Kakao Bali Disukai Pasar Dunia
Unggul di fermentasi dan non pestisida, mutunya lebih baik dibanding daerah lain
DENPASAR,NusaBali
Meski terpuruk akibat didera pandemi Corona, Bali khususnya komoditas kakao mencatatkan prestasi yang membanggakan. Lihat saja trend ekspor kakao Bali yang menunjukkan peningkatan signifikan. Dari hanya 7,5 ton pada 2019, melesat menjadi 26 ton pada 2020. Sementara sampai bulan kedua tahun 2021 ini ekspor kakao Bali mencatat angka 2 ton.
Pengolahan pasca panen melalui teknik fermentasi menjadikan kualitas biji kakao Bali, khususnya dari Kabupaten Jembrana tembus dan disukai pasar internasional.
Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara, mengatakan dengan pengolahan pascapanen melalui teknik fermentasi, petani kakao asal Kabupaten Jembrana, Bali berhasil memperoleh biji kakao dengan kualitas yang mampu menembus pasar internasional.
Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Jerman, Prancis, Austria, Belanda dan Swiss adalah pasar yang menjadi tujuan ekspor kakao Bali.
Terunanegara menyatakan Balai Karantina terus melakukan pendampingan sehingga kualitas atau mutu kakao asal Pulau Dewata ini tetap bisa dipertahankan. Dengan demikian tetap dicari pasar dunia.
“Dengan pendampingan dan pulihnya geliat ekonomi Indonesia, tahun ini (2021) ekspor kakao mampu naik tiga kali lipat,” ujar Terunanegara, Rabu (3/3).
Dikatakan Terunanegara biji kakao Bali memiliki keunggulan dari daerah lain. Tidak saja proses fermentasi pada pasca panen. Namun juga pada budidaya atau pemeliharaan yang dilakukan secara organik, tidak menggunakan pestisida.
“Biji kakao disini unik karena proses penanaman dan pasca panennya,” ujarnya. Karena itulah kakao Bali memiliki aroma yang khas.
Alasan itulah mengapa Tarunanegara optimistis ekspor kakao Bali terus meningkat, merambah pasar-pasar baru di luar negeri.
Dengan pendampingan dari Balai Karantina Pertanian, diharapkan terjadi sinkronisasi antara permintaan pasar yang semakin meluas dengan peningkatan produksi di tingkat petani.
Harapan tersebut disampaikan Terunanegara setelah sebelumnya, melakukan pengecekan 1 ton biji kakao organik milik Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KKSS) di Jembrana. Biji kakao tersebut akan dikirim ke Jepang.
Ketua Koperasi KKSS, I Ketut Wiadnyana menyatakan merasakan manfaat pendampingan oleh Balai Karantina Pertanian, khususnya terkait persyaratan ekspor komoditas.
“Kami benar-benar didampingi dan dipermudah dalam hal ekspor biji kakao,” ujarnya. Sejauh ini kata Wiadnyana hasil pertanian (kakao)selalu diterima dengan baik dan lancar di negara tujuan. Itu karena persyaratan ekspornya sudah terpenuhi dengan baik. *K17.
Pengolahan pasca panen melalui teknik fermentasi menjadikan kualitas biji kakao Bali, khususnya dari Kabupaten Jembrana tembus dan disukai pasar internasional.
Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara, mengatakan dengan pengolahan pascapanen melalui teknik fermentasi, petani kakao asal Kabupaten Jembrana, Bali berhasil memperoleh biji kakao dengan kualitas yang mampu menembus pasar internasional.
Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Jerman, Prancis, Austria, Belanda dan Swiss adalah pasar yang menjadi tujuan ekspor kakao Bali.
Terunanegara menyatakan Balai Karantina terus melakukan pendampingan sehingga kualitas atau mutu kakao asal Pulau Dewata ini tetap bisa dipertahankan. Dengan demikian tetap dicari pasar dunia.
“Dengan pendampingan dan pulihnya geliat ekonomi Indonesia, tahun ini (2021) ekspor kakao mampu naik tiga kali lipat,” ujar Terunanegara, Rabu (3/3).
Dikatakan Terunanegara biji kakao Bali memiliki keunggulan dari daerah lain. Tidak saja proses fermentasi pada pasca panen. Namun juga pada budidaya atau pemeliharaan yang dilakukan secara organik, tidak menggunakan pestisida.
“Biji kakao disini unik karena proses penanaman dan pasca panennya,” ujarnya. Karena itulah kakao Bali memiliki aroma yang khas.
Alasan itulah mengapa Tarunanegara optimistis ekspor kakao Bali terus meningkat, merambah pasar-pasar baru di luar negeri.
Dengan pendampingan dari Balai Karantina Pertanian, diharapkan terjadi sinkronisasi antara permintaan pasar yang semakin meluas dengan peningkatan produksi di tingkat petani.
Harapan tersebut disampaikan Terunanegara setelah sebelumnya, melakukan pengecekan 1 ton biji kakao organik milik Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KKSS) di Jembrana. Biji kakao tersebut akan dikirim ke Jepang.
Ketua Koperasi KKSS, I Ketut Wiadnyana menyatakan merasakan manfaat pendampingan oleh Balai Karantina Pertanian, khususnya terkait persyaratan ekspor komoditas.
“Kami benar-benar didampingi dan dipermudah dalam hal ekspor biji kakao,” ujarnya. Sejauh ini kata Wiadnyana hasil pertanian (kakao)selalu diterima dengan baik dan lancar di negara tujuan. Itu karena persyaratan ekspornya sudah terpenuhi dengan baik. *K17.
1
Komentar