8 Penyair Dunia Dipastikan Hadir
Tabanan buat pertama kali dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan puisi bertaraf internasional. Kegiatan sastra bertajuk ‘Tabanan International Poetry Festival 2015’ diagendakan berlangsung selama hampir sepekan, 27 November-1 Desember 2015 nanti.
Festival Puisi Internasional di Tabanan ini bertemakan ‘puisi dan kemanusiaan’. Menurut Samar Gantang, Festival Puisi International digelar rutin setiap tahun dan ini sudah memasuki pelaksanaan ketiga. Festival pertama digelar tahun 2012 lalu di Surabaya (Jawa Timur), Malang (Jawa Timur), Magelang (Jawa Tengah), dan Pekalongan (Jawa Tengah). Sedangkan festival kedua tahun 2013 digelar di Afrika Selatan dengan tema ‘Festival in Harare’.
Pada festival tahun 2013 di Afrika Selatan itu pula dibahas pementasan selanjutnya yang disepakati digelar di rumah penyair peserta World Poetry. “Keputusannya, pementasan pertama kali disepakati di tanah kelahiran Samar Gantang (di Tabanan, red). Sehingga, Tabanan tahun ini bertindak sebagai tuan rumah ‘Tabanan International Poetry Festival 2015’,” beber Samar Gantang.
Samar Gantang menceritakan, perjalanannya ke Festival in Harare, Afrika Selatan tahun 2013 lalu tidak berjalan mulus. Pasalnya, gara-gara berjenggot lebat, Samar Gantang sempat disangka teroris. Dugaan sebagai teroris semakin kuat, terlebih setelah penyair lainnya dari Indonesia, Saut Situmorang (asal Bukit Tinggi, Sumatra Utara) juga berambut gimbal. Hanya Dorothea Rosa Herliany, penyair Indonesia asal Magelang, Jawa Tengah yang kala itu penampilannya tidak aneh.
Menurut Samar Gantang, rombongan penyair Indonesia yang berjumlah tiga orang kala itu---Samar Gantang (Bali), Saut Situmorang (Sumut), dan Dorothea Rosa Herliany (Jawa Tengah)--mengalami perjalanan kurang nyaman saat memasuki perbatasan Johanesburg dan Mahikeng, 21 April 2013. Saat melewati pos Imigrasi, mereka diperiksa lebih detail. “Sedangkan rombongan penyair dari negara lainnya, hanya diperiksa paspor dan langsung dibolehkan berangkat,” kenang Samar Gantang.
Kala itu, pimpinan rombongan sekaligus penyair asal Zimbabwe, Chirikure Chirikure, tak bisa berbuat banyak. Samar Gantang yang tak punya kecakapan berbahasa asing pun hanya pasrah. Sebaliknya, Saut Situmorang dan Dorothea Rosa coba melawan dengan berbahasa Inggris.
“Petugas Imigrasi di pos perbatasan itu mengaku tak tahu Indonesia. Lalu, petugas menanyakan agama, entah apa maksudnya menanyakan agama, saya tidak tahu. Kemu-dian, Dorothea Rosa menelepon Kedutaan RI di sana, lalu petugas kedutaan itu menelepon bagian Imigrasi. Kita akhirnya diberi jalan,” katanya.
1
2
Komentar