Berhenti Kuliah, Putuskan Masuk AKABRI dan Jadi Lulusan Terbaik TNI AU
Marsekal Pertama TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST, Kepala Dinas BTG TNI Angkatan Udara
Sebagai lulusan terbaik dari TNI AU, Marsma Made Radar dikuliahkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada jurusan Teknik Penerbangan. Dia merupakan orang pertama yang dikuliahkan di ITB bersama tiga temannya saat itu.
JAKARTA, NusaBali
Keberanian Marsekal Pertama TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST, Kepala Dinas Barang Tidak Bergerak (BTG) TNI Angkatan Udara, untuk memutuskan masuk AKABRI di tahun 1986 membuahkan hasil. Anak kedua dari empat bersaudara ini sukses meraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik di tahun 1989 dari TNI AU. Penghargaan diberikan langsung oleh Presiden Soeharto di Istana Negara kala itu.
Orangtua Made Radar, yakni I Nyoman Darni dan Ni Putu Radmini ikut hadir menyaksikan langsung pemberian penghargaan tersebut. "Saya tidak menyangka mendapat Adhi Makayasa. Saya sangat bersyukur mendapatkan penghargaan itu," imbuh Made Radar saat ditemui NusaBali di kantornya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (8/1) lalu.
Untuk mendapatkan Adhi Makayasa tidaklah mudah. Lantaran persaingan cukup berat. Ada tiga aspek penilaian. Mulai dari kepribadian, ilmu pengetahuan dan jasmani. Dari sisi jasmani, Marsma Made Radar tidak diragukan. Sebab dia aktif di berbagai kegiatan olahraga saat sekolah, baik atletik, catur, voli dan bulutangkis. Dari sisi kepribadian, pakem penilaian antara lain tepat waktu ketika mengikuti apel. Lalu perilaku sehari-hari dilihat baik dari kebersihan maupun sosialisasi dengan taruna lainnya.
Sementara dari ilmu pengetahuan, Marsma Made Radar tidak mengalami kendala. Lantaran sempat kuliah di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana (Unud). "Sebenarnya ada teman saya yang lebih pintar, tetapi saya kebetulan lebih tahu duluan karena pernah kuliah," ucap Marsma Made Radar dengan rendah hati.
Marsma Made Radar menceritakan, dia nekat keluar dari jurusan teknik mesin Unud dan lebih memilih ke AKABRI karena khawatir orangtuanya tidak bisa membiayai sampai selesai kuliah. Hal itu berdasarkan pengalaman kakaknya, Putu Gede Radar Jaya yang kuliah di jurusan arsitektur Unud tak tuntas lantaran kurang biaya.
Sebagai gantinya dia pindah ke kampus Telkom agar langsung bekerja. Kini sang kakak sudah pensiun dari Telkom dan tinggal di Bali. Begitupula dengan dua adik Marsma Made Radar, mereka semua tinggal di Bali. Adiknya I Nyoman Gede Radar Sukma Jaya merupakan insinyur pertanian. Dia menjadi pegawai di kantor Bupati Badung. Adik satunya lagi Ni Luh Ayu Ketut Radar Sukmawati adalah lulusan perikanan yang bekerja di bank desa. Marsma Made Radar mengatakan, dia masuk kesatuan TNI AU bukan karena namanya berkaitan dengan radar. Justru saat masuk AKABRI, pilihan pertama adalah TNI AD karena dia melihat banyak lulusan TNI AD menjadi Bupati atau Gubernur di masa itu. Selanjutnya Marsma Made Radar memilih TNI AL lantaran di Pramuka pernah masuk Saka Bahari. Di pilihan ketiga dia memilih TNI AU dan Polisi sebagai pilihan akhir.
Berdasarkan hasil seleksi, Made Radar mendapat jurusan TNI AU. Dia belajar selama enam bulan di Magelang, Jawa Tengah. Lanjut ke Jogjakarta menjalani pendidikan TNI AU.
Ketika berangkat untuk pendidikan, orangtua Made Radar berpesan agar dirinya menghormati orang lain, jangan lupa dengan leluhur dan sembahyang. "Banyak orang mengira saya dari keluarga AURI, karena saya menggunakan nama Radar. Padahal keluarga saya tidak ada di AURI dan kakak serta adik saya juga memakai nama Radar semua," jelas Marsma Made Radar.
Dia mengatakan, Radar merupakan singkatan nama dari ibu dan ayahnya, Radmini dan Darni sehingga kakak dan adiknya menggunakan nama itupula. Suami dari Ida Ayu Putu Tirtawati ini memaparkan, jika namanya I Gede Made Radar Panca Jaya juga memiliki arti. "I bermakna anak laki-laki. Gede artinya besar, Made merupakan anak kedua, Radar singkatan nama ibu dan ayah, Panca karena saya lahir bertepatan dengan lahirnya Pancasila 1 Juni. Sedangkan Jaya diharapkan saya terus jaya di kemudian hari," terang Marsma Made Radar.
Sebagai lulusan terbaik dari TNI AU, Marsma Made Radar dikuliahkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada jurusan Teknik Penerbangan. Dia merupakan orang pertama yang dikuliahkan di ITB bersama tiga temannya saat itu. Di sana Made Radar belajar sangat giat dan berhasil diwisuda tahun 1995.
Usai lulus dari ITB, Made Radar ditugaskan di Depohar 10. "Setelah kuliah, saya banyak ditugaskan di lembaga pendidikan. Saya jadi dosen di AKABRI tahun 1996-2000," kata Marsma Made Radar. Made Radar juga pernah bertugas di Bali pada 16 September 2010 silam.
Dia menjadi Pamen Panglima TNI untuk LO TNI AU Kodam IX/Udayana. Selama bertugas di kampung halaman, Made Radar selalu menyempatkan diri turun ke bawah setiap Sabtu atau Minggu. Tak ketinggalan dia bersembahyang ke sejumlah Pura di Bali. Penugasan Made Radar pun tidak hanya di dalam negeri. Dia kerap mendapat kepercayaan bertugas ke luar negeri. Antara lain ke Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Dari sekian tugas yang diemban, Marsma Made Radar menilai semua berkesan. Kini dia masih menyisakan sekitar empat tahun lagi aktif di TNI AU.
Dia tidak menyasar jabatan tertentu. Lantaran sebagai tentara bergerak atas perintah atasan. Dia siap ditugaskan di mana saja dan akan selalu menjalani tugas tersebut dengan sebaik mungkin. Dengan melakukan itu, dia yakin Ida Sanghyang Widhi Wasa akan memberikan jalan. Kelak jika pensiun, kata Marsma Made Radar, dia berencana pulang ke kampung halaman. Dia bakal berbagi pengalaman dengan para pemuda di sana. Lalu merawat ibundanya Ni Putu Radmini. Saat ini, sang bunda berumur 83 tahun dan tinggal bersama adiknya paling kecil Ni Luh Ayu Ketut Radar Sukmawati di Banjar Umegunung, Desa Se¬m¬¬pidi Kwanji, Kecamatan Mengwi, Badung.
Sedangkan ayah Made Radar, I Nyoman Darni telah meninggal dunia tahun 2015 silam ketika usianya menginjak 83 tahun. Di mata Marsma Made Radar, ayahnya meninggal dengan indah, yakni saat menemani cucunya tidur. Mengenai istrinya Ida Ayu Putu Tirtawati, lanjut Made Radar, bukan berprofesi sebagai TNI. Istri Made Radar sejak kecil sampai SMA menghabiskan waktu di Belanda karena orangtuanya bekerja di KBRI di sana. Ketika kuliah, istri Made Radar mendapat beasiswa di IPB Bogor.
Lantaran tidak suka dengan pertanian, dia pindah ke STBA Bandung, Jawa Barat mengambil jurusan Sastra Inggris. Lalu sempat bekerja sebagai Direktur Operasional sebuah garmen. Namun Made Radar meminta sang istri fokus mengurus anak. Alhasil istri Made Radar kini menjadi ibu rumah tangga. "Saya sangat bersyukur, istri mendukung kiprah saya di TNI AU dan bersedia fokus mengurus anak. Lagipula, kita hidup untuk anak," ucap pemilik filosofi di dunia ini tidak ada yang betul atau salah, melainkan hanya ada pas dan tidak pas saja.
Marsma Made Radar memiliki dua anak, Putu Padmareka Deandra berusia 21 tahun dan Ayudya Made Padmareka Jayanti berumur 20 tahun. Dia pun membebaskan anak-anaknya memilih jalan hidup. Bagi Marsma Made Radar, setiap orang sudah ada garis tangan masing-masing.
Anak pertamanya Putu Padmareka Deandra kini menjadi asisten dosen (Asdos) Teknik Kimia di Universitas Parahyangan Bandung, Jawa Barat. Kini dia sedang melanjutkan pendidikan S2 pula. Anak keduanya, Ayudya Made Padmareka Jayanti sebagai Asdos Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. *k22
Orangtua Made Radar, yakni I Nyoman Darni dan Ni Putu Radmini ikut hadir menyaksikan langsung pemberian penghargaan tersebut. "Saya tidak menyangka mendapat Adhi Makayasa. Saya sangat bersyukur mendapatkan penghargaan itu," imbuh Made Radar saat ditemui NusaBali di kantornya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (8/1) lalu.
Untuk mendapatkan Adhi Makayasa tidaklah mudah. Lantaran persaingan cukup berat. Ada tiga aspek penilaian. Mulai dari kepribadian, ilmu pengetahuan dan jasmani. Dari sisi jasmani, Marsma Made Radar tidak diragukan. Sebab dia aktif di berbagai kegiatan olahraga saat sekolah, baik atletik, catur, voli dan bulutangkis. Dari sisi kepribadian, pakem penilaian antara lain tepat waktu ketika mengikuti apel. Lalu perilaku sehari-hari dilihat baik dari kebersihan maupun sosialisasi dengan taruna lainnya.
Sementara dari ilmu pengetahuan, Marsma Made Radar tidak mengalami kendala. Lantaran sempat kuliah di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana (Unud). "Sebenarnya ada teman saya yang lebih pintar, tetapi saya kebetulan lebih tahu duluan karena pernah kuliah," ucap Marsma Made Radar dengan rendah hati.
Marsma Made Radar menceritakan, dia nekat keluar dari jurusan teknik mesin Unud dan lebih memilih ke AKABRI karena khawatir orangtuanya tidak bisa membiayai sampai selesai kuliah. Hal itu berdasarkan pengalaman kakaknya, Putu Gede Radar Jaya yang kuliah di jurusan arsitektur Unud tak tuntas lantaran kurang biaya.
Sebagai gantinya dia pindah ke kampus Telkom agar langsung bekerja. Kini sang kakak sudah pensiun dari Telkom dan tinggal di Bali. Begitupula dengan dua adik Marsma Made Radar, mereka semua tinggal di Bali. Adiknya I Nyoman Gede Radar Sukma Jaya merupakan insinyur pertanian. Dia menjadi pegawai di kantor Bupati Badung. Adik satunya lagi Ni Luh Ayu Ketut Radar Sukmawati adalah lulusan perikanan yang bekerja di bank desa. Marsma Made Radar mengatakan, dia masuk kesatuan TNI AU bukan karena namanya berkaitan dengan radar. Justru saat masuk AKABRI, pilihan pertama adalah TNI AD karena dia melihat banyak lulusan TNI AD menjadi Bupati atau Gubernur di masa itu. Selanjutnya Marsma Made Radar memilih TNI AL lantaran di Pramuka pernah masuk Saka Bahari. Di pilihan ketiga dia memilih TNI AU dan Polisi sebagai pilihan akhir.
Berdasarkan hasil seleksi, Made Radar mendapat jurusan TNI AU. Dia belajar selama enam bulan di Magelang, Jawa Tengah. Lanjut ke Jogjakarta menjalani pendidikan TNI AU.
Ketika berangkat untuk pendidikan, orangtua Made Radar berpesan agar dirinya menghormati orang lain, jangan lupa dengan leluhur dan sembahyang. "Banyak orang mengira saya dari keluarga AURI, karena saya menggunakan nama Radar. Padahal keluarga saya tidak ada di AURI dan kakak serta adik saya juga memakai nama Radar semua," jelas Marsma Made Radar.
Dia mengatakan, Radar merupakan singkatan nama dari ibu dan ayahnya, Radmini dan Darni sehingga kakak dan adiknya menggunakan nama itupula. Suami dari Ida Ayu Putu Tirtawati ini memaparkan, jika namanya I Gede Made Radar Panca Jaya juga memiliki arti. "I bermakna anak laki-laki. Gede artinya besar, Made merupakan anak kedua, Radar singkatan nama ibu dan ayah, Panca karena saya lahir bertepatan dengan lahirnya Pancasila 1 Juni. Sedangkan Jaya diharapkan saya terus jaya di kemudian hari," terang Marsma Made Radar.
Sebagai lulusan terbaik dari TNI AU, Marsma Made Radar dikuliahkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada jurusan Teknik Penerbangan. Dia merupakan orang pertama yang dikuliahkan di ITB bersama tiga temannya saat itu. Di sana Made Radar belajar sangat giat dan berhasil diwisuda tahun 1995.
Usai lulus dari ITB, Made Radar ditugaskan di Depohar 10. "Setelah kuliah, saya banyak ditugaskan di lembaga pendidikan. Saya jadi dosen di AKABRI tahun 1996-2000," kata Marsma Made Radar. Made Radar juga pernah bertugas di Bali pada 16 September 2010 silam.
Dia menjadi Pamen Panglima TNI untuk LO TNI AU Kodam IX/Udayana. Selama bertugas di kampung halaman, Made Radar selalu menyempatkan diri turun ke bawah setiap Sabtu atau Minggu. Tak ketinggalan dia bersembahyang ke sejumlah Pura di Bali. Penugasan Made Radar pun tidak hanya di dalam negeri. Dia kerap mendapat kepercayaan bertugas ke luar negeri. Antara lain ke Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Dari sekian tugas yang diemban, Marsma Made Radar menilai semua berkesan. Kini dia masih menyisakan sekitar empat tahun lagi aktif di TNI AU.
Dia tidak menyasar jabatan tertentu. Lantaran sebagai tentara bergerak atas perintah atasan. Dia siap ditugaskan di mana saja dan akan selalu menjalani tugas tersebut dengan sebaik mungkin. Dengan melakukan itu, dia yakin Ida Sanghyang Widhi Wasa akan memberikan jalan. Kelak jika pensiun, kata Marsma Made Radar, dia berencana pulang ke kampung halaman. Dia bakal berbagi pengalaman dengan para pemuda di sana. Lalu merawat ibundanya Ni Putu Radmini. Saat ini, sang bunda berumur 83 tahun dan tinggal bersama adiknya paling kecil Ni Luh Ayu Ketut Radar Sukmawati di Banjar Umegunung, Desa Se¬m¬¬pidi Kwanji, Kecamatan Mengwi, Badung.
Sedangkan ayah Made Radar, I Nyoman Darni telah meninggal dunia tahun 2015 silam ketika usianya menginjak 83 tahun. Di mata Marsma Made Radar, ayahnya meninggal dengan indah, yakni saat menemani cucunya tidur. Mengenai istrinya Ida Ayu Putu Tirtawati, lanjut Made Radar, bukan berprofesi sebagai TNI. Istri Made Radar sejak kecil sampai SMA menghabiskan waktu di Belanda karena orangtuanya bekerja di KBRI di sana. Ketika kuliah, istri Made Radar mendapat beasiswa di IPB Bogor.
Lantaran tidak suka dengan pertanian, dia pindah ke STBA Bandung, Jawa Barat mengambil jurusan Sastra Inggris. Lalu sempat bekerja sebagai Direktur Operasional sebuah garmen. Namun Made Radar meminta sang istri fokus mengurus anak. Alhasil istri Made Radar kini menjadi ibu rumah tangga. "Saya sangat bersyukur, istri mendukung kiprah saya di TNI AU dan bersedia fokus mengurus anak. Lagipula, kita hidup untuk anak," ucap pemilik filosofi di dunia ini tidak ada yang betul atau salah, melainkan hanya ada pas dan tidak pas saja.
Marsma Made Radar memiliki dua anak, Putu Padmareka Deandra berusia 21 tahun dan Ayudya Made Padmareka Jayanti berumur 20 tahun. Dia pun membebaskan anak-anaknya memilih jalan hidup. Bagi Marsma Made Radar, setiap orang sudah ada garis tangan masing-masing.
Anak pertamanya Putu Padmareka Deandra kini menjadi asisten dosen (Asdos) Teknik Kimia di Universitas Parahyangan Bandung, Jawa Barat. Kini dia sedang melanjutkan pendidikan S2 pula. Anak keduanya, Ayudya Made Padmareka Jayanti sebagai Asdos Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. *k22
Komentar