Karena Titah Raja, Krama Muslim Ikut Ngayah Bersih-bersih
Pohon Beringin Roboh Timpa Pura di Desa Bukit, Kecamatan Karangasem
Keterikatan krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar yang wajib ngayah di Pura Bukit sudah berlaku sejak zaman Raja AAAA Ktut Anglurah Karangasem. Bahkan, pemukul bende saat upacara melasti selalu dari krama Muslim.
AMLAPURA, NusaBali
Pohon beringin setinggi 25 meter dengan diameter sekitar 1,5 meter tumbang menimpa Pura Melanting di jaba Pura Bukit kawasan Banjar Bukit Kelod, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Jumat (5/2) dinihari. Yang menarik, belasan krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar, Desa Bukit antusias ikut ngayah mengevakuasi ranting-ranting pohon beringin tumbang.
Petaka robohnya pohon beringin di jaba Pura Bukit ini diperkirakan terjadi saat hujan lebat, Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Robohnya pohon beringin menimpa Pura Melanting ini pertama kali dilaporkan krama setempat, I Wayan Putu Garsi, kepada Kelian Banjar Bukit Kelod, I Wayan Mangku, Jumat pagi.
Selanjutnya, Wayan Mangku melaporkan ke Perbekel Bukit, I Wayan Sudana. Dari situ, laporan diteruskan ke Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, untuk dilakukan evakuasi.
Tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam bencana ini, karena suasana di Pura Melanting dan sekitarnya sedang sepi saat kejadian. Namun, Pura Melanting mengalami kerusakan akibat tertimpa beringin tumbang. Selain itu, tiga arca (patung) yang ada di Candi Bentar Pura Bukit juga hancur.
Menurut Kelian Banjar Bukit Kelod, I Wayan Mangku, secara fisik beringin yang roboh ini sebenarnya masih kuat, ditandai daunnya tumbuh subur dan lebat. Namun, ternyata akarnya telah keropos, hingga roboh ke arah selatan menimpa Pura Melantring.
“Selama ini, krama Desa Bukit dan sekitarnya menjadikan pohon beringin yang tumbang tersebut sebagai tempat untuk ritual mohon don bingin saat upacara ngenteg linggih atau upacara ngeroras. Setelah pohon beringin ini roboh, rencananya nanti akan kembali ditanam pohon baru di tempat yang sama,” terang Wayan Mangku.
Sementara, menyusul tumbangnya pohon beringin menimpa Pura Melanting, krama Desa Bukit terjun gotong royong untuk membersihkan ranting, dahan, dan batang pohon roboh, Jumat kemarin. Mereka bahu membahu dengan TRC BPBD Karangasem.
Yang menarik, 16 krama Muslim, laki-perempuan, dari Banjar Kampung Anyar ikut gotong royong bersih-bersih di jaba Pura Bukit. Mereka antusias ngayah dengan dikoordinasikan langsung Kelian Banjar Kampung Anyar, Burhanudin.
Selama ini, krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar memang ada keterikatan wajib ngayah di Pura Bukit, yang berlaku sejak zaman Kerajaan Karangasem diperintah oleh Raja AAAA Ktut Anglurah Karangasem. Krama Muslim secara turun temurun aktif ikut ngayah di Pura Bukit.
"Hari ini (kemarin) kami mengajak 16 warga Muslim dari Banjar Kampung Anyar, baik laki maupun perempuan, untuk ngayah bersih-bersih dalam bencana pohon tumbang di jaba Pura Bukit. Sebab, selama ini ada keterikatan ngayah di Pura Bukit, itu titah Raja Karangasem," papar Kelian Banjar Kampung Anyar, Burhanudin, kepada NusaBali.
Burhanudin menjelaskan, ngayah di Pura Bukit bukan bentuk toleransi, tetapi men-jalankan titah Raja Karangasem. “Wajib ngayah di Pura Bukit sudah diwarisi warga Muslim Banjar Kampung Anyar secara turun temurun,” katanya.
Ini ini juga dibenarkan oleh tokoh Puri Karangasem, Anak Agung Kosalia, yang hadir di lokasi petaka poboh beringin tumbang di jaba Pura Bukit, Jumat kemarin. "Ada keterkaitan antara umat Muslim dengan Pura Bukit. Makanya setiap ada kegiatan di Pura Bukit, entah itu piodalan atau acara bersih-bersih, krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar selalu ikut terlibat," terang Gung Kosalia.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Bukit, I Wayan Sudana. "Setiap piodalan di Pura Bukit, krama Muslim asal Banjar Kampung Anyar dari awal ikut ngayah. Bahkan, khusus untuk pemukul bende saat upacara melasti, selalu dari krama Muslim," papar Wayan Sudana. *k16
Petaka robohnya pohon beringin di jaba Pura Bukit ini diperkirakan terjadi saat hujan lebat, Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Robohnya pohon beringin menimpa Pura Melanting ini pertama kali dilaporkan krama setempat, I Wayan Putu Garsi, kepada Kelian Banjar Bukit Kelod, I Wayan Mangku, Jumat pagi.
Selanjutnya, Wayan Mangku melaporkan ke Perbekel Bukit, I Wayan Sudana. Dari situ, laporan diteruskan ke Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, untuk dilakukan evakuasi.
Tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam bencana ini, karena suasana di Pura Melanting dan sekitarnya sedang sepi saat kejadian. Namun, Pura Melanting mengalami kerusakan akibat tertimpa beringin tumbang. Selain itu, tiga arca (patung) yang ada di Candi Bentar Pura Bukit juga hancur.
Menurut Kelian Banjar Bukit Kelod, I Wayan Mangku, secara fisik beringin yang roboh ini sebenarnya masih kuat, ditandai daunnya tumbuh subur dan lebat. Namun, ternyata akarnya telah keropos, hingga roboh ke arah selatan menimpa Pura Melantring.
“Selama ini, krama Desa Bukit dan sekitarnya menjadikan pohon beringin yang tumbang tersebut sebagai tempat untuk ritual mohon don bingin saat upacara ngenteg linggih atau upacara ngeroras. Setelah pohon beringin ini roboh, rencananya nanti akan kembali ditanam pohon baru di tempat yang sama,” terang Wayan Mangku.
Sementara, menyusul tumbangnya pohon beringin menimpa Pura Melanting, krama Desa Bukit terjun gotong royong untuk membersihkan ranting, dahan, dan batang pohon roboh, Jumat kemarin. Mereka bahu membahu dengan TRC BPBD Karangasem.
Yang menarik, 16 krama Muslim, laki-perempuan, dari Banjar Kampung Anyar ikut gotong royong bersih-bersih di jaba Pura Bukit. Mereka antusias ngayah dengan dikoordinasikan langsung Kelian Banjar Kampung Anyar, Burhanudin.
Selama ini, krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar memang ada keterikatan wajib ngayah di Pura Bukit, yang berlaku sejak zaman Kerajaan Karangasem diperintah oleh Raja AAAA Ktut Anglurah Karangasem. Krama Muslim secara turun temurun aktif ikut ngayah di Pura Bukit.
"Hari ini (kemarin) kami mengajak 16 warga Muslim dari Banjar Kampung Anyar, baik laki maupun perempuan, untuk ngayah bersih-bersih dalam bencana pohon tumbang di jaba Pura Bukit. Sebab, selama ini ada keterikatan ngayah di Pura Bukit, itu titah Raja Karangasem," papar Kelian Banjar Kampung Anyar, Burhanudin, kepada NusaBali.
Burhanudin menjelaskan, ngayah di Pura Bukit bukan bentuk toleransi, tetapi men-jalankan titah Raja Karangasem. “Wajib ngayah di Pura Bukit sudah diwarisi warga Muslim Banjar Kampung Anyar secara turun temurun,” katanya.
Ini ini juga dibenarkan oleh tokoh Puri Karangasem, Anak Agung Kosalia, yang hadir di lokasi petaka poboh beringin tumbang di jaba Pura Bukit, Jumat kemarin. "Ada keterkaitan antara umat Muslim dengan Pura Bukit. Makanya setiap ada kegiatan di Pura Bukit, entah itu piodalan atau acara bersih-bersih, krama Muslim dari Banjar Kampung Anyar selalu ikut terlibat," terang Gung Kosalia.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Bukit, I Wayan Sudana. "Setiap piodalan di Pura Bukit, krama Muslim asal Banjar Kampung Anyar dari awal ikut ngayah. Bahkan, khusus untuk pemukul bende saat upacara melasti, selalu dari krama Muslim," papar Wayan Sudana. *k16
1
Komentar