Ratusan Hektar Lahan Terancam Gagal Tanam
Longsor di Desa Mayong Tutup Saluran Irigasi untuk Empat Subak
“Kerusakan irigasi ini segera harus mendapat penangananan kami DPRD mendorong itu, nanti kami akan berkoordinasi dengan Dinas PU untuk perbaikannya,”
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan petani di empat subak yang bergantung pada saluran irigasi induk di Desa Mayong Kecamatan Seririt Buleleng, saat ini sedang ketar-ketir, pasca saluran air tertimbun longsor, Selasa (5/1) lalu. Saluran irigasi yang menjadi harapan empat subak yakni Subak Desa Rangdu, Subak desa Ringdikit, Subak Tegal Tua dan Subak tegal Anyar di Desa Bubunan Kecamatan Seririt terancam gagal tanam. Karena saat ini mereka sedang mepersiapkan lahan untuk proses penanaman padi.
Tanah longsor dari tebing setinggi 15 meter itu dipicu hujan deras menutup saluran irigasi sepanjang 30 meter. Akibatnya air di saluran irigasi tak dapat mengaliri sekitar 150 hektar lahan di 4 subak terdampak. Kelian Subak Anyar Bubunan, Ketut Surama saat mendampingi Kunjungan Komisi II DRRD Buleleng mengatakan sejak tertimbun longsor air subak belum dapat dialirkan ke lahan petani. Padahal saat ini setengah dari lahan yang bergantung pada irigasi itu sedang memerlukan air untuk pengolahan lahan sebelum masa tanam.
“Yang 150 hektar itu semua ditanami padi, ada yang sudah tanam, sebagian belum tapi bibitnya sudah siap. Harapan kami masalah ini bisa segera teratasi sehingga kami bisa segera menanam, Selain itu padi yang sudah ditanam biar tidak layu karena tidak dapa air,” jelas Surama.
Peristiwa salruan irigasi yang tertimbun longsor ditambahkan Perbekel Desa Rangdu, Made Gargita Yadnya sudah dilaporkan keesokan harinya pada Rabu (6/1). Pelaporan bencana alam yang berdampak pada petani itu sudah dilaprokan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), Dinas Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerha (BPBD) Buleleng dan juga DPRD Buleleng. “Minggu lalu memang sudah ada tim dari Dinas PU yang turun tetapi kami belum mendapatkan jawaban pasti, mudah-mudah bisa diperbaiki secara permanen biar tidak dua kali kerja. Kami juga berterimakasih kepada DPRD yang sudah respek dengan laporan kami,” kata Perbekel Gargita.
Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa yang mmimpin rombongan usai mengecek slauran irigasi mengatakan pemerintah harus segera melakukan penanganan sehingga kelangsungan musim tanam padi di tahun ini dapat terwujud. “Kerusakan irigasi ini segera harus mendapat penangananan kami DPRD mendorong itu, nanti kami akan berkoordinasi dengan Dinas PU untuk perbaikannya,” ungkap anggota Fraksi PDI Perjuangan asal Desa Selat Kecamatan Sukasada Buleleng ini.
Sementara itu Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Eka Putra dikonfirmasi terpisah mengatakan timnya juag sudah turun sepekan lalu untuk melakukan survey dan mengukur kerusakan serta perkiraan kerugian material. Dari hasil survey yang dilakukan kerusakan sepanjang 30 meter itu memerlukan anggaran sekitra Rp 500 juta. “Sudah kami petakan, ukur dan hitung potensi keugian. Nanti kami laprokan ke pimpinan. Mudah-mudahan bisa diakomodir anggarannya, karena berdampak pada petani. Kami juga berharap dapat ditangani secepatnya, namun mempertimbangkan kondisi APBD Buleleng juga,” jelas Kadis Adiptha.
Dinas PUTR selama ini memang rutin memplot anggaran untuk menanggulangsi kerusakan isigasi induk. Hanya saja perbaikan tidak dapat dilakukan di tahun yang sama saat kejadian. Anggran perbaikan tahun ini menurutnya sudah diisi oleh usulan tahun lalu. Namun perbaikan bisa dilakukan lebih cepat di anggaran perubahan yang disusun pertengahan tahun ini. Namun untuk menempuh jalan itu memerlukan kerjasama sejumlah pihak termasuk dukungan dari dewan yang memegang andil dalam penyusunan APDB induk dan perubahan.
Namun untuk solusi jangka pendek yang paling memungkinkan adalah membuat talang-talang air, sehingga air dapat mengalir di saluran irigasi itu. “Kalau jangka pendek ranahnya di BPBD, kalau pasca bencana perbaikan permanen baru di kami kami Dinas PUTR,” tutup dia. *k23
Tanah longsor dari tebing setinggi 15 meter itu dipicu hujan deras menutup saluran irigasi sepanjang 30 meter. Akibatnya air di saluran irigasi tak dapat mengaliri sekitar 150 hektar lahan di 4 subak terdampak. Kelian Subak Anyar Bubunan, Ketut Surama saat mendampingi Kunjungan Komisi II DRRD Buleleng mengatakan sejak tertimbun longsor air subak belum dapat dialirkan ke lahan petani. Padahal saat ini setengah dari lahan yang bergantung pada irigasi itu sedang memerlukan air untuk pengolahan lahan sebelum masa tanam.
“Yang 150 hektar itu semua ditanami padi, ada yang sudah tanam, sebagian belum tapi bibitnya sudah siap. Harapan kami masalah ini bisa segera teratasi sehingga kami bisa segera menanam, Selain itu padi yang sudah ditanam biar tidak layu karena tidak dapa air,” jelas Surama.
Peristiwa salruan irigasi yang tertimbun longsor ditambahkan Perbekel Desa Rangdu, Made Gargita Yadnya sudah dilaporkan keesokan harinya pada Rabu (6/1). Pelaporan bencana alam yang berdampak pada petani itu sudah dilaprokan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), Dinas Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerha (BPBD) Buleleng dan juga DPRD Buleleng. “Minggu lalu memang sudah ada tim dari Dinas PU yang turun tetapi kami belum mendapatkan jawaban pasti, mudah-mudah bisa diperbaiki secara permanen biar tidak dua kali kerja. Kami juga berterimakasih kepada DPRD yang sudah respek dengan laporan kami,” kata Perbekel Gargita.
Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa yang mmimpin rombongan usai mengecek slauran irigasi mengatakan pemerintah harus segera melakukan penanganan sehingga kelangsungan musim tanam padi di tahun ini dapat terwujud. “Kerusakan irigasi ini segera harus mendapat penangananan kami DPRD mendorong itu, nanti kami akan berkoordinasi dengan Dinas PU untuk perbaikannya,” ungkap anggota Fraksi PDI Perjuangan asal Desa Selat Kecamatan Sukasada Buleleng ini.
Sementara itu Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Eka Putra dikonfirmasi terpisah mengatakan timnya juag sudah turun sepekan lalu untuk melakukan survey dan mengukur kerusakan serta perkiraan kerugian material. Dari hasil survey yang dilakukan kerusakan sepanjang 30 meter itu memerlukan anggaran sekitra Rp 500 juta. “Sudah kami petakan, ukur dan hitung potensi keugian. Nanti kami laprokan ke pimpinan. Mudah-mudahan bisa diakomodir anggarannya, karena berdampak pada petani. Kami juga berharap dapat ditangani secepatnya, namun mempertimbangkan kondisi APBD Buleleng juga,” jelas Kadis Adiptha.
Dinas PUTR selama ini memang rutin memplot anggaran untuk menanggulangsi kerusakan isigasi induk. Hanya saja perbaikan tidak dapat dilakukan di tahun yang sama saat kejadian. Anggran perbaikan tahun ini menurutnya sudah diisi oleh usulan tahun lalu. Namun perbaikan bisa dilakukan lebih cepat di anggaran perubahan yang disusun pertengahan tahun ini. Namun untuk menempuh jalan itu memerlukan kerjasama sejumlah pihak termasuk dukungan dari dewan yang memegang andil dalam penyusunan APDB induk dan perubahan.
Namun untuk solusi jangka pendek yang paling memungkinkan adalah membuat talang-talang air, sehingga air dapat mengalir di saluran irigasi itu. “Kalau jangka pendek ranahnya di BPBD, kalau pasca bencana perbaikan permanen baru di kami kami Dinas PUTR,” tutup dia. *k23
1
Komentar