RSUD Buleleng Tambah Ruang Isolasi
H 2 Orang Staf Rektorat Undiksha Terkonfirmasi Covid-19
Sejumlah civitas akademika Undiksha langsung menjalani rapid antigen, termasuk Rektor Prof Dr I Nyoman Jampel MPd. Hasilnya non reaktif.
SINGARAJA, NusaBali
Penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sepekan terakhir di Buleleng mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Meski pada Senin (18/1), Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng tak menemukan kasus baru, namun tingkat hunian ruang isolasi di rumah sakit di Buleleng cukup tinggi. RSUD Buleleng sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 memutuskan untuk menambah ruang isolasi guna mengantisipasi lonjakan kasus.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha yang dikonfirmasi pada Senin kemarin, mengatakan saat ini ada tiga ruangan yang disiapkan RSUD Buleleng untuk ruang isolasi pasien Covid-19. Tiga ruangan itu berkapasitas 49 bed. Sebelumnya RSUD Buleleng hanya menyiapkan dua ruangan isolasi dengan kapasitas 39 bed, yang terinci 23 bed di paviliun Mahottama dan 16 bed di ruang Jempiring.
“Kami sudah siapkan kembali ruang Flamboyan dengan menambah 10 bed, melihat penambahan kasus sepekan terakhir cukup banyak juga,” kata dr Arya Nugraha.
Menurut dr Arya Nugraha, sejauh ini ruang isolasi yang disiapkan rumah sakit pemerintah ini masih mengcover jumlah pasien Covid-19. Terlebih saat ini penanganan Covid-19 di Buleleng juga didukung oleh seluruh rumah sakit swasta, termasuk RS Pratama Tangguwisia.
Dari kapasitas 49 bed isolasi, terisi 32 bed dari total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan sisanya 38 orang dirawat di rumah sakit swasta di Buleleng dan 2 orang di RS Bali Mandara dan RSUP Sanglah, Denpasar.
Sementara itu, Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng dr I Nyoman Sutjidra, mengatakan Buleleng memang sudah melakukan pengetatan. Satgas Kabupaten pun sudah mengimbau rumah sakit pemerintah dan swasta bersiaga mengantisipasi kenaikan kasus konfirmasi yang signifikan. Terlebih saat ini orang tanpa gejala (OTG) wajib mengisolasi diri di hotel yang disiapkan pemerintah.
“Sekarang tidak boleh lagi isolasi mandiri, karena sangat berisiko. Isolasi mandiri di rumah selama ini masih ada interaksi dengan anggota keluarga maupun tetangga, sehingga tidak lagi diperkenankan,” tutur Sutjidra yang juga Wakil Bupati Buleleng.
Selama ini pasien terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala memang diizinkan melakukan isolasi mandiri. Dengan catatan pasien yang bersangkutan benar-benar tertib dan memiliki tempat atau fasilitas lain untuk mengisolasi diri selain rumah tempat tinggalnya. Sejumlah OTG yang melakukan isolasi mandiri, menurut Sutjidra, sudah dijemput Satgas untuk melanjutkan isolasinya di hotel yang sudah disiapkan pemerintah.
“Dari hasil evaluasi klaster keluarga mendominasi salah satu penularannya karena isolasi mandiri ini. Sehingga Buleleng atensi penuh soal isolasi mandiri ini. Jadi tidak ada alasan menolak karena ini sudah keputusan Satgas,” imbuh pejabat asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Sutjidra juga membenarkan ada dua staf Undiksha yang terkonfirmasi positif Covid-19. Staf rektorat itu masuk catatan Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng pada Jumat (15/1) lalu. Dari hasil tracing disebut bersumber dari klaster keluarga. Keduanya mengalami gejala ringan namun memutuskan isolasi di rumah sakit. Sejumlah civitas akademika Undiksha, menurut Sutjidra, langsung menjalani rapid antigen yang sempat berkontak erat dengan dua staf tersebut. Termasuk Rektor Undiksha Prof Dr I Nyoman Jampel MPd. “Rektor sempat masuk daftar tracing dan dirapid hasilnya non reaktif. Kami tetap melakukan pemantauan pasien apalagi dari institusi pendidikan yang interaksinya cukup tinggi,” kata Sutjidra.
Undiksha, lanjut Sutjidra, sudah menerapkan work from home (WFH) sejak stafnya terkonfirmasi.
Sementara itu Rektor Undiksha Prof Dr I Nyoman Jampel MPd, Senin petang kemarin, membenarkan staf rektorat Undiksha dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. “Ya betul staf kami ada yang terkonfirmasi, penularannya setelah yang bersangkutan pulang ke desanya karena ada yang meninggal,” tulis Jampel melalui pesan singkat.
Seluruh staf rektorat, menurut Jampel, sempat menjalani bekerja dari rumah (BDR) selama tiga hari, dan Senin (18/1) sudah mulai ngantor seperti biasa. Hal itu diputuskan karena setelah melakukan tracing terhadap staf yang positif tidak ditemukan lagi pegawai maupun civitas akademika Undiksha yang terkonfirmasi positif. Sehingga tidak ada penularan di areal kampus. Meski demikian, mengantisipasi klaster kampus, Jampel terus mengimbau kepada seluruh pegawai dan dosen tetap tertib menjalankan prokes pencegahan Covid-19. Terlebih sejauh ini Undiksha sudah berkomitmen menjadi Kampus Tertib Prokes di Buleleng.
Sedangkan perkembangan kasus konfirmasi di Buleleng, Senin (18/1), tidak ditemukan kasus konfirmasi baru, sehingga jumlah kumulatif tetap 1.475 orang. Sebanyak 1.315 orang di antaranya sudah sembuh termasuk empat orang pasien Covid-19 dinyatakan sembuh pada Senin kemarin. Dua di antaranya berasal dari Kecamatan Gerokgak, 1 orang masing-masing dari Kecamatan Tejakula dan Sawan. *k23
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha yang dikonfirmasi pada Senin kemarin, mengatakan saat ini ada tiga ruangan yang disiapkan RSUD Buleleng untuk ruang isolasi pasien Covid-19. Tiga ruangan itu berkapasitas 49 bed. Sebelumnya RSUD Buleleng hanya menyiapkan dua ruangan isolasi dengan kapasitas 39 bed, yang terinci 23 bed di paviliun Mahottama dan 16 bed di ruang Jempiring.
“Kami sudah siapkan kembali ruang Flamboyan dengan menambah 10 bed, melihat penambahan kasus sepekan terakhir cukup banyak juga,” kata dr Arya Nugraha.
Menurut dr Arya Nugraha, sejauh ini ruang isolasi yang disiapkan rumah sakit pemerintah ini masih mengcover jumlah pasien Covid-19. Terlebih saat ini penanganan Covid-19 di Buleleng juga didukung oleh seluruh rumah sakit swasta, termasuk RS Pratama Tangguwisia.
Dari kapasitas 49 bed isolasi, terisi 32 bed dari total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan sisanya 38 orang dirawat di rumah sakit swasta di Buleleng dan 2 orang di RS Bali Mandara dan RSUP Sanglah, Denpasar.
Sementara itu, Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng dr I Nyoman Sutjidra, mengatakan Buleleng memang sudah melakukan pengetatan. Satgas Kabupaten pun sudah mengimbau rumah sakit pemerintah dan swasta bersiaga mengantisipasi kenaikan kasus konfirmasi yang signifikan. Terlebih saat ini orang tanpa gejala (OTG) wajib mengisolasi diri di hotel yang disiapkan pemerintah.
“Sekarang tidak boleh lagi isolasi mandiri, karena sangat berisiko. Isolasi mandiri di rumah selama ini masih ada interaksi dengan anggota keluarga maupun tetangga, sehingga tidak lagi diperkenankan,” tutur Sutjidra yang juga Wakil Bupati Buleleng.
Selama ini pasien terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala memang diizinkan melakukan isolasi mandiri. Dengan catatan pasien yang bersangkutan benar-benar tertib dan memiliki tempat atau fasilitas lain untuk mengisolasi diri selain rumah tempat tinggalnya. Sejumlah OTG yang melakukan isolasi mandiri, menurut Sutjidra, sudah dijemput Satgas untuk melanjutkan isolasinya di hotel yang sudah disiapkan pemerintah.
“Dari hasil evaluasi klaster keluarga mendominasi salah satu penularannya karena isolasi mandiri ini. Sehingga Buleleng atensi penuh soal isolasi mandiri ini. Jadi tidak ada alasan menolak karena ini sudah keputusan Satgas,” imbuh pejabat asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Sutjidra juga membenarkan ada dua staf Undiksha yang terkonfirmasi positif Covid-19. Staf rektorat itu masuk catatan Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng pada Jumat (15/1) lalu. Dari hasil tracing disebut bersumber dari klaster keluarga. Keduanya mengalami gejala ringan namun memutuskan isolasi di rumah sakit. Sejumlah civitas akademika Undiksha, menurut Sutjidra, langsung menjalani rapid antigen yang sempat berkontak erat dengan dua staf tersebut. Termasuk Rektor Undiksha Prof Dr I Nyoman Jampel MPd. “Rektor sempat masuk daftar tracing dan dirapid hasilnya non reaktif. Kami tetap melakukan pemantauan pasien apalagi dari institusi pendidikan yang interaksinya cukup tinggi,” kata Sutjidra.
Undiksha, lanjut Sutjidra, sudah menerapkan work from home (WFH) sejak stafnya terkonfirmasi.
Sementara itu Rektor Undiksha Prof Dr I Nyoman Jampel MPd, Senin petang kemarin, membenarkan staf rektorat Undiksha dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. “Ya betul staf kami ada yang terkonfirmasi, penularannya setelah yang bersangkutan pulang ke desanya karena ada yang meninggal,” tulis Jampel melalui pesan singkat.
Seluruh staf rektorat, menurut Jampel, sempat menjalani bekerja dari rumah (BDR) selama tiga hari, dan Senin (18/1) sudah mulai ngantor seperti biasa. Hal itu diputuskan karena setelah melakukan tracing terhadap staf yang positif tidak ditemukan lagi pegawai maupun civitas akademika Undiksha yang terkonfirmasi positif. Sehingga tidak ada penularan di areal kampus. Meski demikian, mengantisipasi klaster kampus, Jampel terus mengimbau kepada seluruh pegawai dan dosen tetap tertib menjalankan prokes pencegahan Covid-19. Terlebih sejauh ini Undiksha sudah berkomitmen menjadi Kampus Tertib Prokes di Buleleng.
Sedangkan perkembangan kasus konfirmasi di Buleleng, Senin (18/1), tidak ditemukan kasus konfirmasi baru, sehingga jumlah kumulatif tetap 1.475 orang. Sebanyak 1.315 orang di antaranya sudah sembuh termasuk empat orang pasien Covid-19 dinyatakan sembuh pada Senin kemarin. Dua di antaranya berasal dari Kecamatan Gerokgak, 1 orang masing-masing dari Kecamatan Tejakula dan Sawan. *k23
Komentar