Wimbakara 'Ngripta Prasi' Diikuti 19 Peserta
DENPASAR, NusaBali
Wimbakara (Lomba) Ngrepta Prasi (menulis aksara dan menggambar diatas daun lontar) serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021 di lantai 1 Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Center) Denpasar, Sabtu (14/2) diikuti oleh sebanyak 19 peserta.
Para peserta ini merupakan generasi muda setingkat siswa SMA dan mahasiswa perguruan tinggi. Pelaksanaan lomba tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes), yakni menggunakan masker, menjaga jarak yang diawasi langsung pihak panitia.
Salah satu juri, I Made Susanta Dwitanaya mengatakan, lomba prasi pada Bulan Bahasa Bali tahun 2021 ini sungguh menarik. Antusiasme para peserta yang semuanya adalah para anak muda, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa dan umum. Hal ini menunjukkan sebuah angin segar bagi pelestarian dan pengembangan seni prasi yang merupakan warisan kosa rupa Bali. “Saya berharap kedepan, semoga lomba prasi ini bisa jadi event yang berkelanjutan dari tahun ke tahun,” harap Dwitanaya.
Ngrepta Prasi ini merupakan lomba menggambar suatu huruf atau naskah dalam lontar, dengan istilah sekarang komik berbahasa Bali. Itu artinya, para leluhur masyarakat Bali sudah dari dulu memiliki kebiasaan membuat komik dalam bentuk prasi. Ngrepta Prasi itu merupakan kegiatan membuat cerita dongeng, pewayangan atau cerita tentang alam diatas daun lontar.
Alat yang digunakan berupa dulang sebagai alas, pengurpak untuk nyurat (menulis) dan kemiri untuk memperjelas aksara dan gambar. “Ngripta Prasi saat ini mengambil tema Wana Kerthi, sesuai dengan tema Bulan Bahasa Bali. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan untuk menyusun atau membuat komik di dalam daun lontar. Kita di Bali tidak kalah, bahwa jauh sebelumnya Bali sudah memiliki komik berbahasa Bali,” ungkapnya.
Sementara itu, I Gusti Ngurah Wiriawan, selaku seksi lomba Bulan Bahasa Bali mengungkapkan, sebelumnya, program Bulan Bahasa Bali telah menggelar workshop, sehingga kali ini dilanjutkan dengan kegiatan lomba. Respon anak-anak muda cukup baik, sehingga peserta workshop ataupun lomba cukup banyak. Jika dulu hanya diikuti 5 sampai 7 peserta, sekarang ada penambahan yakni diikuti 19 peserta.
Ini membuktikan masyarakat memiliki keinginan untuk melestarikan prasi. “Dengan penambahan jumlah peserta ini membuktikan kalau masyarakar memiliki keinginan untuk melestarikan prasi. Ini sebagai evaluasi untuk ke depannya. Melihat peningkatan peserta tahun ini, tradisi Ngrepta Prasi tidak akan punah, bahkan optimnis akan tetap lestari,” ucap Wiriawan.
Para peserta mengangkat cerita dongeng bertemakan alam. Ceritanya bisa berhubungan dengan manusia, dengan lingkungan ataupun alam. Ada pula cerita pewayangan yang kaya dengan pesan moral serta petuah-petuah. Para peserta diberikan tema oleh panitia, lalu ngrepta prasi dengan mengembangkan tema yang diberikan dan memadukan dengan cerita yang pas. Mereka menyelesaikan dengan waktu 3 jam untuk satu lembar lontar. “Jika dikumpulkan, bisa jadi antara peserta satu dengan peserta lainnya ceritanya akan nyambung, sehingga menjadi satu cerita yang nyambung,” tambah Wiriawan.
Sementara itu, juri lainnya, I Nyoman Wahyu Angga Budi Santosa turut mengapresiasi kreativitas para peserta dalam mmenerjemahkan tema yang dituangkan dalam karya prasi para peserta. “Kemampuan peserta untuk mengejawantahkan tema dan cerita yang ditetapkan oleh panitia ke dalam visual prasi sudah memiliki arah yang jelas, buktinya tiap peserta telah mengerjakan gambaran prasinya sesuai tema yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan kreativitas masing-masing,” imbuhnya. *cr74
Salah satu juri, I Made Susanta Dwitanaya mengatakan, lomba prasi pada Bulan Bahasa Bali tahun 2021 ini sungguh menarik. Antusiasme para peserta yang semuanya adalah para anak muda, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa dan umum. Hal ini menunjukkan sebuah angin segar bagi pelestarian dan pengembangan seni prasi yang merupakan warisan kosa rupa Bali. “Saya berharap kedepan, semoga lomba prasi ini bisa jadi event yang berkelanjutan dari tahun ke tahun,” harap Dwitanaya.
Ngrepta Prasi ini merupakan lomba menggambar suatu huruf atau naskah dalam lontar, dengan istilah sekarang komik berbahasa Bali. Itu artinya, para leluhur masyarakat Bali sudah dari dulu memiliki kebiasaan membuat komik dalam bentuk prasi. Ngrepta Prasi itu merupakan kegiatan membuat cerita dongeng, pewayangan atau cerita tentang alam diatas daun lontar.
Alat yang digunakan berupa dulang sebagai alas, pengurpak untuk nyurat (menulis) dan kemiri untuk memperjelas aksara dan gambar. “Ngripta Prasi saat ini mengambil tema Wana Kerthi, sesuai dengan tema Bulan Bahasa Bali. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan untuk menyusun atau membuat komik di dalam daun lontar. Kita di Bali tidak kalah, bahwa jauh sebelumnya Bali sudah memiliki komik berbahasa Bali,” ungkapnya.
Sementara itu, I Gusti Ngurah Wiriawan, selaku seksi lomba Bulan Bahasa Bali mengungkapkan, sebelumnya, program Bulan Bahasa Bali telah menggelar workshop, sehingga kali ini dilanjutkan dengan kegiatan lomba. Respon anak-anak muda cukup baik, sehingga peserta workshop ataupun lomba cukup banyak. Jika dulu hanya diikuti 5 sampai 7 peserta, sekarang ada penambahan yakni diikuti 19 peserta.
Ini membuktikan masyarakat memiliki keinginan untuk melestarikan prasi. “Dengan penambahan jumlah peserta ini membuktikan kalau masyarakar memiliki keinginan untuk melestarikan prasi. Ini sebagai evaluasi untuk ke depannya. Melihat peningkatan peserta tahun ini, tradisi Ngrepta Prasi tidak akan punah, bahkan optimnis akan tetap lestari,” ucap Wiriawan.
Para peserta mengangkat cerita dongeng bertemakan alam. Ceritanya bisa berhubungan dengan manusia, dengan lingkungan ataupun alam. Ada pula cerita pewayangan yang kaya dengan pesan moral serta petuah-petuah. Para peserta diberikan tema oleh panitia, lalu ngrepta prasi dengan mengembangkan tema yang diberikan dan memadukan dengan cerita yang pas. Mereka menyelesaikan dengan waktu 3 jam untuk satu lembar lontar. “Jika dikumpulkan, bisa jadi antara peserta satu dengan peserta lainnya ceritanya akan nyambung, sehingga menjadi satu cerita yang nyambung,” tambah Wiriawan.
Sementara itu, juri lainnya, I Nyoman Wahyu Angga Budi Santosa turut mengapresiasi kreativitas para peserta dalam mmenerjemahkan tema yang dituangkan dalam karya prasi para peserta. “Kemampuan peserta untuk mengejawantahkan tema dan cerita yang ditetapkan oleh panitia ke dalam visual prasi sudah memiliki arah yang jelas, buktinya tiap peserta telah mengerjakan gambaran prasinya sesuai tema yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan kreativitas masing-masing,” imbuhnya. *cr74
1
Komentar