Cuaca Ekstrim Melanda, Buleleng Dikepung Bencana
SINGARAJA, NusaBali
Puncak musim penghujan yang melanda wilayah Kabupaten Buleleng, mulai berdampak bencana.
Sejak tiga hari terakhir hujan deras dibarengi angin kencang memicu dampak bencana di 11 desa di wilayah Buleleng. Kondisi bencana terparah terjadi di Banjar Dinas Lebah, Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan Buleleng. Senderan beton milik warga sepanjang 27 meter dan tinggi 20 meter jebol menutup akses jalan dusun. Tembok panyengker tetangganya juga ikut jebol setelah terdorong material longsor, Sabtu (6/2) dinihari pukul 02.00 Wita.
Akses jalan beton yang memiliki lebar tak lebih dari tiga meter sama sekali tidak dapat dilalui. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, staf Pemerintah Desa, staf kecamatan dibantu masyarakat setempat tampak bergotong royong membersihkan material longsoran, Sabtu kemarin. Senderan beton milik Ketut Mantra, 75, ini memang berada di tebing badan jalan. Senderan itu ambruk pasca hujan deras mengguyur wilayah Buleleng sejak, Jumat (5/2) malam hingga Sabtu (6/2) dini hari.
Korban Ketut Mantra, 75, saat ditemui di rumahnya dibantu keluarga sedang memasang terpal untuk menutupi sisa tanah pasca senderan penahan jebol. Dia juga menyiapkan tiang penyangga baru untuk emper yang menyatu di halaman rumahnya. Seluruh aktivitas itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadi longsor susulan. Sehingga bangunan rumah yang dihuni bersama keluarganya aman dari ancaman longsor susulan.
“Kejadian ini terjadi dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, pas hujan deras dan ada petir. Saya sedang tidur pas kejadian terbangun suara petir dan tidak lama kemudian ada bunyi gemuruh dari luar. Setelah saya keluar rumah melihat, tiang listrik di pinggir senderan sudah tidak ada, terus saya lihat lagi ke belakang rumah, tanahnya sudah tidak ada,” jelas Ketut Mantra. Dia mengaku shock dengan bencana yang menimpanya.
Padahal senderan tanah di atas badan jalan akses belasan KK di Banjar Dinas Lebah itu baru rampung dibangun 4 bulan yang lalu. Akibat bencana itu Mantra mengalami kerugian material sekitar Rp 70 juta. Perasaan khawatir menyelimuti warga lainnya yang juga menjadi korban, yakni Kadek Sariada, 35. Tembok penyengker Sariada sepanjang 25 meter dengan tinggi satu meter juga ambruk setelah terdorong material longsor senderan Ketut Mantra.
Rumah Sariada yang berada di seberang jalan senderan jebol dan posisinya lebih rendah dari jalan, juga mendapatkan limpahan material longsor setelah menutup penuh badan jalan. “Saya kaget sekali, karena sedang tidur, tiba-tiba terdengar bunyi byug! Saya pastikan keluar rumah tembok senderan sudah jebol dan air di parit sudah masuk ke dalam rumah, saya panik sekali dari tadi malam,” ucap Sariada sambil membersihkan sejumlah material longsor bersama keluarganya. Kerusakan material yang dialaminya mencapai Rp 5 juta.
Camat Sawan, I Gusti Putu Ngurah Mastika yang juga ditemui di lokasi mengatakan hujan deras memicu longsor di empat titik di Kecamatan Sawan. Selain longsor di Desa Sekumpul, hal yang sama juga terjadi di Desa Lemukih dan Desa Bebetin Kecamatan Sawan. Bahkan di Lemukih disebut ada dua titik longsor yang terjadi pada, Sabtu (6/2) dini hari. Keduanya, yakni senderan jebol dan balai sekepat milik Gede Kariana di Banjar Dinas Desa, jebol dengan kerugian Rp 50 juta.
Selain itu senderan lahan kebun di Banjar Dinas Lemaya, milik I Nengah Ariaman juga jebol yang menutup penuh akses jalan dusun. Sedangkan di Desa Bebetin senderan jebol terjadi di Banjar Dinas Pendem, menimpa keluarga Nyoman Sudarsana, yang membuat sanggah keluarga dan senderannya tergerus longsor.
“Hari ini (kemarin) dari bencana yang terjadi di 4 titik ini sudah tertangani, warga bergotong royong dibantu BPBD. Untuk senderan yang menutupi jalan diusahakan minimal saat ini bisa dilalui kendaraan roda dua, hari ini di-clear-kan semuanya,” jelas Camat Mastika. Dia pun mengakui sebagian wilayah di Kecamatan Sawan memang masuk sebagai daerah rawan bencana, terutama saat musim penghujan.
“Desa Sekumpul, Galungan, Lemukih memang rawan bencana, sehingga kami terus mengimbau kepada warga selalu waspada dan tetap melihat situasi alam. Kalau ada yang rasanya kurang baik, lebih baik mengungsi dan mencari tempat aman sementara,” kata dia.
Sementara hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah Buleleng pada Kamis (4/2) dan Jumat (5/2) juga memicu musibah, di antaranya pohon tumbang di Pura Taman Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, dan longsor di Jalan Raya Singaraja-Denpasar tepatnya di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada.
Kejadian pohon tumbang di Pura Taman Banjar Dinas Celagi, Desa Unggahan diketahui pada, Kamis petang sekitar pukul 18.30 Wita. Pohon jenis katime dengan diameter sekitar 80 centimeter dan tinggi sekitar 40 meter yang terletak di luar areal pura tumbang.
Pohon yang usianya mencapai ratusan tahun ini tumbang saat diterjang angin kencang karena sudah lapuk. Perbekel Desa Unggahan, I Ketut Nasa mengatakan, pohon tumbang merusak beberapa fasilitas yang ada di dalam pura, di antaranya taman, balai pemuspan, dan dua kolam permandian umum berukuran sekitar 7 meter x 7 meter. Dikatakannya, pohon tumbang tidak sampai mengakibatkan adanya korban jiwa, sebab saat kejadian tidak ada aktifitas pamedek di dalam pura.
"Hanya ada beberapa orang yang sedang mandi dan ada yang di halaman pemandian umum, namun dahan pohon yang tumbang tak sampai mengenai mereka," kata Perbekel Ketut Nasa saat dihubungi, Sabtu siang kemarin. Dia menyampaikan, akibat musibah tersebut kerugian ditaksir mencapai Rp 80 juta, setelah beberapa fasilitas pura rusak tertimpa batang dan ranting pohon. Pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut ke BPBD Buleleng untuk ditangani. "Saat ini material sisa pohon tumbang sudah dibersihkan warga bersama petugas BPBD," tutupnya.
Sementara itu, musibah longsor terjadi di dua titik di Jalan Raya Singaraja-Denpasar KM 17 tepatnya di selatan Monumen Perjuangan di Banjar Dinas Wira Bhuwana, Desa Gitgit, pada Jumat malam sekitar pukul 19.00 Wita. Akibat longsor tersebut arus lalulintas sempat terganggu lantaran material tanah longsor menutup sebagian badan jalan.
Longsor tersebut juga menumbangkan pohon dapdap dan pisang. Peristiwa tersebut sudah dilaporkan oleh warga ke BPBD Buleleng. Tak butuh waktu lama, personel TRC-BPBD langsung turun untuk mengevakuasi material longsor. Proses evakuasi dilakukan manual dengan dibantu warga, Bhabinkamtibmas serta personel Polsek Sukasada.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya telah menerjunkan personel TRC-BPBD untuk mengevakuasi material longsor. Material berhasil dibersihkan sejam setelahnya dan arus lalulintas kembali normal. "Evakuasi kemudian dilanjutkan pada Sabtu pagi," kata Suadnyana saat dikonfirmasi.
Sementara itu Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Buleleng, Gede Rejasa, mengatakan sejak tiga hari terakhir terhitung, Kamis (4/2) lalu pasca hujan deras dan angin kencang, ada 11 desa terdampak bencana di Buleleng. Belasan desa terdampak mengalami bencana yang didominasi oleh tanah longsor, pohon tumbang hingga banjir.
“Yang terberat memang yang di Sekumpul, Kecamatan Sawan,” kata Rejasa. BPBD menurutnya sedang melakukan penghitungan nilai kerugian dampak bencana yang dilakukan melalui assessment. Hasilnya nanti akan diajukan ke BPBD Provinsi Bali untuk dimohonkan bantuan perbaikan. *k23, m
Akses jalan beton yang memiliki lebar tak lebih dari tiga meter sama sekali tidak dapat dilalui. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, staf Pemerintah Desa, staf kecamatan dibantu masyarakat setempat tampak bergotong royong membersihkan material longsoran, Sabtu kemarin. Senderan beton milik Ketut Mantra, 75, ini memang berada di tebing badan jalan. Senderan itu ambruk pasca hujan deras mengguyur wilayah Buleleng sejak, Jumat (5/2) malam hingga Sabtu (6/2) dini hari.
Korban Ketut Mantra, 75, saat ditemui di rumahnya dibantu keluarga sedang memasang terpal untuk menutupi sisa tanah pasca senderan penahan jebol. Dia juga menyiapkan tiang penyangga baru untuk emper yang menyatu di halaman rumahnya. Seluruh aktivitas itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadi longsor susulan. Sehingga bangunan rumah yang dihuni bersama keluarganya aman dari ancaman longsor susulan.
“Kejadian ini terjadi dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, pas hujan deras dan ada petir. Saya sedang tidur pas kejadian terbangun suara petir dan tidak lama kemudian ada bunyi gemuruh dari luar. Setelah saya keluar rumah melihat, tiang listrik di pinggir senderan sudah tidak ada, terus saya lihat lagi ke belakang rumah, tanahnya sudah tidak ada,” jelas Ketut Mantra. Dia mengaku shock dengan bencana yang menimpanya.
Padahal senderan tanah di atas badan jalan akses belasan KK di Banjar Dinas Lebah itu baru rampung dibangun 4 bulan yang lalu. Akibat bencana itu Mantra mengalami kerugian material sekitar Rp 70 juta. Perasaan khawatir menyelimuti warga lainnya yang juga menjadi korban, yakni Kadek Sariada, 35. Tembok penyengker Sariada sepanjang 25 meter dengan tinggi satu meter juga ambruk setelah terdorong material longsor senderan Ketut Mantra.
Rumah Sariada yang berada di seberang jalan senderan jebol dan posisinya lebih rendah dari jalan, juga mendapatkan limpahan material longsor setelah menutup penuh badan jalan. “Saya kaget sekali, karena sedang tidur, tiba-tiba terdengar bunyi byug! Saya pastikan keluar rumah tembok senderan sudah jebol dan air di parit sudah masuk ke dalam rumah, saya panik sekali dari tadi malam,” ucap Sariada sambil membersihkan sejumlah material longsor bersama keluarganya. Kerusakan material yang dialaminya mencapai Rp 5 juta.
Camat Sawan, I Gusti Putu Ngurah Mastika yang juga ditemui di lokasi mengatakan hujan deras memicu longsor di empat titik di Kecamatan Sawan. Selain longsor di Desa Sekumpul, hal yang sama juga terjadi di Desa Lemukih dan Desa Bebetin Kecamatan Sawan. Bahkan di Lemukih disebut ada dua titik longsor yang terjadi pada, Sabtu (6/2) dini hari. Keduanya, yakni senderan jebol dan balai sekepat milik Gede Kariana di Banjar Dinas Desa, jebol dengan kerugian Rp 50 juta.
Selain itu senderan lahan kebun di Banjar Dinas Lemaya, milik I Nengah Ariaman juga jebol yang menutup penuh akses jalan dusun. Sedangkan di Desa Bebetin senderan jebol terjadi di Banjar Dinas Pendem, menimpa keluarga Nyoman Sudarsana, yang membuat sanggah keluarga dan senderannya tergerus longsor.
“Hari ini (kemarin) dari bencana yang terjadi di 4 titik ini sudah tertangani, warga bergotong royong dibantu BPBD. Untuk senderan yang menutupi jalan diusahakan minimal saat ini bisa dilalui kendaraan roda dua, hari ini di-clear-kan semuanya,” jelas Camat Mastika. Dia pun mengakui sebagian wilayah di Kecamatan Sawan memang masuk sebagai daerah rawan bencana, terutama saat musim penghujan.
“Desa Sekumpul, Galungan, Lemukih memang rawan bencana, sehingga kami terus mengimbau kepada warga selalu waspada dan tetap melihat situasi alam. Kalau ada yang rasanya kurang baik, lebih baik mengungsi dan mencari tempat aman sementara,” kata dia.
Sementara hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah Buleleng pada Kamis (4/2) dan Jumat (5/2) juga memicu musibah, di antaranya pohon tumbang di Pura Taman Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, dan longsor di Jalan Raya Singaraja-Denpasar tepatnya di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada.
Kejadian pohon tumbang di Pura Taman Banjar Dinas Celagi, Desa Unggahan diketahui pada, Kamis petang sekitar pukul 18.30 Wita. Pohon jenis katime dengan diameter sekitar 80 centimeter dan tinggi sekitar 40 meter yang terletak di luar areal pura tumbang.
Pohon yang usianya mencapai ratusan tahun ini tumbang saat diterjang angin kencang karena sudah lapuk. Perbekel Desa Unggahan, I Ketut Nasa mengatakan, pohon tumbang merusak beberapa fasilitas yang ada di dalam pura, di antaranya taman, balai pemuspan, dan dua kolam permandian umum berukuran sekitar 7 meter x 7 meter. Dikatakannya, pohon tumbang tidak sampai mengakibatkan adanya korban jiwa, sebab saat kejadian tidak ada aktifitas pamedek di dalam pura.
"Hanya ada beberapa orang yang sedang mandi dan ada yang di halaman pemandian umum, namun dahan pohon yang tumbang tak sampai mengenai mereka," kata Perbekel Ketut Nasa saat dihubungi, Sabtu siang kemarin. Dia menyampaikan, akibat musibah tersebut kerugian ditaksir mencapai Rp 80 juta, setelah beberapa fasilitas pura rusak tertimpa batang dan ranting pohon. Pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut ke BPBD Buleleng untuk ditangani. "Saat ini material sisa pohon tumbang sudah dibersihkan warga bersama petugas BPBD," tutupnya.
Sementara itu, musibah longsor terjadi di dua titik di Jalan Raya Singaraja-Denpasar KM 17 tepatnya di selatan Monumen Perjuangan di Banjar Dinas Wira Bhuwana, Desa Gitgit, pada Jumat malam sekitar pukul 19.00 Wita. Akibat longsor tersebut arus lalulintas sempat terganggu lantaran material tanah longsor menutup sebagian badan jalan.
Longsor tersebut juga menumbangkan pohon dapdap dan pisang. Peristiwa tersebut sudah dilaporkan oleh warga ke BPBD Buleleng. Tak butuh waktu lama, personel TRC-BPBD langsung turun untuk mengevakuasi material longsor. Proses evakuasi dilakukan manual dengan dibantu warga, Bhabinkamtibmas serta personel Polsek Sukasada.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya telah menerjunkan personel TRC-BPBD untuk mengevakuasi material longsor. Material berhasil dibersihkan sejam setelahnya dan arus lalulintas kembali normal. "Evakuasi kemudian dilanjutkan pada Sabtu pagi," kata Suadnyana saat dikonfirmasi.
Sementara itu Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Buleleng, Gede Rejasa, mengatakan sejak tiga hari terakhir terhitung, Kamis (4/2) lalu pasca hujan deras dan angin kencang, ada 11 desa terdampak bencana di Buleleng. Belasan desa terdampak mengalami bencana yang didominasi oleh tanah longsor, pohon tumbang hingga banjir.
“Yang terberat memang yang di Sekumpul, Kecamatan Sawan,” kata Rejasa. BPBD menurutnya sedang melakukan penghitungan nilai kerugian dampak bencana yang dilakukan melalui assessment. Hasilnya nanti akan diajukan ke BPBD Provinsi Bali untuk dimohonkan bantuan perbaikan. *k23, m
1
Komentar