekanan negatif dengan HEFA filter. Sehingga bila hasil swab positif, tidak bisa dilakukan otopsi. Untuk menghindari penularan,” tegasnya sembari menyebut pihak keluarga sudah mengonfirmasi akan melihat jenazah ke forensik. *pol, ind
Korban asal Dusun Karang Anyar, RT/RW 018/003, Desa Kebon Danas, Kecamatan Pusaka Jaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat ini diketahui check in di Thalia Homestay, pada Jumat (15/1) siang. Korban kelahiran Subang, 24 April 1997 itu menempati kamar nomor I dari 6 kamar yang berjejer utara ke selatan itu.
Ada tiga kamar di sisi timur dan tiga kamar lainnya di sisi barat. Kamar korban berada di ujung selatan sisi barat tepat di sisi kiri tangga naik ke lantai II. Sementara di lantai I tidak terdapat kamar. Lantai satu difungsikan sebagai basement yang digunakan untuk parkir mobil dan motor para tamu yang menginap. Selain itu terdapat satu ruang untuk penjaga dan satu kamar mandi.
Di sebelah selatan, utara, dan barat bangunan penginapan tersebut adalah rumah warga. Sementara pada sebelah timurnya adalah gang jalan masuk dan gerbang untuk akses ke penginapan. Sementara di seberang timur gang itu adalah lahan kosong yang banyak ditumbuhi rumput liar. Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Dewa Putu Gede Anom Danujaya, dikonfirmasi, Sabtu siang kemarin mengatakan masih melakukan penyelidikan terkait kasus itu.
Dikatakan hasil penyelidikan sementara bila dilihat dari pola luka pada tubuh korban diduga terjadi akibat tidak pidana pembunuhan. Sat Reskrim Polresta Denpasar bersama Polsek Denpasar Selatan telah melakukan olah TKP. Polisi masih mengumpulkan bukti-bukti dan petunjuk untuk mengungkap tabir peristiwa maut itu. Selain mengumpulkan barang-barang di dalam kamar tempat korban ditemukan tewas, polisi juga memeriksa kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian.
"Ada 5 orang yang kita mintai keterangan. Mereka adalah pemilik dan orang yang diduga mengetahui peristiwa itu. Peristiwa itu kami ketahui dari informasi masyarakat. Bahwa ditemukan sosok mayat perempuan di dalam kamar," ungkap Kompol Anom Danujaya.
Setelah dilakukan pengecekan ternyata benar ditemukan sosok mayat wanita dalam kondisi meninggal dunia. "Seperti apa peristiwa itu terjadi kami masih melakukan penyelidikan. Dari hasil olah TKP sementara diduga terjadi tindak pidana pembunuhan," tutur mantan Kapolsek Kuta Utara ini.
Kompol Anom Danujaya enggan menyebutkan barang apa saja yang disita sebagai bukti petunjuk dari peristiwa tersebut. Dia juga enggan memberikan keterangan apakah ada barang korban yang hilang atau apakah korban selain diduga dibunuh juga diperkosa.
"Ada berapa lukanya? Berapa jumlahnya? Pada bagian tubuh mana saja? dan detail lain terkait lainnya saya belum bisa jelaskan. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari kedokteran forensik RSUP Sanglah Denpasar. Semoga pelakunya segera bisa ditangkap," harap Kompol Anom Danujaya. Beredar video di media sosial seorang pria mengenakan baju kaos warna merah pakai helm ojek online naik ke lantai dua penginapan itu. Selain itu ada pula foto beredar di kamar korban ditemukan helm serupa ojol. Terkait hal itu, Kompol Anom Danujaya enggan berspekulasi. Dia hanya menegaskan masih mengumpulkan bukti petunjuk.
Informasi dari sumber lain di lapangan menyebutkan bahwa korban ditemukan dalam posisi tengkurap. Ada tiga luka di tenggorokan. Di kamar korban banyak ditemukan darah segar. Ditemukan sebilah pisau lipat yang diduga digunakan membunuh korban di balkon dan beberapa barang milik korban lainnya di dalam kamar.
Sementara itu salah seorang pegawai Thalia Homestay mengaku bernama Kadek Dwiputra mengungkapkan korban check in pada, Jumat (15/1) siang. Korban pesan kamar lewat online. Namun Kadek Dwiputra tidak mengetahui berapa lama korban berencana menginap dan berapa biaya yang dibayar korban.
Pada saat masuk, Jumat siang, korban datang seorang diri. Pada saat masuk kepada petugas jaga Dwi Farica menunjukan KTP. "Penginapan ini sudah tiga tahun. Dijaga Satpam 24 jam. Kemarin (Jumat) ada tiga orang satpam yang jaga. Di sini bisa bayar harian. Sehari Rp 250.000. Selain itu setiap malam pintu gerbang dikunci," ungkap Kadek Dwiputra.
Kadek Dwiputra mengatakan selain Dwi Farica, di penginapan itu ada tiga orang penghuni lainnya. Pada saat peristiwa itu diketahui ketiga orang tamu lainnya dikatakan masih ada di lokasi. "Yang tahu pertama kejadiannya adalah tetangga kamar korban," ungkap Kadek Dwiputra.
Hingga, Sabtu sore kemarin petugas Sat Reskrim Polresta Denpasar dan Polsek Denpasar Selatan masih melakukan serangkaian penyelidikan. Kamar tempat korban ditemukan tewas ditutup dan dipasang police line. Sementara satu kamar di depan kamar tempat korban ditemukan dalam kondisi terbuka tak berpenghuni.
Akibat kejadian tersebut para penghuni kamar lainnya memilih pergi meninggalkan penginapan tersebut. Salah seorang penghuni perempuan saat dimintai keterangannya enggan berkomentar. Perempuan berjilbab itu buru-buru turun dari lantai II membawa koper lalu pergi meninggalkan penginapan.
Sementara itu, Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah telah melakukan Pemeriksaan Luar (PL) terhadap jenazah Dwi Farica Lestari, 23, yang ditemukan tewas bersimbah darah di salah satu kamar lantai II penginapan Thalia Homestay di Jalan Tukad Batanghari X Nomor 12, Lingkungan Banjar Kangin, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu kemarin. Sedangkan otopsi belum dilakukan karena masih menunggu hasil swab.
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Forensik yang bertugas, Sabtu (16/1), dr Ida Bagus Putu Alit menjelaskan, jenazah diterima oleh Forensik pukul 05.00 Wita. Sedangkan Pemeriksaan Luar dilakukan pukul 07.50 Wita. Pada tubuh jenazah ditemukan beberapa luka, terutama yang paling parah ditemukan luka terbuka pada area leher.
“Ditemukan luka lecet dan luka terbuka pada wajah jenazah, yakni pada pelipis dan daun telinga. Kemudian luka lecet dan memar juga pada dada dan perut. Ditemukan juga dua buah luka terbuka pada leher yang menyambung menjadi satu. Juga luka terbuka pada lengan atas kiri,” ujar dr Alit saat dikonfirmasi NusaBali, Sabtu kemarin.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap luka-luka yang dialami korban, forensik RSUP Sanglah juga memeriksa dugaan kekerasan seksual yang dialami korban sebelum meninggal bersimbah darah. “Untuk dugaan kekerasan seksual sudah diambil sampel, masih menunggu hasil,” kata dokter asal Griya Kawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini.
Disinggung penyebab kematiannya, dr Alit belum bisa memastikan karena harus dilakukan proses otopsi atau pemeriksaan dalam. Namun untuk bisa melakukan otopsi selama masa pandemi, terlebih dahulu jenazah dilakukan pemeriksan swab Covid-19. Dokter Alit menegaskan, dilakukannya swab Covid-19 terhadap jenazah bertujuan untuk menghindari penularan. Mengingat RSUP Sanglah sampai saat ini belum memiliki ruang otopsi bertekanan negatif dengan HEFA filter.
“Tidak semua jenazah dilakukan swab. Hanya dilakukan pada jenazah yang akan diotopsi. RS saat ini tidak memiliki ruang otopsi yang bertekanan negatif dengan HEFA filter. Sehingga bila hasil swab positif, tidak bisa dilakukan otopsi. Untuk menghindari penularan,” tegasnya sembari menyebut pihak keluarga sudah mengonfirmasi akan melihat jenazah ke forensik. *pol, ind
1
Komentar