Ritual Mamitang 9 Keris di Pande Urip Wesi Tapa Karya Tonja
DENPASAR, NusaBali
Rahina Suci Tumpek Landep yang jatuh pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (13/2) menjadi momen bagi Pande Putu Yuga Wardiana, pande keris di Pande Urip Wesi Tapa Karya Jalan Ratna, Banjar Tatasan Kelod, Desa Tonja, Kecamatan Denpasar Utara untuk melaksanakan ritual mamitang keris.
Ritual ini digelar sebelum keris yang dibuat diambil oleh pemesannya. Sebanyak 9 (Sembilan) buah keris menjalani ritual ini saat rahina Tumpek Landep kemarin.
Pande Putu Yuga Wardiana di sela-sela persembahyangan Tumpek Landep kemarin mengatakan proses pembuatan keris berawal dari matur piuning sebelum memulai membuat sebilah keris, dan diakhiri dengan mengucapkan rasa terima kasih dan menghaturkan pejati kepada Ida Betara Brahma Gati.
Mamitang keris juga dilakukan sebelum keris yang dibuat diambil oleh pemiliknya, karena saat membuat keris ada unsur-unsur dari pembuat di dalam keris tersebut, sehingga perlu dibersihkan.
Dalam momen Rahina Tumpek Landep kemarin, Pande Putu Yuga mamitang sebanyak 9 buah keris. Dalam pembuatan keris ini, terdapat berbagai bahan yang digunakan seperti logam tridatu (besi, nikel, baja), panca datu, dan lainnya, sesuai dengan tujuan pembuatan keris. “Yang dipesan tergantung kegunaannya apa. Semua unsurnya itu mencakup sesuai dengan pemilik kerisnya. Makanya saya membuat pusaka itu pasti menanyakan untuk apa pusakanya ini,” ujar Pande Putu Yuga Wardiana, seorang pande keris muda yang berusia 26 tahun ini.
Pande Putu Yuga Wardiana mewarisi tradisi keluarganya di Pande Urip Wesi Tapa Karya Tonja. Dirinya pande keris generasi keempat dan merupakan cucu dari Jro Mangku Pande Ketut Sandi, seorang Sri Mpu pembuat keris yang namanya telah tercatat dalam beberapa ensiklopedia mengenai keris.
Terkait ritual mamitang keris, salah satu warga yang memesan keris di Perapen Pande Urip Wesi Tapa Karya, AA Ngurah Mahendra Putra mengatakan dirinya dituntun oleh sebuah mimpi. Dalam mimpinya, dia memegang sebuah keris berwarna hitam dengan bentuk bilah yang lurus.
Setelah bertanya kepada panglingsirnya sebagai pepatih di Pura Puseh di Desa Kerobokan, Kuta Utara, Badung diketahuilah bahwa di tempat dirinya sering ngayah di Pura Puseh di Kerobokan tersebut memang terdapat Patih Kembar yang jika ngayah membawa dua bilah keris, yaitu keris dengan bilah luk dan lurus.
Benang merah akhirnya mempertemukannya dengan Pande Putu Yuga Wardiana. “Lama ngobrol, barulah tiyang bilang keinginan tiyang itu. Ditanya untuk apa, saya bilang untuk ngayah, tiyang ceritakan mimpi tiyang. Ternyata, mungkin petunjuk dari Ida atau sesuunan tiyang, tiyang matur piuning sareng Ida, nunas tuntunan,” kata AA Ngurah Mahendra Putra. Niat bersambut, keris yang dimaksud lalu dibuat dengan tujuan agar digunakan untuk ngayah di Pura. Dalam pembuatannya yang memakan waktu selama satu tahun, AA Ngurah Mahendra Putra mengikuti setiap prosesnya. *cr74
Pande Putu Yuga Wardiana di sela-sela persembahyangan Tumpek Landep kemarin mengatakan proses pembuatan keris berawal dari matur piuning sebelum memulai membuat sebilah keris, dan diakhiri dengan mengucapkan rasa terima kasih dan menghaturkan pejati kepada Ida Betara Brahma Gati.
Mamitang keris juga dilakukan sebelum keris yang dibuat diambil oleh pemiliknya, karena saat membuat keris ada unsur-unsur dari pembuat di dalam keris tersebut, sehingga perlu dibersihkan.
Dalam momen Rahina Tumpek Landep kemarin, Pande Putu Yuga mamitang sebanyak 9 buah keris. Dalam pembuatan keris ini, terdapat berbagai bahan yang digunakan seperti logam tridatu (besi, nikel, baja), panca datu, dan lainnya, sesuai dengan tujuan pembuatan keris. “Yang dipesan tergantung kegunaannya apa. Semua unsurnya itu mencakup sesuai dengan pemilik kerisnya. Makanya saya membuat pusaka itu pasti menanyakan untuk apa pusakanya ini,” ujar Pande Putu Yuga Wardiana, seorang pande keris muda yang berusia 26 tahun ini.
Pande Putu Yuga Wardiana mewarisi tradisi keluarganya di Pande Urip Wesi Tapa Karya Tonja. Dirinya pande keris generasi keempat dan merupakan cucu dari Jro Mangku Pande Ketut Sandi, seorang Sri Mpu pembuat keris yang namanya telah tercatat dalam beberapa ensiklopedia mengenai keris.
Terkait ritual mamitang keris, salah satu warga yang memesan keris di Perapen Pande Urip Wesi Tapa Karya, AA Ngurah Mahendra Putra mengatakan dirinya dituntun oleh sebuah mimpi. Dalam mimpinya, dia memegang sebuah keris berwarna hitam dengan bentuk bilah yang lurus.
Setelah bertanya kepada panglingsirnya sebagai pepatih di Pura Puseh di Desa Kerobokan, Kuta Utara, Badung diketahuilah bahwa di tempat dirinya sering ngayah di Pura Puseh di Kerobokan tersebut memang terdapat Patih Kembar yang jika ngayah membawa dua bilah keris, yaitu keris dengan bilah luk dan lurus.
Benang merah akhirnya mempertemukannya dengan Pande Putu Yuga Wardiana. “Lama ngobrol, barulah tiyang bilang keinginan tiyang itu. Ditanya untuk apa, saya bilang untuk ngayah, tiyang ceritakan mimpi tiyang. Ternyata, mungkin petunjuk dari Ida atau sesuunan tiyang, tiyang matur piuning sareng Ida, nunas tuntunan,” kata AA Ngurah Mahendra Putra. Niat bersambut, keris yang dimaksud lalu dibuat dengan tujuan agar digunakan untuk ngayah di Pura. Dalam pembuatannya yang memakan waktu selama satu tahun, AA Ngurah Mahendra Putra mengikuti setiap prosesnya. *cr74
Komentar