Diagramkan Purnama-Tilem 100 Tahun
I Gede Marayana, Pakar Kalender Bali dari Buleleng
Tilem Kaulu pada Wraspati Pon Landep jatuh pada Kamis (11/2/2021). Tilem ini akan jatuh pada hari, wawaran dan wuku yang sama pada 16 April 2026.
SINGARAJA, NusaBali
Salah satu seni dan budaya Bali yang diakui menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) adalah pangalantaka dalam sistem penanggalan Bali. Pangalantaka atau acuan dasar penentu hari Purnama-Tilem dikembangkan melalui diagram pangalantaka oleh seorang ahli astronomi Bali I Gede Marayana. Ilmu penanggalan Bali yang dikembangkannya ini dapat menghitung jatuhnya hari Purnama-Tilem dalam kurun waktu 100 tahun.
Diagram pangalantaka hasil inisiasi Marayana ini dapat ditemukan di salah satu halaman belakang kalender Bali susunannya. Diagram pangalantaka itu bergambar seperti spriral menyerupai tata surya, padat dengan garis titik merah dan hitam serta keterangan di bagian bawahnya. Ditemui di kediamannya di Lingkungan Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (19/2), Marayana tampak masih sangat sehat. Di usia menginjak 72 tahun, pria yang asli Banjar Dinas Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng juga masih aktif di sejumlah organisasi adat di Buleleng.
Sebelum menerbitkan kalender pertamanya pada tahun 1993, Marayana mengaku tak memiliki cita-cita sebagai penyusun kalender. Namun diakuinya, ketertarikan pada penghitungan dewasa ayu yang selalu menjadi patokan kegiatan agama dan adat di Bali sudah dirasakannya sejak muda. Minatnya pun semakin meningkat saat almarhum ayahnya I Nyoman Pasek yang keseharian sebagai petani sangat sering menggunakan ala ayuning dewasa setiap kali melakukan pekerjaannya di sawah.
Keaktifannya di organisasi adat membuat Marayana dipilih menjadi Wakil Kelian Desa Adat Galiran tahun 1975. Kepercayaan krama secara tidak langsung mengarahkannya mempelajari padewasaan. Tahun 1979, Bali melangsungkan upacara besar Eka Dasa Rudra di Pura Besakih, Karangasem. Upacara ini berlangsung setiap 100 tahun sekali. Berkat upacara itu, dia makin tertarik memperdalam ilmu wariga. Lebih-lebih, menyaksikan langsung upacara Hindu sejagat. ‘’Pikiran saya saat itu heran kok bisa dipolakan 100 tahun, dari sana saya mulai belajar sedikit dan menemukan buku wariga, penghitungan purnama tilem yang disebut pangalantaka,” kenang anak sulung pasangan almarhum I Nyoman Pasek - Ni Nengah Wangi ini.
Marayana sebenarnya pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng. Niat dan ketertarikannya pada wariga kemudian dimantapkan dengan mulai mempelajari ilmu astronomi Bali pada tahun 1979 silam. Dia yang tugas kesehariannya menghitung proyek bangunan, setelah mempelajari pangalantaka, Marayana menemukan penghitungan tak hanya sistematis menggunakan sasih, wuku dan wawaran, tetapi juga ditemukannya rumus sangat matematis.
Dia berusaha memastikan rumus matematisnya agar relevan untuk diterapkan. Ayah empat anak ini pun memperdalam ilmu pangalantakanya sekitar 10 tahun. Pengembangan ilmu pangalantaka dia sempurnakan dengan mencari referensi di Gedong Kirtya, Singaraja. Referensi yang ditemukan, salah satunya tentang sistem penyusunan kalender oleh Ida Bagus Sugriwa, putra asli Buleleng. Namun terbitan kalendernya hanya sampai pada era di bawah tahun 1950. Rumus pangalantakanya itu kemudian dituangkan dalam bentuk diagram pangalantaka. Sistem penghitungan hari purnama tilem itu, menurut suami almarhum Ni Made Kerti ini mengadopsi ilmu ukur tanah polygon. “Selama ini orang menilai wariga sangat tradisional, padahal jika dikaji ilmu wariga sama dengan ilmu jyotisa dalam agama, atau ilmu astronomi, yang dapat dibuktikan keilmiahannya,” jelas alumi Sekolah Teknik Mesin (STM) ini.
Dalam hitungan matematisnya yang dituangkan dalam diagram pangalantaka, setiap purnama dan tilem akan jatuh di hari, wawaran dan wuku yang sama setiap 9 oton/weton atau lima tahun sekali. Marayana menyontohkan Tilem Kaulu pada Wraspati Pon Landep jatuh pada Kamis (11/2/2021). Tilem ini akan jatuh pada hari, wawaran dan wuku yang sama pada 16 April 2026 mendatang. Penghitungan itu didapatkan dari satu pawukon yang berjumlah 210 hari dikalik 9 oton sehingga mendapatkan 1.890 hari. Jumlah itu pun dihitung kedepan.
Setelah ilmunya penghitungan matematisnya sempurna selama sepuluh tahun, atas dorongan tokoh adat di Buleleng, ditahun 1980an Marayana melanjutkan pembelajarannya ilmu astronomi untuk menyusun kalender. Hingga penyusunan kalender pertamanya diterbitkan tahun 1993. Dalam sistematika penyusunan kalender Bali, menurutnya penentuan sasih mengacu pada 3 unsur. Yakni surya (matahari) candra (bulan) dan bintang (rasi bintang). Bahkan penentuan sasih kasa (pertama) ditentukan setelah terbitnya bintang kartika (uluku). Secara kasat mata dan telah melalui penelitian ahli astronomi Jepang, terbitnya bintang kartika dapat dilihat langsung dari Pantai Ponjok Batu, Desa Bukti Kecamatan Tejakula Buleleng. *Lik
Diagram pangalantaka hasil inisiasi Marayana ini dapat ditemukan di salah satu halaman belakang kalender Bali susunannya. Diagram pangalantaka itu bergambar seperti spriral menyerupai tata surya, padat dengan garis titik merah dan hitam serta keterangan di bagian bawahnya. Ditemui di kediamannya di Lingkungan Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (19/2), Marayana tampak masih sangat sehat. Di usia menginjak 72 tahun, pria yang asli Banjar Dinas Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng juga masih aktif di sejumlah organisasi adat di Buleleng.
Sebelum menerbitkan kalender pertamanya pada tahun 1993, Marayana mengaku tak memiliki cita-cita sebagai penyusun kalender. Namun diakuinya, ketertarikan pada penghitungan dewasa ayu yang selalu menjadi patokan kegiatan agama dan adat di Bali sudah dirasakannya sejak muda. Minatnya pun semakin meningkat saat almarhum ayahnya I Nyoman Pasek yang keseharian sebagai petani sangat sering menggunakan ala ayuning dewasa setiap kali melakukan pekerjaannya di sawah.
Keaktifannya di organisasi adat membuat Marayana dipilih menjadi Wakil Kelian Desa Adat Galiran tahun 1975. Kepercayaan krama secara tidak langsung mengarahkannya mempelajari padewasaan. Tahun 1979, Bali melangsungkan upacara besar Eka Dasa Rudra di Pura Besakih, Karangasem. Upacara ini berlangsung setiap 100 tahun sekali. Berkat upacara itu, dia makin tertarik memperdalam ilmu wariga. Lebih-lebih, menyaksikan langsung upacara Hindu sejagat. ‘’Pikiran saya saat itu heran kok bisa dipolakan 100 tahun, dari sana saya mulai belajar sedikit dan menemukan buku wariga, penghitungan purnama tilem yang disebut pangalantaka,” kenang anak sulung pasangan almarhum I Nyoman Pasek - Ni Nengah Wangi ini.
Marayana sebenarnya pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng. Niat dan ketertarikannya pada wariga kemudian dimantapkan dengan mulai mempelajari ilmu astronomi Bali pada tahun 1979 silam. Dia yang tugas kesehariannya menghitung proyek bangunan, setelah mempelajari pangalantaka, Marayana menemukan penghitungan tak hanya sistematis menggunakan sasih, wuku dan wawaran, tetapi juga ditemukannya rumus sangat matematis.
Dia berusaha memastikan rumus matematisnya agar relevan untuk diterapkan. Ayah empat anak ini pun memperdalam ilmu pangalantakanya sekitar 10 tahun. Pengembangan ilmu pangalantaka dia sempurnakan dengan mencari referensi di Gedong Kirtya, Singaraja. Referensi yang ditemukan, salah satunya tentang sistem penyusunan kalender oleh Ida Bagus Sugriwa, putra asli Buleleng. Namun terbitan kalendernya hanya sampai pada era di bawah tahun 1950. Rumus pangalantakanya itu kemudian dituangkan dalam bentuk diagram pangalantaka. Sistem penghitungan hari purnama tilem itu, menurut suami almarhum Ni Made Kerti ini mengadopsi ilmu ukur tanah polygon. “Selama ini orang menilai wariga sangat tradisional, padahal jika dikaji ilmu wariga sama dengan ilmu jyotisa dalam agama, atau ilmu astronomi, yang dapat dibuktikan keilmiahannya,” jelas alumi Sekolah Teknik Mesin (STM) ini.
Dalam hitungan matematisnya yang dituangkan dalam diagram pangalantaka, setiap purnama dan tilem akan jatuh di hari, wawaran dan wuku yang sama setiap 9 oton/weton atau lima tahun sekali. Marayana menyontohkan Tilem Kaulu pada Wraspati Pon Landep jatuh pada Kamis (11/2/2021). Tilem ini akan jatuh pada hari, wawaran dan wuku yang sama pada 16 April 2026 mendatang. Penghitungan itu didapatkan dari satu pawukon yang berjumlah 210 hari dikalik 9 oton sehingga mendapatkan 1.890 hari. Jumlah itu pun dihitung kedepan.
Setelah ilmunya penghitungan matematisnya sempurna selama sepuluh tahun, atas dorongan tokoh adat di Buleleng, ditahun 1980an Marayana melanjutkan pembelajarannya ilmu astronomi untuk menyusun kalender. Hingga penyusunan kalender pertamanya diterbitkan tahun 1993. Dalam sistematika penyusunan kalender Bali, menurutnya penentuan sasih mengacu pada 3 unsur. Yakni surya (matahari) candra (bulan) dan bintang (rasi bintang). Bahkan penentuan sasih kasa (pertama) ditentukan setelah terbitnya bintang kartika (uluku). Secara kasat mata dan telah melalui penelitian ahli astronomi Jepang, terbitnya bintang kartika dapat dilihat langsung dari Pantai Ponjok Batu, Desa Bukti Kecamatan Tejakula Buleleng. *Lik
Komentar