12 Kelompok Tunggu Bantuan Bibit Babi
TABANAN, NusaBali
Pemerintah Provinsi Bali akan mencanangkan bantuan bibit babi ke seluruh kabupaten di Bali.
Namun Dinas Pertanian Tabanan hingga saat ini masih belum menerima informasi terkait kuota bibit babi yang diterima kelompok ternak Tabanan. Kendati demikian 12 proposal dari Kabupaten Tabanan sudah masuk untuk memperoleh bantuan.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana mengatakan, belum ada perkembangan informasi dari bantuan bibit babi tersebut ke kabupaten.
"Mungkin masih proses, kemarin sempat koordinasi dengan pihak provinsi, itu hibah dari Anggota DPRD Bali," ungkap Budana, Jumat (26/2).
Hanya saja, untuk mendapat bantuan bibit babi tersebut sudah ada 12 proposal dari Tabanan yang masuk ke provinsi. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah jika slot masih tersedia.
"Mudah-mudahan ada tambahan bantuan kuota ini saya akan perjuangkan," imbuhnya. Disinggung mengenai kondisi para peternak khususnya babi di Tabanan, Budana menyatakan saat ini masyarakat baik secara rumahan dan perusahaan sudah mulai membeli dan beternak lagi.
"Secara umum kelompok dan pribadi sudah mulai membeli bibit dan mulai beternak lagi. Tapi tak semua warga yang bisa membeli bibit mengingat harganya yang cukup mahal saat ini," katanya.
Budana menegaskan, sejalan dengan mulainya warga beternak babi ini, pihaknya sudah melakukan sosialisasi untuk melakukan biosecurity. Selain itu juga sanitasi lingkungan sangat perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang.
Untuk peternak skala besar sudah menerapkan hal tersebut, kemungkinan yang masih belum maksimal ada pada peternak mandiri yang biasanya berada di perumahan warga.
"Setiap kecamatan petugasnya sudah melakukan sosialisasi langkah antisipasi kesehatan kandang serta sanitasi lingkungan. Dan kami lebih fokus ke wilayah yang dulu masif terserang virus," ungkapnya.
Sementara itu seorang peternak asal Banjar/Desa Baru, Kecamatan Marga, Tabanan, I Ketut Gede Jaya Ada mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya selalu rutin menerapakan biosecurity dan sanitasi lingkungan secara maksimal. Terbukti, dengan penerapan tersebut ternak miliknya terhindar dari ancaman penyakit.
"Jika melihat saat wabah babi mati mendadak di tahun 2020 lalu, syukur hewan ternak saya disini masih selamat. Saya selalu tekankan penerapan tersebut secara maksimal," ungkapnya saat dijumpai beberapa waktu lalu.
Hanya saja diakuinya untuk penerapan biosecurity memang masih belum maksimal. Sebab peternak di Bali sebagian besar memelihara babi dalam lingkup rumah tangga.
"Nah mungkin karena faktor itu para masyarakat terutama yang beternak skala rumahan justru belum maksimal memahami perkembangan pengetahuan perihal kesehatan hewan, kualitas pakan, kandang, sanitasi hingga bibitan babi yang dihasilkan," tandasnya. *des
Komentar