Disbud Kumpulkan Cerita Rakyat Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Kebudayaan Buleleng mengawali tahun 2021 dengan mempersiapkan tim untuk menggali cerita rakyat yang ada di masing-masing desa yang ada di Buleleng.
Cerita rakyat yang ditarget terkumpul dan rampung pada bulan April mendatang akan dibukukan menjadi buku kumpulan cerita rakyat dari Buleleng yang nantinya akan digunakan di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD dan SMP.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara dihubungi Minggu (17/1) kemarin mengatakan untuk menggali dan mengumpulkan cerita rakyat atau foklor di Buleleng, Disbud akan menggandeng Penyuluh Bahasa Bali dan STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di masing-masing Kecamatan disebut Dody turun ke lapangan dan menggali melalui tetua di desa yang bersangkutan.
Setelah itu akan disusun dengan memadukan beberapa rujukan berupa babad maupun lontar yang ada di desa tersebut. “Cerita yang diangkat adalah cerita yang berkembang sampai saat ini sesuai dengan lokal genius desa. Yang paling sederhana nama desa itu pasti ada ceritanya kenapa dinamakan desa A, itu pasti ada tetapi sejauh ini, cerita-cerita dari desa itu yang belum terekspos,” jelas Kadis Dody Sukma.
Cerita rakyat dipilih untuk digali dan di bukukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat Buleleng dan juga generasi muda. Menurutnya cerita rakyat yang diselipkan di pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali selama ini hanya bersumber dari cerita Tantri atau cerita dari Bali Selatan. Padahal Buleleng dengan 148 desa/kelurahan memiliki potensi tinggi terkait foklor.
“Karena disiapkan untuk bahan ajar dan bisa masuk ke kurikulum, sehingga kami targetkan April sudah rampung yang tahap pertama. Minimal 20 foklor sudah siap dibukukan setelah melalui proseskurasi dan FGD bersama pihak terkait,” imbuh dia. Khusus untuk buku yang akan diterbitkan Disbud terkait kumpulan cerita rakyat ini juga akan dilakukan alih bahasa dan tulisan. Sehingga buku kumpulan cerita rakyat ini produksinya ada 3 versi. Pertama berhuruf latin berbahasa Bali, kedua berhuruf latin berbahasa Indonesia dan yang ketiga berhuruf simbar dan berbahasa Bali.
Sementara itu penggalian cerita rakyat Buleleng yang kemudian akan dibukukan merupakan salah satu upaya pemajuan kebudayaan sesuai dnegan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012. “Nanti lanjutannya juga pada HUT Kota Singaraja akan diadaka juga lomba mendongeng yang bahan dongengnya mengambil dari buku kumpulan cerita rakyat Buleleng ini. Harapannya dongeng lokal asli Buleleng bisa dikenal masyrakat dan generasi muda kita,” tutup Kadis Dody. *k23
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara dihubungi Minggu (17/1) kemarin mengatakan untuk menggali dan mengumpulkan cerita rakyat atau foklor di Buleleng, Disbud akan menggandeng Penyuluh Bahasa Bali dan STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di masing-masing Kecamatan disebut Dody turun ke lapangan dan menggali melalui tetua di desa yang bersangkutan.
Setelah itu akan disusun dengan memadukan beberapa rujukan berupa babad maupun lontar yang ada di desa tersebut. “Cerita yang diangkat adalah cerita yang berkembang sampai saat ini sesuai dengan lokal genius desa. Yang paling sederhana nama desa itu pasti ada ceritanya kenapa dinamakan desa A, itu pasti ada tetapi sejauh ini, cerita-cerita dari desa itu yang belum terekspos,” jelas Kadis Dody Sukma.
Cerita rakyat dipilih untuk digali dan di bukukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat Buleleng dan juga generasi muda. Menurutnya cerita rakyat yang diselipkan di pembelajaran muatan lokal Bahasa Bali selama ini hanya bersumber dari cerita Tantri atau cerita dari Bali Selatan. Padahal Buleleng dengan 148 desa/kelurahan memiliki potensi tinggi terkait foklor.
“Karena disiapkan untuk bahan ajar dan bisa masuk ke kurikulum, sehingga kami targetkan April sudah rampung yang tahap pertama. Minimal 20 foklor sudah siap dibukukan setelah melalui proseskurasi dan FGD bersama pihak terkait,” imbuh dia. Khusus untuk buku yang akan diterbitkan Disbud terkait kumpulan cerita rakyat ini juga akan dilakukan alih bahasa dan tulisan. Sehingga buku kumpulan cerita rakyat ini produksinya ada 3 versi. Pertama berhuruf latin berbahasa Bali, kedua berhuruf latin berbahasa Indonesia dan yang ketiga berhuruf simbar dan berbahasa Bali.
Sementara itu penggalian cerita rakyat Buleleng yang kemudian akan dibukukan merupakan salah satu upaya pemajuan kebudayaan sesuai dnegan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012. “Nanti lanjutannya juga pada HUT Kota Singaraja akan diadaka juga lomba mendongeng yang bahan dongengnya mengambil dari buku kumpulan cerita rakyat Buleleng ini. Harapannya dongeng lokal asli Buleleng bisa dikenal masyrakat dan generasi muda kita,” tutup Kadis Dody. *k23
1
Komentar