Siswa SMP Ngamuk Bawa Sajam
Seorang siswa SMPN 3 Ubud, Gianyar, RW,13, di Banjar Silungan, Desa Lodtunduh, Ubud, Gianyar, mengamuk di sekolahnya saat jam belajar, Rabu (24/11) pukul 13.40 Wita.
GIANYAR, NusaBali
Tak tanggung-tanggung, RW mengamuk sambil menodongkan senjata tajam (sajam) jenis pisau dapur kepada teman-temannya. Akibatnya, seluruh siswa di sekolah itu pun berhamburan keluar sekolah untuk menyelamatkan diri.
Informasi di lapangan, sebelum ngamuk, RW sempat ke kantin sekolah. Tidak ada gelagat mencurigakan pada diri RW. Namun ia tiba-tiba mengambil pisau di kantin, tanpa seizin pemilik kantin. Ia langsung menodongkan pisau dan mengamuk tidak karuan.
Suasana sekolah jadi tegang. Ulah RW ini pun dilaporkan kepada para guru setempat. Namun para guru gagal menenangkan RW. RW malah makin mengamuk dan menantang siswa lainnya jika berani mendekat. Bahkan, sambil membawa pisau dapur itu, RW sempat mengejar secara acak teman-temannya.
Hingga akhirnya ia sempat menghadang seorang siswa, F, 13, asal Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati. RW mengacungkan pisau ke arah F. Suasana sekolah pun makin tegang. Para guru di sekolah itu berteriak dan berusaha meredam supaya RW tidak melakukan tindak kekerasan.
Di tengah ketegangan tersebut, pihak guru menghubungi Polsek Ubud untuk meminta pertolongan mengamankan RW. Tim Buser Polsek bersama Sat Intel turun ke sekolah itu. Setelah polisi tiba di lokasi, emosi RW terkendali. Polisi pun meminta pisau tersebut untuk diamankan. Untuk menengahi masalah itu, polisi memanggil orangtua RW untuk datang ke sekolah guna memperjelas kelakuan RW yang mengancam nyawa teman-temannya itu.
Kapolsek Ubud AKP Nyoman Wirajaya menjelaskan personel Polsek di lokasi kejadian juga memediasi kasus anak di bawah umur itu. “Siswa ini sebelumnya sempat ngamuk di sekolah, namun tak membawa pisau. Sehingga teman-temannya menjadi ketakutan,” terangnya.
Pihak kepolisian dan sekolah pun menyerahkan penanganannya kepada orangtua dan keluarga siswa untuk menjaga dan merawat RW lebih baik. “Kasus ini tidak dilaporkan secara resmi dan diselesaikan secara kekeluargaan,” jelas Wirajaya.
Dihubungi malam kemarin, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gianyar Made Suradnya mengaku, belum menerima laporan adanya siswa ngamuk tersebut. ‘’Oh…, masa ada begitu. Saya belum dengar itu. Coba saya cek dulu,’’ ujarnya.
Beberapa menitnya lagi, Suradnya menghubungi NusaBali. Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Gianyar ini mengatakan, dirinya telah mengontak via teleponnya, Kasek SMPN 3 Ubud Made Berata. Kata dia, kasek ini tak melaporkan langsung kasus itu ke dirinya selaku Kadisdikpora karena cukup melaporkan ke salah seorang Kasi di Disdikpora itu. Kepada Suradnya, Berata menjelaskan, pada diri RW kadang-kadang muncul gelagat aneh, dan diduga karena labil mental. Ortunya sempat mengajak anak ini ke Psikolog, namun belum ada perubahan. Usai ngamuk dan tenang, saat ditanya Kasek Berata, anak ini mengaku tak sadarkan diri dan tak pernah merasa ngamuk. ‘’Anak ini akhirnya diminta istirahat dua hari. Untuk ulangan umum Senin depan, agar diantar oleh ortunya ke sekolah,’’ jelas Suradnya. * cr62, lsa
Tak tanggung-tanggung, RW mengamuk sambil menodongkan senjata tajam (sajam) jenis pisau dapur kepada teman-temannya. Akibatnya, seluruh siswa di sekolah itu pun berhamburan keluar sekolah untuk menyelamatkan diri.
Informasi di lapangan, sebelum ngamuk, RW sempat ke kantin sekolah. Tidak ada gelagat mencurigakan pada diri RW. Namun ia tiba-tiba mengambil pisau di kantin, tanpa seizin pemilik kantin. Ia langsung menodongkan pisau dan mengamuk tidak karuan.
Suasana sekolah jadi tegang. Ulah RW ini pun dilaporkan kepada para guru setempat. Namun para guru gagal menenangkan RW. RW malah makin mengamuk dan menantang siswa lainnya jika berani mendekat. Bahkan, sambil membawa pisau dapur itu, RW sempat mengejar secara acak teman-temannya.
Hingga akhirnya ia sempat menghadang seorang siswa, F, 13, asal Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati. RW mengacungkan pisau ke arah F. Suasana sekolah pun makin tegang. Para guru di sekolah itu berteriak dan berusaha meredam supaya RW tidak melakukan tindak kekerasan.
Di tengah ketegangan tersebut, pihak guru menghubungi Polsek Ubud untuk meminta pertolongan mengamankan RW. Tim Buser Polsek bersama Sat Intel turun ke sekolah itu. Setelah polisi tiba di lokasi, emosi RW terkendali. Polisi pun meminta pisau tersebut untuk diamankan. Untuk menengahi masalah itu, polisi memanggil orangtua RW untuk datang ke sekolah guna memperjelas kelakuan RW yang mengancam nyawa teman-temannya itu.
Kapolsek Ubud AKP Nyoman Wirajaya menjelaskan personel Polsek di lokasi kejadian juga memediasi kasus anak di bawah umur itu. “Siswa ini sebelumnya sempat ngamuk di sekolah, namun tak membawa pisau. Sehingga teman-temannya menjadi ketakutan,” terangnya.
Pihak kepolisian dan sekolah pun menyerahkan penanganannya kepada orangtua dan keluarga siswa untuk menjaga dan merawat RW lebih baik. “Kasus ini tidak dilaporkan secara resmi dan diselesaikan secara kekeluargaan,” jelas Wirajaya.
Dihubungi malam kemarin, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gianyar Made Suradnya mengaku, belum menerima laporan adanya siswa ngamuk tersebut. ‘’Oh…, masa ada begitu. Saya belum dengar itu. Coba saya cek dulu,’’ ujarnya.
Beberapa menitnya lagi, Suradnya menghubungi NusaBali. Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Gianyar ini mengatakan, dirinya telah mengontak via teleponnya, Kasek SMPN 3 Ubud Made Berata. Kata dia, kasek ini tak melaporkan langsung kasus itu ke dirinya selaku Kadisdikpora karena cukup melaporkan ke salah seorang Kasi di Disdikpora itu. Kepada Suradnya, Berata menjelaskan, pada diri RW kadang-kadang muncul gelagat aneh, dan diduga karena labil mental. Ortunya sempat mengajak anak ini ke Psikolog, namun belum ada perubahan. Usai ngamuk dan tenang, saat ditanya Kasek Berata, anak ini mengaku tak sadarkan diri dan tak pernah merasa ngamuk. ‘’Anak ini akhirnya diminta istirahat dua hari. Untuk ulangan umum Senin depan, agar diantar oleh ortunya ke sekolah,’’ jelas Suradnya. * cr62, lsa
1
Komentar