PSNKK Motivasi Lanjutkan Karya Mamukur di Perasi
Pasametonan Prati Sentana Srhi Nararya Kresnha Kepakisan (PSNKK) Pusat, PSNKK Kabupaten Karangasem, dan PSNKK Kecamatan Manggis, memotivasi krama menata upakara jelang Karya Mamukur PSNKK di Banjar Adat Perasi Tengah, Desa Pakraman Perasi, Kecamatan Karangasem, pasca-piyadnyan terbakar, Selasa (8/11).
AMLAPURA, NusaBali
Sekretaris I PSNKK Pusat I Gusti Agung Sukawati, Panglingsir PSNKK Karangasem I Gusti Made Tusan, Ketua PSNKK Karangasem I Gusti Gede Rinceg, Ketua PSNKK Manggis I Gede Susila, memotivasi krama agar melanjutkan pembangunan piyadnyan.
“Musibah itu diambil hikmahnya, agar ke depan lebih waspada,” jelas Gusti Rinceg di lokasi upacara di Banjar Adat Perasi Tengah, Minggu (20/11).
Yang terpenting, lanjut Gusti Rinceg, Karya Mamukur untuk Sang Dewa Pitara terlaksana hingga dilinggihang (stanakan) di Pura Mrajan menjadi Ida Bhatara Hyang. Terlebih lagi baru kali ini PSNKK menggelar Karya Mamukur, juga dijadikan ajang mempersatukan seluruh krama dalam bingkai persaudaraan yang lebih erat.
Sementara Gusti Made Tusan merasa terpanggil untuk menyemangati krama PSNKK Banjar Adat Perasi Tengah. “Kali ini harus konsentrasi melakukan persiapan untuk menata upakara,” ujar tokoh dari Jro Subagan, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, ini.
Kedatangan Gusti Made Tusan yang juga suami Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ini bukan sekadar memberikan semangat, bahkan langsung memberikan dana punia Rp 100 juta. Saat penyerahan dana punia disaksikan segenap krama.
Karya Mamukur sebenarnya puncaknya pada Wraspati Pon Uye, Kamis (24/11), tetapi harus diundur jadi Buda Umanis Dukut, Rabu (11 Januari 2017).
Gusti Ketut Panon selaku panglingsir Karya Mamukur PSNKK Banjar Adat Perasi Tengah, merasa pulih dari keterpurukan mental yang dialami sebelumnya, setelah dimotivasi segenap tokoh PSNKK. “Kami mendapatkan banyak dukungan secara psikologis, selain dari pedanda, warga, dan tokoh PSNKK. Makanya, kami bangkit dan bertekad menyukseskan Karya Mamukur,” ujarnya didampingi Pangrajeg Karya I Gusti Aji Catur.
Gusti Ketut Panon menyebutkan, nantinya mengupacarai 456 puspa, hanya saja lokasi menata banten di Bale Banjar Adat Perasi Tengah, tidak lagi di piyadnyan. “Kami kembali bersemangat, menata upakara dari pagi hingga sore,” jelasnya. * k16
Sekretaris I PSNKK Pusat I Gusti Agung Sukawati, Panglingsir PSNKK Karangasem I Gusti Made Tusan, Ketua PSNKK Karangasem I Gusti Gede Rinceg, Ketua PSNKK Manggis I Gede Susila, memotivasi krama agar melanjutkan pembangunan piyadnyan.
“Musibah itu diambil hikmahnya, agar ke depan lebih waspada,” jelas Gusti Rinceg di lokasi upacara di Banjar Adat Perasi Tengah, Minggu (20/11).
Yang terpenting, lanjut Gusti Rinceg, Karya Mamukur untuk Sang Dewa Pitara terlaksana hingga dilinggihang (stanakan) di Pura Mrajan menjadi Ida Bhatara Hyang. Terlebih lagi baru kali ini PSNKK menggelar Karya Mamukur, juga dijadikan ajang mempersatukan seluruh krama dalam bingkai persaudaraan yang lebih erat.
Sementara Gusti Made Tusan merasa terpanggil untuk menyemangati krama PSNKK Banjar Adat Perasi Tengah. “Kali ini harus konsentrasi melakukan persiapan untuk menata upakara,” ujar tokoh dari Jro Subagan, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, ini.
Kedatangan Gusti Made Tusan yang juga suami Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ini bukan sekadar memberikan semangat, bahkan langsung memberikan dana punia Rp 100 juta. Saat penyerahan dana punia disaksikan segenap krama.
Karya Mamukur sebenarnya puncaknya pada Wraspati Pon Uye, Kamis (24/11), tetapi harus diundur jadi Buda Umanis Dukut, Rabu (11 Januari 2017).
Gusti Ketut Panon selaku panglingsir Karya Mamukur PSNKK Banjar Adat Perasi Tengah, merasa pulih dari keterpurukan mental yang dialami sebelumnya, setelah dimotivasi segenap tokoh PSNKK. “Kami mendapatkan banyak dukungan secara psikologis, selain dari pedanda, warga, dan tokoh PSNKK. Makanya, kami bangkit dan bertekad menyukseskan Karya Mamukur,” ujarnya didampingi Pangrajeg Karya I Gusti Aji Catur.
Gusti Ketut Panon menyebutkan, nantinya mengupacarai 456 puspa, hanya saja lokasi menata banten di Bale Banjar Adat Perasi Tengah, tidak lagi di piyadnyan. “Kami kembali bersemangat, menata upakara dari pagi hingga sore,” jelasnya. * k16
Komentar