Kerajinan Tenun Tetap Bertahan
Permintaan Sepi
DENPASAR, NusaBali
Tidak jauh beda dengan UMKM lainnya, usaha kerajinanan tenun tradisional juga terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Penjualan, baik grosir maupun eceran sepi. Namun karena bertekad untuk tetap bertahan, perajin pun tetap beraktivitas. Kegiatan menenun tetap jalan. Tentu saja dengan volume kerja yang jauh berkurang.
“Tidak enak kalau kita tutup,” ujar I Nyoman Sudira, seorang pelaku UMKM, tenun endek di Desa Gelgel, Klungkung. Senin (25/1).
Dituturkan Sudira, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 10 bulan lebih, benar- benar membuat bisnis tekstile tradisional terpuruk parah.” Nyaris tidak ada pesanan. Pasaran juga sepi,” ceritanya bernada memaklumi.
Beberapa moment yang pada waktu-waktu sebelum Covid-19 merupakan puncak pemasaran produk tenun tradisional terlewatkan akibat pandemi. Moment-moment tersebut diantaranya hari raya keagamaan diantaranya Galungan dan Kuningan, upacara-upacara besar adat dan keagamaan lainnya. Termasuk moment liburan sekolah, hingga moment Nataru. Juga event-event lain seperti Pesta Kesenian Bali (PKB).Semua terlewatkan karena pandemi Covid-19.
“Susah sekarang. Kecuali pembelian kebutuhan pokok yang masih ramai,” kata Sudira. Walau demikian, Sudira tetap mengaktifkan bengkelnya, Aktivitas menenun dengan alat tenun cagcag dan alat tenun bukan mesin (ATBM) tetap dilakukan karyawan.
“Hanya volume kerja jauh berkurang. Tukang kami juga sudah paham. Yang penting tetap bertahan,” tandas pria yang juga kerap sebagai instruktur dalam pelatihan tenun yang digelar pihak terkait seperti pemerintah. *K17
Komentar