Ciptakan Kecak Air dan Menulis Buku Gamelan Gambang Kwanji
I Nyoman Mariyana, Pimpinan Sanggar Seni Kebo Iwa
DENPASAR, NusaBali
Sebagai seniman muda, I Nyoman Mariyana SSn MSn, ingin mencatatkan namanya sebagai pencipta tari ikonik.
Kecak identik dengan tarian di atas bara api, maka Mariyana punya ide menciptakan tari Kecak Air dengan judul Cak Pung. Disebut tari Kecak Air karena ada musik perkusi bersumber pada air. Selain sebagai pecipta tari, guru Seni Budaya di SMA Negeri 8 Denpasar ini juga menulis buku Gamelan Gambang Kwanji Sempidi: Kajian Sejarah, Musikalitas, dan Fungsi.
Mariyana menggarap Tari Cak Pung sejak 25 Desember 2020. Latihan sebanyak empat kali, selanjutnya tarian ini direkam pada pada 2 Januari 2021. “Saya ingin membuat pertunjukan kecak yang beda. Saya mencoba bermain kecak dengan memanfaatkan air sebagai media. Karya ini saya namakan Cak Pung,” ungkap alumnus Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, Jumat (12/2). Cak bersumber dari suara musik vokal ‘cak’ yang menjadi suara khas dalam tarian Kecak. Pung adalah bunyi instrumen tawa-tawa dalam gamelan Bali, yang digunakan sebagai identitas vokal dari kesatuan musikal dalam komposisi tarian Kecak.
Bunyi Pung secara kebetulan sesuai nama lokasi pengambilan gambar di Tukad Cepung Waterfall, Bangli. “Pung juga saya adopsi dari suara enggung atau katak yang bersuka cita di air,” ujar Mariyana. Tukad Cepung Waterfall dinilai cocok untuk lokasi pengambilaan gambar. “Lokasi ini kami pandang baik secara akustik dengan memanfaatkan dinding goa sebagai pembuat gema suara berpadu dengan suara ricikan air terjun,” imbuh suami Gek Diah Desi Sentana SS MHum ini. Tak hanya bunyi ‘cak’ dan ‘pung’, tarian ini juga mengkolaborasikan musik perkusi yang bersumber pada air, bodi, dan instrumem kulkul.
Selain ciptakan tari Kecak Ari, ayah tiga anak ini juga menerbitkan buku berjudul Gamelan Gambang Kwanji Sempidi: Kajian Sejarah, Musikalitas, dan Fungsi pada pertengahan tahun 2020 lalu. Buku ini secara spesifik mengulas gamelan gambang di tanah kelahirannya, Desa Adat Kwanji, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung. Buku setebal 270 halaman ini ditulis selama 2,5 tahun karena banyak melakukan riset. Pengerjaan buku ini juga dilakukan sembari belajar pada pendidikan magister bidang pengkajian di ISI Denpasar.
Mariyana telah banyak melahirkan karya. Dalam ujian tugas akhir S1 ISI Denpasar pada tahun 2007, Mariyana membuat komposisi musik ‘Tawur’. Komposisi musik yang terlahir dari proses pelaksanaan upacara Tawur Kesanga dan rekonstruksi gamelan Babonangan dalam Lontar Prakempa. Berkat karyanya itu, Mariyana sebagai lulusan 3 terbaik ISI Denpasar dengan predikat Cumlaude. Pada tahun 2020, Juara 1 Lomba Kostum Karnaval Se-Bali mengadaptasi karya novel untuk karya iringan fragmentari ‘Ngurug Pasih’ disajikan dalam Festival Bali Jani di Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar. Pimpinan Sanggar Seni Kebo Iwa ini juga turut memeriahkan Bulan Bahasa Bali 2021 dengan sasolahan sastra berjudul ‘Kawisesan Mahosadhilata’ yang ditayangkaan secara virtual pada Senin (8/2) lalu.*cr74
Komentar