Abigail dan Angeline Toska Ungkap Peluang Kerja di Dunia Esports
DENPASAR, NusaBali.com
Esports atau yang juga dikenal dengan olahraga elektronik semakin naik daun sejak tahun 2019. Esport bahkan kini sudah diakui sebagai salah satu cabang olahraga oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sejak Agustus 2020 lalu.
Esports adalah permainan atau game interaktif dan kompetitif yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, console, telepon seluler, dan sebagainya. Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk gim dan esports. Riset Pokkt Decision Lab dan Media Marketing Association mengungkapkan bahwa ada 60 juta pemain game mobile di Indonesia dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 100 juta.
Beberapa tim asal Indonesia juga tercatat pernah menjuarai kompetisi tingkat dunia. Tim tersebut antara lain adalah EVOS Esports pada ajang M1 World Championship dan Bigetron Esports yang menjuarai kompetisi PUBG Mobile Club Open Fall Spit Global Finals 2019.
Seiring berjalannya waktu esports kini dilirik sebagai peluang bisnis baru. Kini, mulai banyak start-up yang berkaitan dengan esports. Selain itu, bidang pekerjaan dalam esports pun tidak melulu tentang atlet ataupun pelatih. Seperti olahraga lainnya yang memiliki komentator selama jalannya pertandingan, esports juga memiliki caster. Tidak hanya itu, ada juga brand ambassador yang dipilih untuk menjadi representasi dari sebuah game.
Ditambah lagi dengan kegairahan bisnis game di masa pandemi yang belakangan ini juga terlihat dari pertumbuhannya yang signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mengutip hasil riset Youzu Interactive, pertumbuhan bisnis game dunia mengalahkan pertumbuhan bisnis musik dan film.
Para pemain bisnis game di Indonesia seperti Garena dan UniPin (PT Dua Puluh Empat Jam Online) justru merasakan berkah kebijakan stay at home. Distributor game dan platform pembayaran voucher game ini bahkan mengalami peningkatan permintaan khususnya pada game FreeFire, Mobile Legend serta PUBG Mobile.
Dalam kesempatan webinar Women in Business yang diadakan oleh Connext melalui platform Zoom pada Kamis (18/2/2021) Abigail yang merupakan Profesional Caster dan Angeline ‘Toska’ Vivian selaku General Manager Morph Team hadir sebagai pembicara. Abigail yang akrab disapa ‘Mamak’ dan Toska membagi pengalaman mereka bekerja dalam dunia esports.
Webinar yang diikuti oleh 30 orang ini berjalan dengan interaktif. Abigail dan Toska menjawab setiap pertanyaan dari para peserta dan secara blak-blakan menjelaskan dinamika bekerja dalam dunia esports.
Sebagai professional caster, Abigail menyatakan jika ada perempuan yang ingin menjadi brand ambassador sebuah game tidak harus memiliki kemampuan game yang luar biasa. “Skill tentunya penting. Tapi yang paling penting itu adalah camera ready. Karena sebagai brand ambassador tentunya harus bisa mengerti menjelaskan tentang produk dong,” ujarnya antusias.
Sementara itu menurut Toska sendiri perkembangan dunia esport akan semakin pesat ke depannya. “Tidak peduli perusahaan atau komunitas itu masih kecil karena persaingannya akan semakin ketat,” ungkap Toska. Ia pun mengingatkan akan pentingnya memiliki tim, serta sponsor atau investor yang kuat.
Lebih lanjut, banyak peserta yang bertanya mengenai peluang bekerja di dunia esports yang berkaitan dengan manajemen. Toska dan Abigail pun menceritakan bahwa peluang bekerja di bidang ini sangatlah terbuka lebar. Toska bahkan menjelaskan bahwa ada lowongan magang di Morph Team. “Fresh graduate bisa join. Bahkan lebih baik lagi untuk bisa menambah pengalaman kalian,” ujarnya pada peserta.
Abigail juga mengingatkan layaknya melamar pekerjaan pada perusahaan pada umumnya, CV juga adalah hal penting bagi para pelamar. “Perhatikan CV kalian ya. Itu basic atau hal dasar yang diperlukan,” ungkapnya.
Terungkap, Morph Team yang sudah menjadi perusahaan besar rupanya bermodalkan biaya yang tidak sedikit. “Detilnya mungkin bisa kita share lain waktu ya, tapi minimal Rp 1-2 miliar. Bisa dibilang harus berani bakar uang,” ungkap Toska.
Selain itu, industri esports di luar negeri rupanya berkesempatan untuk dimasuki perjudian. Hal tersebut juga bisa terjadi di Indonesia. “Untuk itu sangat diperlukan manajemen yang baik dan penyediaan yang lengkap dan komplit karena itu penting bagi setiap atlet dan perusahaannya sendiri,” jelas Toska yang disetujui Abigail.
Terakhir, Toska dan Abigail berpesan bahwa di dunia masa kini, kesempatan itu bisa selalu datang. “Jangan berpikir karena kita perempuan jadi tidak bisa mengerti tentang game, justru dengan adanya manajemen esports saat ini dibutuhkan banyak yang mengerti manajemen yang baik dan perempuan menguasai hal itu,” tutur Toska.
Di sisi lain, Abigail menjelaskan bahwa penting untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki. “Berani mencoba dan show your skill. Siapa tahu bisa menghasilkan,” tutupnya.*
Beberapa tim asal Indonesia juga tercatat pernah menjuarai kompetisi tingkat dunia. Tim tersebut antara lain adalah EVOS Esports pada ajang M1 World Championship dan Bigetron Esports yang menjuarai kompetisi PUBG Mobile Club Open Fall Spit Global Finals 2019.
Seiring berjalannya waktu esports kini dilirik sebagai peluang bisnis baru. Kini, mulai banyak start-up yang berkaitan dengan esports. Selain itu, bidang pekerjaan dalam esports pun tidak melulu tentang atlet ataupun pelatih. Seperti olahraga lainnya yang memiliki komentator selama jalannya pertandingan, esports juga memiliki caster. Tidak hanya itu, ada juga brand ambassador yang dipilih untuk menjadi representasi dari sebuah game.
Ditambah lagi dengan kegairahan bisnis game di masa pandemi yang belakangan ini juga terlihat dari pertumbuhannya yang signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mengutip hasil riset Youzu Interactive, pertumbuhan bisnis game dunia mengalahkan pertumbuhan bisnis musik dan film.
Para pemain bisnis game di Indonesia seperti Garena dan UniPin (PT Dua Puluh Empat Jam Online) justru merasakan berkah kebijakan stay at home. Distributor game dan platform pembayaran voucher game ini bahkan mengalami peningkatan permintaan khususnya pada game FreeFire, Mobile Legend serta PUBG Mobile.
Dalam kesempatan webinar Women in Business yang diadakan oleh Connext melalui platform Zoom pada Kamis (18/2/2021) Abigail yang merupakan Profesional Caster dan Angeline ‘Toska’ Vivian selaku General Manager Morph Team hadir sebagai pembicara. Abigail yang akrab disapa ‘Mamak’ dan Toska membagi pengalaman mereka bekerja dalam dunia esports.
Webinar yang diikuti oleh 30 orang ini berjalan dengan interaktif. Abigail dan Toska menjawab setiap pertanyaan dari para peserta dan secara blak-blakan menjelaskan dinamika bekerja dalam dunia esports.
Sebagai professional caster, Abigail menyatakan jika ada perempuan yang ingin menjadi brand ambassador sebuah game tidak harus memiliki kemampuan game yang luar biasa. “Skill tentunya penting. Tapi yang paling penting itu adalah camera ready. Karena sebagai brand ambassador tentunya harus bisa mengerti menjelaskan tentang produk dong,” ujarnya antusias.
Sementara itu menurut Toska sendiri perkembangan dunia esport akan semakin pesat ke depannya. “Tidak peduli perusahaan atau komunitas itu masih kecil karena persaingannya akan semakin ketat,” ungkap Toska. Ia pun mengingatkan akan pentingnya memiliki tim, serta sponsor atau investor yang kuat.
Lebih lanjut, banyak peserta yang bertanya mengenai peluang bekerja di dunia esports yang berkaitan dengan manajemen. Toska dan Abigail pun menceritakan bahwa peluang bekerja di bidang ini sangatlah terbuka lebar. Toska bahkan menjelaskan bahwa ada lowongan magang di Morph Team. “Fresh graduate bisa join. Bahkan lebih baik lagi untuk bisa menambah pengalaman kalian,” ujarnya pada peserta.
Abigail juga mengingatkan layaknya melamar pekerjaan pada perusahaan pada umumnya, CV juga adalah hal penting bagi para pelamar. “Perhatikan CV kalian ya. Itu basic atau hal dasar yang diperlukan,” ungkapnya.
Terungkap, Morph Team yang sudah menjadi perusahaan besar rupanya bermodalkan biaya yang tidak sedikit. “Detilnya mungkin bisa kita share lain waktu ya, tapi minimal Rp 1-2 miliar. Bisa dibilang harus berani bakar uang,” ungkap Toska.
Selain itu, industri esports di luar negeri rupanya berkesempatan untuk dimasuki perjudian. Hal tersebut juga bisa terjadi di Indonesia. “Untuk itu sangat diperlukan manajemen yang baik dan penyediaan yang lengkap dan komplit karena itu penting bagi setiap atlet dan perusahaannya sendiri,” jelas Toska yang disetujui Abigail.
Terakhir, Toska dan Abigail berpesan bahwa di dunia masa kini, kesempatan itu bisa selalu datang. “Jangan berpikir karena kita perempuan jadi tidak bisa mengerti tentang game, justru dengan adanya manajemen esports saat ini dibutuhkan banyak yang mengerti manajemen yang baik dan perempuan menguasai hal itu,” tutur Toska.
Di sisi lain, Abigail menjelaskan bahwa penting untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki. “Berani mencoba dan show your skill. Siapa tahu bisa menghasilkan,” tutupnya.*
Komentar