Pertumbuhan Penduduk Buleleng Naik 1,02 Persen
SINGARAJA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng menyatakan laju pertumbuhan penduduk di Buleleng mengalami peningkatan sebesar 1,02 persen.
Peningkatan jumlah penduduk membuat Kabupaten Buleleng kini sebagai daerah dengan penduduk terbanyak di Bali. Data tersebut merupakan hasil sensus penduduk yang dilakukan BPS tahun 2020 lalu.
Kepala BPS Kabupaten Buleleng Made Bimbo Abdi Suardika Minggu (24/1) kemarin mengatakan hasil sensus penduduk di Buleleng pada September 2020 lalu berjumlah 791.813 jiwa. Jumlahnya meningkat 1.02 persen jika dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2010 silam yang hanya berjumlah 624.125 jiwa.
Menurutnya salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk di Buleleng yang cukup tinggi, karena sensus penduduk dilakukan pada situasi khusus pandemi Covid-19. "Kalau secara teori laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran dan kigrasi masuk. Kemarin sensusnya saat pandemi kalau melihat fenomena yang terjadi kelesuan ekonomi dan faktor pariwisata yang berpusat di Denpasar dan Badung ini menjadi salah satu faktor penyebab. Karena penduduk Buleleng banyak yang merantau dan saat pandemi banyak pula yang pulang kampung," ujar Bimbo.
Meki demikian pertumbuhan penduduk sepuluh tahun terakhir di Buleleng bukan termasuk laju penduduk tertinggi yang pernah terjadi. Bahkan menurut catatan BPS Buleleng laju pertumbuhan penduduk mengalami trend penurunan. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Buleleng terjadi pada rentang tahun 1961-1971, sebesar 2,7 persen. Kemudian dari tahun 1971-1980 menurun menjadi 1,8 persen. Anhka lajunpertumbuhan penduduk terus menurun sebesar 1,4 persen pada tahun 1980-1990. Kemudian kembali menurun drastis pada data sensus penduduk tahun 1990-2000 yang hanya mencapai 0,33 persen. "Kalau kondisinya normal kemungkinan berbeda lagi distribusi penduduk di Bali," imbuh dia.
Sedangkan yang menjadi catatan positif di Kabupaten Buleleng terlihat pada partisipasi sensus penduduk di metode online. Sensus online yang dimulai pada bulan Februari sampai Maret dan diperpanjang hingga bulan Mei melibatkan 35 persen partisipasi objek sensus di Buleleng. Sedangkan sisanya masih menggunakan metode wawancara door to door. Dia pun mengapresiasi partisipasi masyarkat Buleleng yang sudah dengan sadar mengisi form sensus online secara mandiri.
Namun di sisi lain khsusnya pada sensus metode wawancara BPS masih menemukan penolakan dari masyarakat Buleleng untuk di sensus petugas. Bahkan dari laporan petugas sensus yang didapat ada yang diterima setengah hati dan ada pula yang ditolak total. Sehingga hal.ini masih menjadi kendala dalam penghitungan indikator ekonomi dan sosial di kabupaten Buleleng. "Harapan kami kedepannya agar warga Buleleng sadar dan bisa menerima petugas kami sepenuhnya. Jika keengganan masyarakat dapat ditekan proses sensus bisa lancar dan penghitungan indikator ekonomi, sosial bisa lebih cepat dan lebih valid," kata Kepala BPS Buleleng Made Bimbo. *k23
Kepala BPS Kabupaten Buleleng Made Bimbo Abdi Suardika Minggu (24/1) kemarin mengatakan hasil sensus penduduk di Buleleng pada September 2020 lalu berjumlah 791.813 jiwa. Jumlahnya meningkat 1.02 persen jika dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2010 silam yang hanya berjumlah 624.125 jiwa.
Menurutnya salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk di Buleleng yang cukup tinggi, karena sensus penduduk dilakukan pada situasi khusus pandemi Covid-19. "Kalau secara teori laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran dan kigrasi masuk. Kemarin sensusnya saat pandemi kalau melihat fenomena yang terjadi kelesuan ekonomi dan faktor pariwisata yang berpusat di Denpasar dan Badung ini menjadi salah satu faktor penyebab. Karena penduduk Buleleng banyak yang merantau dan saat pandemi banyak pula yang pulang kampung," ujar Bimbo.
Meki demikian pertumbuhan penduduk sepuluh tahun terakhir di Buleleng bukan termasuk laju penduduk tertinggi yang pernah terjadi. Bahkan menurut catatan BPS Buleleng laju pertumbuhan penduduk mengalami trend penurunan. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Buleleng terjadi pada rentang tahun 1961-1971, sebesar 2,7 persen. Kemudian dari tahun 1971-1980 menurun menjadi 1,8 persen. Anhka lajunpertumbuhan penduduk terus menurun sebesar 1,4 persen pada tahun 1980-1990. Kemudian kembali menurun drastis pada data sensus penduduk tahun 1990-2000 yang hanya mencapai 0,33 persen. "Kalau kondisinya normal kemungkinan berbeda lagi distribusi penduduk di Bali," imbuh dia.
Sedangkan yang menjadi catatan positif di Kabupaten Buleleng terlihat pada partisipasi sensus penduduk di metode online. Sensus online yang dimulai pada bulan Februari sampai Maret dan diperpanjang hingga bulan Mei melibatkan 35 persen partisipasi objek sensus di Buleleng. Sedangkan sisanya masih menggunakan metode wawancara door to door. Dia pun mengapresiasi partisipasi masyarkat Buleleng yang sudah dengan sadar mengisi form sensus online secara mandiri.
Namun di sisi lain khsusnya pada sensus metode wawancara BPS masih menemukan penolakan dari masyarakat Buleleng untuk di sensus petugas. Bahkan dari laporan petugas sensus yang didapat ada yang diterima setengah hati dan ada pula yang ditolak total. Sehingga hal.ini masih menjadi kendala dalam penghitungan indikator ekonomi dan sosial di kabupaten Buleleng. "Harapan kami kedepannya agar warga Buleleng sadar dan bisa menerima petugas kami sepenuhnya. Jika keengganan masyarakat dapat ditekan proses sensus bisa lancar dan penghitungan indikator ekonomi, sosial bisa lebih cepat dan lebih valid," kata Kepala BPS Buleleng Made Bimbo. *k23
Komentar