Batuan Terapkan Bank Sampah Digital
GIANYAR, NusaBali
Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, salah satu desa di Bali yang warganya sangat kental melakoni budaya tradisi Bali.
Namun demikian, desa yang tetangga utara Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini juga aktif mengakses teknologi modern. Desa ini kini mulai menerapkan Bank Sampah berbasis digital, dikelola melalui BUMDes Praja Kerta, Desa Batuan. Pelaksanaan Bank Sampah digelar rutin sebulan sekali dengan memberdayakan kelompok PKK di masing-masing Banjar. Disebut digital karena pendaftaran nasabah, input data jumlah Sampah yang ditabung, hingga total nilai sampah langsung direkam dalam aplikasi digital.
Perbekel Batuan Ari Anggara, ditemui beberapa waktu lalu, menjelaskan pengelolaan Bank Sampah Digital ini bekerjasama dengan pihak ketiga. "Bank sampah ini merupakan salah satu janji saya saat kampanye tahun lalu, yaitu Kolaborasi Pembentukan Bank Sampah Berbasis PKK yang tertuang pada misi kedua yakni Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Hidup di Desa Batuan," jelasnya.
Pelaksanaan Bank Sampah dilakukan untuk meminimalkan pengangkutan Sampah, utamanya Sampah non organik ke TPA Temesi. "Karena seperti diketahui, TPA memiliki keterbatasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti pasti akan terjadi masalah. Contoh kecil yang terjadi beberapa minggu ini, jadual seringkali agak kacau karena kondisi cuaca dan kendala teknis di TPA," terangnya.
Sehingga sedari awal, pihaknya bermimpi suatu saat yang dibawa dari desa Batuan ke TPA hanya berupa residu. "Sisanya kami manfaatkan dan jadikan potensi ekonomi. Salah satunya ya ini, Bank Sampah," terangnya.
Bank Sampah ini hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Sehingga sistemnya yang dipakai bisa digital dan berbasis aplikasi untuk yang mau menggunakan aplikasi. Namun juga masih ada berbasis manual untuk memfasilitasi masyarakat yang mungkin belum fasih dengan teknologi. "Kami laksanakan dengan melibatkan kader PKK masing-masing banjar dan Karang Taruna. Uang tabungan hasil penjualan sampah akan dicairkan setiap menjelang hari raya Galungan," jelasnya.
Ari Anggara menghitung, jika setiap bulan, nasabah maksimal memiliki saldo Rp 50.000, dikalikan 6 bulan maka saat Galungan saldo tabungan sampah mencukupi untuk kebutuhan upacara. Uang tabungan ini minimal dapat menutupi untuk membeli daging bahan lawar atau balung. "Semoga semakin banyak keluarga yang sadar memilah dan menabungkan sampah ke Bank Sampah kita," harapnya.
Tahun 2021, jelas perbekel masih lajang ini, Desa Batuan juga sedang berjuang membangun TPS-3R di Desa Adat Negara, Desa Batuan. TPS-3R adalah Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (mengurangi – menggunakan – daur ulang). Pengelolaan 3R ini mulai dari menjemput sampah dari tiap rumah, memilah sampah, dan mengelola sampah organik dijadikan kompos. Dengan TPS-3R diharapkan mampu menyelesaikan masalah sampah, terutama organik. "Dalam pengelolaan sampah ini, kami sudah masuk ke long list untuk pengusulan ke Kementerian PU bersama, kalau tidak salah dengan 3 desa lain," imbuhnya.
Jika TPS-3R selesai dibangun, jelas Ari Anggara, maka sedikit tidaknya membantu mengurangi beban masalah persampahan. "Saya orang yang percaya masalah sampah harus dikeroyok dari semua sisi. Program bank sampah, edukasi, TPS3 R, biopori termasuk mungkin plastik exchange sesekali untuk memberikan semangat dan reward. Walaupun yang terpenting adalah membangun kesadaran dari rumah tangga sendiri," ujarnya.*nvi
Perbekel Batuan Ari Anggara, ditemui beberapa waktu lalu, menjelaskan pengelolaan Bank Sampah Digital ini bekerjasama dengan pihak ketiga. "Bank sampah ini merupakan salah satu janji saya saat kampanye tahun lalu, yaitu Kolaborasi Pembentukan Bank Sampah Berbasis PKK yang tertuang pada misi kedua yakni Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Hidup di Desa Batuan," jelasnya.
Pelaksanaan Bank Sampah dilakukan untuk meminimalkan pengangkutan Sampah, utamanya Sampah non organik ke TPA Temesi. "Karena seperti diketahui, TPA memiliki keterbatasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti pasti akan terjadi masalah. Contoh kecil yang terjadi beberapa minggu ini, jadual seringkali agak kacau karena kondisi cuaca dan kendala teknis di TPA," terangnya.
Sehingga sedari awal, pihaknya bermimpi suatu saat yang dibawa dari desa Batuan ke TPA hanya berupa residu. "Sisanya kami manfaatkan dan jadikan potensi ekonomi. Salah satunya ya ini, Bank Sampah," terangnya.
Bank Sampah ini hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Sehingga sistemnya yang dipakai bisa digital dan berbasis aplikasi untuk yang mau menggunakan aplikasi. Namun juga masih ada berbasis manual untuk memfasilitasi masyarakat yang mungkin belum fasih dengan teknologi. "Kami laksanakan dengan melibatkan kader PKK masing-masing banjar dan Karang Taruna. Uang tabungan hasil penjualan sampah akan dicairkan setiap menjelang hari raya Galungan," jelasnya.
Ari Anggara menghitung, jika setiap bulan, nasabah maksimal memiliki saldo Rp 50.000, dikalikan 6 bulan maka saat Galungan saldo tabungan sampah mencukupi untuk kebutuhan upacara. Uang tabungan ini minimal dapat menutupi untuk membeli daging bahan lawar atau balung. "Semoga semakin banyak keluarga yang sadar memilah dan menabungkan sampah ke Bank Sampah kita," harapnya.
Tahun 2021, jelas perbekel masih lajang ini, Desa Batuan juga sedang berjuang membangun TPS-3R di Desa Adat Negara, Desa Batuan. TPS-3R adalah Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (mengurangi – menggunakan – daur ulang). Pengelolaan 3R ini mulai dari menjemput sampah dari tiap rumah, memilah sampah, dan mengelola sampah organik dijadikan kompos. Dengan TPS-3R diharapkan mampu menyelesaikan masalah sampah, terutama organik. "Dalam pengelolaan sampah ini, kami sudah masuk ke long list untuk pengusulan ke Kementerian PU bersama, kalau tidak salah dengan 3 desa lain," imbuhnya.
Jika TPS-3R selesai dibangun, jelas Ari Anggara, maka sedikit tidaknya membantu mengurangi beban masalah persampahan. "Saya orang yang percaya masalah sampah harus dikeroyok dari semua sisi. Program bank sampah, edukasi, TPS3 R, biopori termasuk mungkin plastik exchange sesekali untuk memberikan semangat dan reward. Walaupun yang terpenting adalah membangun kesadaran dari rumah tangga sendiri," ujarnya.*nvi
1
Komentar