Bobol ATM Miliaran Rupiah, Tiga Petani asal NTB Diringkus Polda Bali
DENPASAR, NusaBali.com
Jika dalam kasus tindak pidana cyber (skimming) yang berhasil diungkap Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda Bali sebelumnya pelakunya adalah warga negara asing, kini warga negara Indonesia yang bermain.
Hal itu terbukti setelah tiga pria berprofesi petani asal Dompu, Nusa Tenggara Barat, yakni Junaidin, Alamsyah, dan Miska diringkus diringkus Direskrimsus di kawasan Jalan Gatot Subroto Denpasar, Selasa (25/1/2021).
Ketiga petani ini tidak hanya beraksi di tanah kelahiran mereka di NTB. Mereka juga beraksi di Tarakan, Surabaya, Jember, Solo, Bima, Sumbawa, Kupang, Palembang, dan Bali.
Tak tanggung-tanggung, sebanyak tujuh bank nasional berhasil dibobol. Selama beraksi sejak 2018 ketiganya sudah berhasil menggasak uang miliaran rupiah.
Wadir Reskrimsus Polda Bali, AKBP Ambaryadi Wijaya saat gelar rilis perkara di Direskrimsus Polda Bali, Selasa (9/2/2021) mengatakan ketiga petani ini dikendalikan oleh seorang warga negara Malaysia. Warga negara Malaysia itu mentransfer ilmu kepada Junaidin.
Perkenalan Junaidin dengan orang Malaysia saat dia jadi TKI di negeri Jiran itu. Tak hanya belajar di Malaysia, gurunya itu pernah empat kali datang ke Dompu untuk mengajari Junaidin. "Ketiga tersangka ini sebelumnya jadi TKI di Malaysia. Ketiganya tidak memiliki ilmu IT. Tapi setelah diajari oleh satu orang Malaysia akhirnya mereka bisa," beber AKBP Ambaryadi.
Setelah bisa merakit kamera tersembunyi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk mencuri data nasabah, ketiganya berhenti jadi TKI. Sejak 2018 itu mereka keliling beberapa kota untuk beraksi. Namun pengendali utamanya ada di Malaysia.
Dari pemeriksaan sementara, ketiganya mengaku hasil kejahatan tidak sepenuhnya mereka yang nikmati. Mereka hanya dapat bagian masing-masing 10 persen dari hasil kejahatan. Sementara sisanya diambil oleh orang Malaysia yang mengajarkan mereka. "Mereka ini curi data nasabah. Caranya pasang kamera tersembunyi di kanopi mesin ATM. Korbannya bukan warga negara asing, tapi semua data semua nasabah bank yang berhasil dicuri datanya," beber AKBP Ambaryadi didampingi Kasubdit V, AKBP Gusti Ayu Suinaci dan Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Bali, AKBP I Gusti Ayu Yuli Ratnawati.*pol
Ketiga petani ini tidak hanya beraksi di tanah kelahiran mereka di NTB. Mereka juga beraksi di Tarakan, Surabaya, Jember, Solo, Bima, Sumbawa, Kupang, Palembang, dan Bali.
Tak tanggung-tanggung, sebanyak tujuh bank nasional berhasil dibobol. Selama beraksi sejak 2018 ketiganya sudah berhasil menggasak uang miliaran rupiah.
Wadir Reskrimsus Polda Bali, AKBP Ambaryadi Wijaya saat gelar rilis perkara di Direskrimsus Polda Bali, Selasa (9/2/2021) mengatakan ketiga petani ini dikendalikan oleh seorang warga negara Malaysia. Warga negara Malaysia itu mentransfer ilmu kepada Junaidin.
Perkenalan Junaidin dengan orang Malaysia saat dia jadi TKI di negeri Jiran itu. Tak hanya belajar di Malaysia, gurunya itu pernah empat kali datang ke Dompu untuk mengajari Junaidin. "Ketiga tersangka ini sebelumnya jadi TKI di Malaysia. Ketiganya tidak memiliki ilmu IT. Tapi setelah diajari oleh satu orang Malaysia akhirnya mereka bisa," beber AKBP Ambaryadi.
Setelah bisa merakit kamera tersembunyi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk mencuri data nasabah, ketiganya berhenti jadi TKI. Sejak 2018 itu mereka keliling beberapa kota untuk beraksi. Namun pengendali utamanya ada di Malaysia.
Dari pemeriksaan sementara, ketiganya mengaku hasil kejahatan tidak sepenuhnya mereka yang nikmati. Mereka hanya dapat bagian masing-masing 10 persen dari hasil kejahatan. Sementara sisanya diambil oleh orang Malaysia yang mengajarkan mereka. "Mereka ini curi data nasabah. Caranya pasang kamera tersembunyi di kanopi mesin ATM. Korbannya bukan warga negara asing, tapi semua data semua nasabah bank yang berhasil dicuri datanya," beber AKBP Ambaryadi didampingi Kasubdit V, AKBP Gusti Ayu Suinaci dan Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Bali, AKBP I Gusti Ayu Yuli Ratnawati.*pol
Komentar