Pasien Cuci Darah Wajib Tes Antigen
Rata-rata pasien yang cuci darah menggunakan jasa BPJS Kesehatan.
AMLAPURA, NusaBali
Pasien cuci darah yang mengalami gagal ginjal di RSUD Karangasem wajib mengikuti rapid tes antigen sebelum memulai proses cuci darah. Tujuannya agar semua pasien steril dari virus corona. Apalagi pasien cuci darah memerlukan penanganan selama 4 jam hingga 4,5 jam. Para pasien sudah punya jadwal untuk cuci darah.
Direktur RSUD Karangasem, dr I Wayan Suardana MRepro, mengatakan telah memiliki 18 mesin cuci darah atau hemodialisa. Sebelumnya hanya punya 15 mesin. Saat ini melayani 15 pasien hingga 16 pasien, sedangkan dua mesin dibiarkan tidak terpakai sebagai cadangan. “Hanya perlakuannya sedikit berbeda di saat pandemi Covid-19. Pasien cuci darah terlebih dahulu menjalani rapid tes antigen dan wajib pakai masker. Pengantar pasien juga wajib jalankan protokol kesehatan,” ungkap dr Wayan Suardana, Rabu (3/3).
dr Suardana mengungkapkan, sebelumnya pasien menjalani cuci darah di Denpasar, dengan adanya tambahan mesin, banyak pindah ke RSUD Karangasem. Rata-rata pasien yang cuci darah menggunakan jasa BPJS Kesehatan. Biaya sekali cuci darah Rp 700.000. “Tiap hari pasiennya penuh, semua pasien yang datang sudah punya jadwal cuci darah,” kata dr Suardana. Cuci darah perlu karena ginjal tidak berfungsi. Mesin cuci darah sebagai pengganti ginjal, kecuali bersedia operasi ginjal dengan membeli ginjal.
Namun sulit mendapatkan donor ginjal. Walau dapat ginjal, belum tentu cocok golongan darah dan struktur organ tubuh. Biaya operasi ginjal mahal mencapai Rp 5 miliar. Karena ginjal tidak berfungsi sehingga perlu alat bantu untuk membersihkan darah. Sebab ginjal tak mampu lagi menyaring zat sisa metabolisme dalam tubuh. Teknis cuci darah, pertama membuat akses dari pembuluh darah melalui operasi ringan, tujuannya untuk menyalurkan darah dari tubuh dialirkan melalui tabung ke dalam dialyzer (ginjal buatan) untuk dibersihkan.
Pasien cuci darah perlu mewaspadai yang menyebabkan komplikasi, di antaranya tekanan darah tinggi, anemia, kram otot, gatal-gatal, dan sebagainya. Penderita biasanya kesulitan tidur, inflansi membran, menurunnya nafsu makan, perubahan warna dan suhu kulit, dan sebagainya. Pasien I Wayan Roja, 59, dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat mengaku telah tujuh tahun cuci darah. Selama menjalani program cuci darah, nafsu makan berkurang, sulit tidur, sulit minum air berlebihan, dan kesulitan makan buah-buahan yang banyak mengandung air. “Usai cuci darah, nafsu makan muncul, makannya jadi enak. Kondisi terasa bugar kembali,” kata I Wayan Roja. Sambil proses cuci darah, bisa sambil makan. *k16
Direktur RSUD Karangasem, dr I Wayan Suardana MRepro, mengatakan telah memiliki 18 mesin cuci darah atau hemodialisa. Sebelumnya hanya punya 15 mesin. Saat ini melayani 15 pasien hingga 16 pasien, sedangkan dua mesin dibiarkan tidak terpakai sebagai cadangan. “Hanya perlakuannya sedikit berbeda di saat pandemi Covid-19. Pasien cuci darah terlebih dahulu menjalani rapid tes antigen dan wajib pakai masker. Pengantar pasien juga wajib jalankan protokol kesehatan,” ungkap dr Wayan Suardana, Rabu (3/3).
dr Suardana mengungkapkan, sebelumnya pasien menjalani cuci darah di Denpasar, dengan adanya tambahan mesin, banyak pindah ke RSUD Karangasem. Rata-rata pasien yang cuci darah menggunakan jasa BPJS Kesehatan. Biaya sekali cuci darah Rp 700.000. “Tiap hari pasiennya penuh, semua pasien yang datang sudah punya jadwal cuci darah,” kata dr Suardana. Cuci darah perlu karena ginjal tidak berfungsi. Mesin cuci darah sebagai pengganti ginjal, kecuali bersedia operasi ginjal dengan membeli ginjal.
Namun sulit mendapatkan donor ginjal. Walau dapat ginjal, belum tentu cocok golongan darah dan struktur organ tubuh. Biaya operasi ginjal mahal mencapai Rp 5 miliar. Karena ginjal tidak berfungsi sehingga perlu alat bantu untuk membersihkan darah. Sebab ginjal tak mampu lagi menyaring zat sisa metabolisme dalam tubuh. Teknis cuci darah, pertama membuat akses dari pembuluh darah melalui operasi ringan, tujuannya untuk menyalurkan darah dari tubuh dialirkan melalui tabung ke dalam dialyzer (ginjal buatan) untuk dibersihkan.
Pasien cuci darah perlu mewaspadai yang menyebabkan komplikasi, di antaranya tekanan darah tinggi, anemia, kram otot, gatal-gatal, dan sebagainya. Penderita biasanya kesulitan tidur, inflansi membran, menurunnya nafsu makan, perubahan warna dan suhu kulit, dan sebagainya. Pasien I Wayan Roja, 59, dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat mengaku telah tujuh tahun cuci darah. Selama menjalani program cuci darah, nafsu makan berkurang, sulit tidur, sulit minum air berlebihan, dan kesulitan makan buah-buahan yang banyak mengandung air. “Usai cuci darah, nafsu makan muncul, makannya jadi enak. Kondisi terasa bugar kembali,” kata I Wayan Roja. Sambil proses cuci darah, bisa sambil makan. *k16
1
Komentar