Terus Berkarya, Pameran, dan Mapunia
Kiat Perupa Man Handy di Tengah Pandemi
GIANYAR, NusaBali
Pandemi tak mesti menjadikan seniman krisis inovasi. Nyoman Handi Yasa alias Man Handy,30, perupa asal Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, malah ‘ngegas’.
Di tengah pandemi, jebolan ISI Denpasar (2014) ini makin intens berkarya, lanjut berpameran agar bisa mapunia (menyumbangkan dana). Dia menggelar pameran lukisan bertema ’Dance of A Sheet of Life (tarian selembar kehidupan)" di PDKK (Pizza dan Kawan Kawan) Art Space and Café, kawasan Renon, Denpasar. Pameran dibuka owner PDKK, Alexander Ketjil Kosasie, 21 Oktober 2020, penutupan pada Kamis (21/1) lalu. Beberapa persen dana dari hasil penjualan karyanya dijadikan punia (disumbangkan) ke Panti Asuhan Tat Twam Asi di Jalan Jaya Giri, Denpasar, dan Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Wana Seraya di Desa Kerta Langu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Sabtu (23/1) kemarin. ‘’Idenya bermula dari banyaknya lukisan yang saya garap, maka ingin buat pameran tunggal,’’ jelasnya kepada NusaBali, Sabtu (23/1).
Karya-karya bergaya kontemporer yang dipamerkan garapan kisaran tahun 2016-2020. ‘Dance of A Sheet of Life’ sebagaimana diakui Man Handy, merupakan ragam representasi dari kehidupan sosial, budaya, bahkan agama. Titik inti atas pesan-pesan karyanya yakni pergulatan atas dinamika kehidupan manusia yang sangat kodrati, sebagaimana anutan Hindu Bali tentang Tri Kona (lahir, hidup, mati). Sebab hukum alam menjadikan ‘rantai kehidupan’ menjadi pasti dan tak terhindarkan di jagat semesta. ‘’Sebagai makhluk bumi, kita tentu tidak lepas dari kelahiran, hidup, dan kematian itu,’’ akunya.
Dari pameran, Man Handy juga menitipkan pesan bahwa setiap insan di bumi mesti selalu bersyukur. Dengan kesyukuran itu akan tertanam optimisme, bahwa kehidupan ‘ruang dan waktu’ akan dapat dijalani dengan penuh semangat. Segala usaha agar bergerak dalam rantai proses, tumbuh, berkembang, hingga bermuara kemakmuran dan kebahagiaan.
Pameran ini pada 14 November 2020 diselipi acara Sketsa Model Gadis Bali, diikuti beberapa pelukis. Man Handy mengaku karya lukisannya sudah dikoleksi oleh kolektor seni. Beberapa persen dari dana yang terkumpul, dihibahkan ke panti asuhan, panti jompo, dan komunitas penanganan sampah plastik dan lingkungan .
Perupa yang berstudio di Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini mengakui pandemi ini makin mencemeti diri untuk terus berkreasi. Dengan terus berkarya, dia dapat mengeksplorasi renungan, gagasan estetik, menjadi karya seni yang bermanfaat dan bisa dinikmati publik. Dia pun berterima kasih dan bersyukur kepada alam semesta dan catur guru (guru Swadyaya/Tuhan, guru Wisesa/pemerintah, guru Pengajian/guru di sekolah, dan guru Rupaka/orangtua). ’’Tak lupa juga terima kasih saya, atas motivasi para pencinta seni, kolektor dan sahabat,’’ ujarnya.*Isa
Komentar