Puspadi Bali Produksi Hingga Rawat Kaki Palsu Peyandang Disabilitas
DENPASAR, NusaBali.com
Pusat Pemberdayaan Disabilitas (Puspadi) Bali merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat (LSM) yang telah didirikan sejak tahun 1999. Sesuai namanya, Puspadi Bali membantu orang-orang yang memiliki disabilitas fisik untuk mengakses layanan rehabilitasi sehingga mereka dapat berperan sebagai warga negara yang produktif.
Pusat Pemberdayaan Disabilitas (Puspadi) Bali merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat (LSM) yang telah didirikan sejak tahun 1999. Sesuai namanya, Puspadi Bali membantu orang-orang yang memiliki disabilitas fisik untuk mengakses layanan rehabilitasi sehingga mereka dapat berperan sebagai warga negara yang produktif.
Puspadi Bali sendiri sudah membuat 6.500 buah kaki palsu untuk penyandang disabilitas dari Bali dan juga Indonesia Timur. Selain program rehabilitasi, Puspadi juga memiliki program-program lainnya seperti program Pelatihan, Pemberdayaan, Pendidikan dan Advokasi.
Program kursi roda dan advokasi ini dilakukan untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan penyandang disabilitas sesuai Peraturan Daerah bagi para penyandang disabilitas di seluruh kota dan kabupaten di Bali. “Saat ini kami sedang menginisiasi program advokasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk penyediaan alat bantu adaptif yang skemanya mirip seperti BPJS yang didanai dari pemerintah,” jelas Putu Juliani Lawalata, Operation Manager Puspadi Bali.
Puspadi juga mempunyai bengkel untuk pembuatan kaki palsu maupun alat penyangga lainnya yang berada di Aneka Linden Centre, Jalan Bakung, Kesiman. Pengadaan kaki palsu Puspadi ini memiliki beberapa donatur khusus, seperti Inspirasia Foundation serta beberapa donor lainnya dari organisasi, perusahaan, juga individu.
Lebih lanjut Koodinator Prostetik dan Ortotik Puspadi Bali, Ida Ayu Puspa Kirana STr OP membeberkan beberapa syarat mudah untuk mendapatkan kaki palsu. “Pemakaian kaki palsu bisa pada orang yang mengalami cacat dari lahir di bagian kaki, kecelakaan, infeksi tertentu serta amputasi pasca pasca operasi,” ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Dayu ini melanjutkan bahwa pemakaian kaki palsu juga tergantung pada kondisi kaki klien. “Setelah diamputasi dilihat lukanya sudah sembuh atau belum selama enam bulan. Lalu kalau untuk diabetes tergantung gula darahnya. Begitu juga dengan tumor, perawatan seperti kemo dan terapi lainnya harus selesai dulu,” imbuh Dayu.
Sebelum pandemi, klien yang ingin mendapatkan kaki palsu, bisa melakukan konsultasi langsung dengan datang ke lokasi. Namun, sejak pandemi kini Puspadi membuat daftar antrean dengan mendaftar lebih dulu. “Kami juga ikut menjemput bola dengan membuat tim penjangkauan sampai ke desa-desa,” tutur Juliani.
Bahkan sebelum Covid-19 merebak, tim Puspadi pernah juga melakukan mobile service ke Jawa Timur dan Lombok Timur.
Pembuatan kaki palsu sendiri tidak memakan waktu yang lama. Dayu yang sudah mengabdi di Puspadi Bali selama 2,5 tahun menjelaskan bahwa pembuatan kaki palsu hanya butuh waktu sekitar 3-4 hari. “Dari awal ukur sampai kaki palsu jadi itu sekitar 3-4 hari. Selebihnya tergantung kondisi klien juga. Biasanya anak-anak lebih cepat penyesuaiannya. Jika kurang nyaman bisa disesuaikan lagi. Paling lama seminggu,” jelas Dayu.
Dayu kembali menegaskan bahwa kondisi klien sangat menentukan pembuatan kaki palsu. Seperti pada klien yang memiliki obesitas dan ibu hamil. “Ada beberapa klien yang obesitas. Selama tidak lebih dari 90 kg, masih bisa pakai kaki palsu. Kalau ibu hamil kita sesuaikan juga,” tutur Dayu lagi.
Kaki palsu sendiri bisa digunakan hingga interval 1-2 tahun. Interval juga akan berbeda untuk anak-anak dan orang dewasa. “Untuk anak-anak dilakukan 6 bulan sekali pengecekan, untuk orang dewasa 1-2 tahun. Jika ada permasalahan seperti longgar bisa langsung dibawa untuk direparasi di bengkel,” jelas Dayu.
Menurut Juli, kesediaan waktu dari keluarga klien untuk mengantarkan klien bisa mempengaruhi jadwal latihan dan jadwal servis kaki palsu juga. Untuk itu, komunikasi dengan klien terus dilakukan Puspadi Bali. “Ini bagian dari program monitoring kami juga. Tentunya kami berharap ada peningkatan kualitas hidup dari para klien kami,” tutur Juli lagi.
Saat ini di Puspadi Bali untuk pembuatan alat bantu kaki palsu dibagi ke dalam beberapa tim. Ada tim medis sebanyak 2 orang dan tim teknisi sebanyak 4 orang. “Jika ada yang butuh kaki palsu bisa hubungi di 081138207621. Nanti admin kami yang namanya ibu Lena akan mendampingi pendaftaran dan assessment sesuai dengan kapasitas kami atau kita beri rujukan ke rekanan kami,” jelas Juli.
Program kursi roda dan advokasi ini dilakukan untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan penyandang disabilitas sesuai Peraturan Daerah bagi para penyandang disabilitas di seluruh kota dan kabupaten di Bali. “Saat ini kami sedang menginisiasi program advokasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk penyediaan alat bantu adaptif yang skemanya mirip seperti BPJS yang didanai dari pemerintah,” jelas Putu Juliani Lawalata, Operation Manager Puspadi Bali.
Puspadi juga mempunyai bengkel untuk pembuatan kaki palsu maupun alat penyangga lainnya yang berada di Aneka Linden Centre, Jalan Bakung, Kesiman. Pengadaan kaki palsu Puspadi ini memiliki beberapa donatur khusus, seperti Inspirasia Foundation serta beberapa donor lainnya dari organisasi, perusahaan, juga individu.
Lebih lanjut Koodinator Prostetik dan Ortotik Puspadi Bali, Ida Ayu Puspa Kirana STr OP membeberkan beberapa syarat mudah untuk mendapatkan kaki palsu. “Pemakaian kaki palsu bisa pada orang yang mengalami cacat dari lahir di bagian kaki, kecelakaan, infeksi tertentu serta amputasi pasca pasca operasi,” ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Dayu ini melanjutkan bahwa pemakaian kaki palsu juga tergantung pada kondisi kaki klien. “Setelah diamputasi dilihat lukanya sudah sembuh atau belum selama enam bulan. Lalu kalau untuk diabetes tergantung gula darahnya. Begitu juga dengan tumor, perawatan seperti kemo dan terapi lainnya harus selesai dulu,” imbuh Dayu.
Sebelum pandemi, klien yang ingin mendapatkan kaki palsu, bisa melakukan konsultasi langsung dengan datang ke lokasi. Namun, sejak pandemi kini Puspadi membuat daftar antrean dengan mendaftar lebih dulu. “Kami juga ikut menjemput bola dengan membuat tim penjangkauan sampai ke desa-desa,” tutur Juliani.
Bahkan sebelum Covid-19 merebak, tim Puspadi pernah juga melakukan mobile service ke Jawa Timur dan Lombok Timur.
Pembuatan kaki palsu sendiri tidak memakan waktu yang lama. Dayu yang sudah mengabdi di Puspadi Bali selama 2,5 tahun menjelaskan bahwa pembuatan kaki palsu hanya butuh waktu sekitar 3-4 hari. “Dari awal ukur sampai kaki palsu jadi itu sekitar 3-4 hari. Selebihnya tergantung kondisi klien juga. Biasanya anak-anak lebih cepat penyesuaiannya. Jika kurang nyaman bisa disesuaikan lagi. Paling lama seminggu,” jelas Dayu.
Dayu kembali menegaskan bahwa kondisi klien sangat menentukan pembuatan kaki palsu. Seperti pada klien yang memiliki obesitas dan ibu hamil. “Ada beberapa klien yang obesitas. Selama tidak lebih dari 90 kg, masih bisa pakai kaki palsu. Kalau ibu hamil kita sesuaikan juga,” tutur Dayu lagi.
Kaki palsu sendiri bisa digunakan hingga interval 1-2 tahun. Interval juga akan berbeda untuk anak-anak dan orang dewasa. “Untuk anak-anak dilakukan 6 bulan sekali pengecekan, untuk orang dewasa 1-2 tahun. Jika ada permasalahan seperti longgar bisa langsung dibawa untuk direparasi di bengkel,” jelas Dayu.
Menurut Juli, kesediaan waktu dari keluarga klien untuk mengantarkan klien bisa mempengaruhi jadwal latihan dan jadwal servis kaki palsu juga. Untuk itu, komunikasi dengan klien terus dilakukan Puspadi Bali. “Ini bagian dari program monitoring kami juga. Tentunya kami berharap ada peningkatan kualitas hidup dari para klien kami,” tutur Juli lagi.
Saat ini di Puspadi Bali untuk pembuatan alat bantu kaki palsu dibagi ke dalam beberapa tim. Ada tim medis sebanyak 2 orang dan tim teknisi sebanyak 4 orang. “Jika ada yang butuh kaki palsu bisa hubungi di 081138207621. Nanti admin kami yang namanya ibu Lena akan mendampingi pendaftaran dan assessment sesuai dengan kapasitas kami atau kita beri rujukan ke rekanan kami,” jelas Juli.
1
Komentar