Virus Nipah Jadi Ancaman Baru, Peternak Diminta Maksimalkan Biosecurity
MANGUPURA, NusaBali
Kemunculan virus Nipah di luar negeri yang menginfeksi banyak jenis hewan bisa menjadi ancaman baru.
Tidak saja menginfeksi hewan, manusia juga bisa terpapar dari makanan yang sudah terkontaminasi. Meski belum ditemukan di Indonesia, khususnya di Bali, namun peternak di Badung pun kembali resah, lantaran tahun lalu sudah merasakan dampak serangan virus African Swine Fever (ASF), yang menyebabkan ribuan ternak babi mati.
Terkait isu virus baru tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, terus menyosialisasikan ke peternak agar selalu mengedepankan kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi. “Saat ini kami juga masih terus memonitor perkembangan virus ASF. Kami belum menerima peringatan kewaspaadaan dini terhadap serangan wabah virus Nipah. Namun demikian, maka kewaspadaan perlu terus dilakukan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Selasa (2/2).
Wijana juga meminta para peternak memaksimalkan sistem biosecurity, yakni prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit. Menurutnya, penerapan biosecurity menjadi budaya baru dalam sektor peternakan, yang diklaim mampu mengatasi segala jenis serangan penyakit pada ternak.
“Biosecurity saat ini merupakan upaya yang paling efektif mencegah penyebaran virus, termasuk juga tentunya mencegah masuknya virus-virus baru. Jadi mari jadikan penerapan biosecurity sebagai budaya baru dalam mencegah penyebaran penyakit. Kami terus menghimbau kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dengan melaksanakan biosecurity secara ketat,” jelas Wijana.
Disinggung data peternak babi, Wijana menjelaskan, dari hasil pendataan di Kabupaten Badung, tercatat ada sebanyak 11 kelompok ternak babi. Sedangkan, masyarakat yang berternak babi sekitar 132 orang. Dari angka tersebut, satu peternak babi minimal memelihara 5 ekor, belum termasuk peternak rumahan yang memelihara 1 hingga 2 ekor.
“Jumlahnya cukup banyak, karena di pedesaan rata-rata rumah tangga memelihara babi,” kata Wijana mantan Kabag Organisasi dan Tata Laksana (Ortal) Setda Badung itu. *ind
1
Komentar