Komplikasi, Mantan Camat Tegallalang Meninggal Dunia
GIANYAR, NusaBali.com
Amor ing acintya. Mantan Camat Tegallalang periode 2007 sampai 2019, I Nyoman Darmawan telah meninggal dunia, Selasa (9/2/2021) sekitar pukul 11.00 Wita.
Pejabat asal Banjar Sapat, Desa Tegallalang yang dikenal humoris ini menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan penyakit komplikasi gula dan jantung. Nyoman Darmawan meninggal di RS Ari Canti di Desa Mas, Kecamatan Ubud. Saat ini, jenazah almarhum masih dititip di rumah sakit. "Jakti (benar, red). Tadi pukul 11.00 wita," jelas Camat Tegallalang, Alit Adnyana, ketika dikonfirmasi kabar duka ini.
Pihak keluarga masih berembug menentukan dewasa ayu pengabenan. "Durung (belum, red) masih rembug keluarga. Karena tanggal 13 Februari ini ada piodalan ring Sapat," jelasnya.Semasa menjabat, Nyoman Darmawan dikenal sebagai sosok baik. "Ramah kepada staf. Selalu menekankan kepada kami untuk tulus ikhlas melayani masyarakat," jelas Alit Adnyana. Nyoman Darmawan juga dikenal aktif menciptakan suasana kekeluargaan di kantor Camat semasih menjabat. "Hari ini, semua pegawai kaget begitu mendengar kabar duka ini. Tidak percaya karena selama niki beliau kelihatan sehat-sehat saja," ungkapnya.
Keluarga besar Camat Tegallalang pun merasakan duka mendalam. "Jujur saja, kami sangat merasa kehilangan beliau, salah satu tokoh panutan kami," kenangnya.Sepengetahuan Alit Adnyana, pasca pensiun sebagai Camat Tegallalang, Nyoman Darmawan menghabiskan waktu dengan bertani. "Beliau petani. punya sawah dan juga kebun jeruk di daerah Pupuan. Sempat juga beliau bilang, mau jualan bibit tanaman, karena anak beliau yang paling kecil, sedang kuliah pertanian," terang Alit Adnyana.
Almarhum berpulang meninggalkan seorang istri Ni Luh Wartini dan tiga orang anak. Untuk diketahui, kegiatan fenomenal yang pernah digelar semasa almarhum menjabat yakni Gerak Jalan Seni Kreatif melibatkan unsur Muspika Kecamatan. Gerak Jalan Seni Kreatif Kecamatan Tegallalang biasanya digelar untuk memeriahkan HUT RI.
Menariknya, lomba ini mengharuskan pesertanya berhias sekreatif mungkin, termasuk memakai topeng bebondresan.
Tak hanya itu, aba-aba maupun yel-yel yang dikumandangkan harus berbahasa Bali. Riasan wajah dan busana yang kocak pun mengundang decak tawa. Bahkan ada pula kaum laki-laki mengenakan kebaya perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Nyoman Darmawan kalau itu, mengatakan tahun ini memang sengaja melibatkan para pucuk pimpinan setingkat kecamatan. Tujuannya, tiada lain untuk mempererat jarak antara masyarakat dengan pimpinan. "Pimpinan selain menjadi teladan, juga wajib memberikan contoh yang baik dan benar pada masyarakat," jelasnya.*nvi
Penulis : nv
Editor : lan
Tak hanya itu, aba-aba maupun yel-yel yang dikumandangkan harus berbahasa Bali. Riasan wajah dan busana yang kocak pun mengundang decak tawa. Bahkan ada pula kaum laki-laki mengenakan kebaya perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Nyoman Darmawan kalau itu, mengatakan tahun ini memang sengaja melibatkan para pucuk pimpinan setingkat kecamatan. Tujuannya, tiada lain untuk mempererat jarak antara masyarakat dengan pimpinan. "Pimpinan selain menjadi teladan, juga wajib memberikan contoh yang baik dan benar pada masyarakat," jelasnya.*nvi
Komentar