Waspada Ledakan Ageing Population
Masa depan kependudukan Bangsa Indonesia sedang berada di persimpangan. Di satu sisi, negeri ini sedang memasuki masa bonus demografi, bonus yang berupa potensi pertumbuhan ekonomi akibat perubahan struktur usia penduduk.
Penulis : Ni Komang Hevi Prima Dewi
Statistisi di Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Dalam struktur populasi yang disebut sebagai bonus tersebut, proporsi usia produktif (15-65 tahun) lebih besar dari usia non produktif (0-14 tahun dan di atas 65 tahun). Di sisi lain, Indonesia sedang masuk transisi menuju ageing population (penuaan populasi), yaitu era ketika persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen (Adioetomo&Mujahid, 2014 dalam Adioetomo, 2018: 299).
Sebagai salah satu wilayah dengan capaian indikator makro yang bagus, menarik jika kita melihat keadaan Bali dari sisi kependudukannya. Hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020) mencatat persentase penduduk Bali usia 60 tahun ke atas sebesar 12,47 persen, meningkat dari hasil pencatatan SP2010 yang hanya sebesar 9,77 persen. Populasi yang menua merupakan konsekuensi meningkatnya usia harapan hidup sebagai dampak positif pembangunan yang mampu menaikkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini bisa digambarkan dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meningkat tiap tahunnya. Tahun 2010 capaian IPM Bali hanya berkisar di angka 70,10 persen, sedangkan tahun 2020 IPM Bali meningkat hingga pada besaran 75,50 persen dan masuk dakam kategori IPM Tinggi. Capaian ini tentu tidak terlepas dari kemajuan salah satu komponen pembentuk IPM yaitu Usia Harapan Hidup saat lahir yang meningkat secara konsisten, tahun 2020 tercatat pada kisaran angka 72,13 persen dan masuk pada kategori tinggi.
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang membesar ternyata berpotensi memberikan banyak keuntungan jika tangguh, sehat dan tetap produktif. Penduduk lansia tersebut bahkan diprediksi menjadi bonus demografi kedua bagi Indonesia. Menjadi lansia bukan berarti justru berakhir sia-sia. Potensi untuk tetap beraktivitas dengan produktivitas tidak tertutup bagi mereka dalam usia lanjut tentunya dalam kondisi dan stamina yang baik. Namun demikian, menjadikan penduduk lansia tetap sehat, tangguh dan produktif tentu membutuhkan banyak persiapan serta dukungan dari semua pihak. Persoalan kualitas gizi, sanitasi serta dukungan lingkungan yang sehat kemudian menjadi beberapa hal prioritas yang wajib diwujudkan, sama halnya dengan penyiapan kualitas penduduk usia produktif. Pola peningkatan kesejahteraan sosial dapat dicontoh dari beberapa negara maju. Bagaimana mereka”memanjakan” penduduk tua dengan berbagai fasilitasnya.
Suatu daerah akan berlimpah berkah jika mampu mengelola dan memanfaatkan bonus demografi yang diprediksi berlangsung hingga 2037 (Hartono, Ateng, 2020 dalam Kompas.com, 2020). Penduduk usia produktif digadang mampu menggerakkan roda ekonomi secara lebih masif dan akseleratif. Ibarat mesin, mereka adalah mesin baru yang memiliki tenaga, daya dorong, daya putar, dan daya dongkrak lebih kuat.
Jika ekonomi tumbuh pesat, kesejahteraan rakyat bakal meningkat. Angka pengangguran dan kemiskinan berkurang signifikan, bangsa kita akan maju. Setelah sejahtera, bangsa dan rakyatnya tidak perlu khawatir saat memasuki era penuaan populasi. Mereka bisa menikmati hari tua dalam kondisi berkecukupan. Menjadi tua dalam situasi sejahtera nampaknya pilihan ideal yang dapat diupayakan dibandingkan menunggu tua sebelum menjadi kaya.
Sebaliknya, jika gagal memanfaatkan bonus demografi, bangsa kita bakal ditimpa malapetaka. Penduduk usia produktif akan menjadi beban pembangunan. Mereka bisa menjadi beban demografi bukan lagi bonus. Ekonomi akan tiarap. Angka pengangguran dan kemiskinan diperkirakan melonjak akibat multiplier effect dari beban pembangunan tinggi. Bayangkan, apa yang terjadi jika sebagian besar populasi berusia muda tidak punya pekerjaan, tidak memiliki penghasilan yang cukup, serta tidak punya pendidikan dan keahlian yang memadai?
Jika tidak diantisipasi, bonus demografi akan terjerumus dalam perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan akan meningkatkan beban ketergantungan (dependency ratio). Apalagi persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak 1971. Pada 1971, proporsi penduduk usia produktif mencapai 53,39% dari total populasi. Angka itu melonjak menjadi 70,96 persen pada 2020.
Bonus demografi dan penuaan populasi tergambar jelas dalam hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 (SP2020) yang baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Penduduk Bali per September 2020 mencapai 4,32 juta jiwa. Generasi Z (Gen Z) mendominasi dengan persentase terbesar 26,10 persen, disusul generasi X (Gen X) sebesar 24,50 persen, generasi Milenial sebesar 23,20 persen, Baby Boomer sebesar 13,79 persen, Post Gen Z sebesar 9,51 persen, dan Pre-Boomer sebesar 2,90 persen.
Gen Z adalah generasi yang lahir pada 1997-2012 (sekarang berusia 8-23 tahun), sedangkan Gen X adalah generasi yang lahir pada 1965-1980 (40-55 tahun). Selanjutnya Generasi Milenial yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 (24-39 tahun). Kemudian Baby Boomer, yaitu generasi yang kini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). Generasi Post Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 2013 dan seterusnya dan kini diperkirakan usia sekarang hingga 7 tahun. Terakhir, Pre-Boomer, adalah generasi yang lahir sebelum 1945 (75 tahun ke atas).
Dari sisi demografi, seluruh Generasi X dan Milenial merupakan penduduk yang berada dalam kelompok usia produktif (pada 2020). Sedangkan Generasi Z terdiri atas penduduk usia belum produktif dan produktif. Sekitar tujuh tahun lagi, seluruh Generasi Z berada pada kelompok penduduk usia produktif. Generasi Milenial dan Generasi Z itulah yang bakal menjadi aktor pembangunan nasional di masa bonus demografi. Masa depan Indonesia ada di tangan mereka.
Bonus demografi hanya bisa dinikmati bangsa ini jika Generasi Z dipersiapkan secara matang dari sekarang. Bonus demografi hanya akan mendatangkan berkah bila Generasi Milenial diberi tambahan keahlian. Mereka harus benar-benar dipersiapkan menjadi generasi unggul, berdaya saing, inovatif, dan responsif terhadap kemajuan teknologi.
Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama bagi Generasi Z dan Generasi Milenial untuk bersaing. Karena itu, pemerintah pemangku kebijakan lainnya serta stakeholder punya pekerjaan rumah yang besar di bidang pendidikan, terutama untuk menciptakan koneksi yang kuat antara lembaga pendidikan dan lapangan kerja. Lembaga pendidikan harus mampu mencetak SDM unggul yang siap bersaing di segala medan. Generasi Z harus ditempa agar memiliki daya inovasi jempolan. Generasi Milenial harus digembleng agar punya kreativitas handal.
Sekitar 35 tahun mendatang generasi ini akan menjadi beban saat memasuki ledakan ageing population jika tidak dipersiapkan secara optimal. Oleh karena itu generasi milenial dan Z penting dipersiapkan sedini mungkin. Mereka akan punya bekal cukup untuk menghadapi tantangan hari tua. Ageing population merupakan gambaran keberhasilan pemanfaatan bonus demografi. Jika pemerintah kali ini berhasil maka ageing population tidak akan membawa kekhawatiran berlebih, namun jika pemerintah tidak berhasil maka perlu alternative atau strategi lain untuk mengantisipasi ledakan ageing population yang cenderung tidak produktif lagi.
Dengan segala pencapaian yang telah ditorehkan pada berbagai macam indikator ekonomi makro di wilayah Bali, seyogyanya menjadi harapan baru dan sumber optimisme terhadap kemajuan wilayah Bali. Tentu hal ini merupakan hasil kerja seluruh pihak. Pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, angka kemiskinan dan penggangguran yang rendah menggambarkan bagaimana wilayah ini sudah berhasil mengoptimalkan potensi penduduk usia produktif yang ada. Belum terlambat, waspada boleh tetapi kita harus tetap yakin dan optimis bahwa dengan identifikasi kemungkinan adanya ancaman ledakan ageing population maka kita bisa mempersiapkan langkah-langkah preventif dengan cara mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan unggul untuk Indonesia (Bali khususnya) menjadi wilayah yang maju.*
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar