Pasca Vaksinasi, Nakes di Buleleng Selama Dua Pekan Nihil Kasus Corona
Banyak Kos-kosan di Tabanan Tidak Penuhi Syarat untuk Isolasi OTB-GR
SINGARAJA, NusaBali
Proses vaksinasi massal Covid-19 yang digenjot Pemkab Buleleng untuk menghalau pandemi saat ini, menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Indikasinya, RSUD Buleleng yang selama ini menjadi rumah sakit rujukan pemerintah dalam penanganan Covid-19, mengklaim dalam dua pekan terakhir tidak ada lagi tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Corona.
Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha, menbatakan perubahan ini dirasakan setelah vaksinasi tahap I usai diikuti para tenaga kesehatan (Nakes) se-Indonesia, akhir Februari 2021 lalu. Dari hasil pemantauan, perkembangan kasus Covid-19 yang masuk dan dirawat di RSUD Buleleng pasca vaksin massal, mulai terjadi penurunan.
Menurut Arya Nugraha, secara umum penurunan jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 di Buleleng mencapai 10 persen. “Setiap sore saya amati saat mendapat laporan dari Lab PCR, selalu saya feed back apakah ada Nakes? Ternyata secara empirik sudah dua minggu ini nihil kasus konfirmasi dari Nakes. Kalau dari masyarakat umum, ada penurunan kasus 10 persen,” terang Arya Nugraha dalam keterangan persnya di Singaraja, Minggu (7/3).
Arya Nugraha juga mengatakan, dari hasil pembuktian langsung teman-teman sesama profesinya, setelah divaksin, memang muncul pembentukan antibody. Pembuktian itu pun dilakukan melalui pengujian laboratorium yang khusus mengecek antibody.
Disebutkan, di Indonesia secara nasional menggunakan vaksin Sinovac yang memiliki efesiensi 65 persen. Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan merk vaksin lainnya yang tingkat efesiensinya mencapai di atas 90 persen,
Menurut Arya Nugraha, masing-masing vaksin memiliki kelemahan dan kelebihan masing-maisng. Vaksin yang digunakan Indonesia, meskipun efektifitasnya lebih rendah, tetapi lebih aman jika diberikan kepada kalangan lanjut usia (Lansia).
“Tapi, vaksin Sinovac ini dikombinasi dengan protokol kesehatan, sebagian sudah sempat tertular dan kebal secara alami untuk mencapai health imunity 70 persen sangat besar peluangnya. Dan, pembentukan imun tubuh sebagai target memang sudah dibuktikan salah satu teman yang sengaja mengecek antibody setelah divaksin,” jelas diokter spesialis penyakit dalam asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sementara, per Minggu kemarin di Buleleng muncul 25 kasus baru Covid-19. Dari jumlah itu, 9 orang di antraanya asal Kecamatan Buleleng, 8 orang asal Kecamatan Banjar, 3 orang asal Kecamatan Seririt, 3 orang asal Kecamatan Kubutambahan, dan 2 orang asal Kecamatan Gerokgak.
Pada hari yang sama kemarin, sesuai catatan Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, juga ada 20 pasien Corona yang dinyatakan sembuh. Mereka terbanyak di Kecamatan Gerokgak mencapai 11 orang, di susul Kecamatan Buleleng (4 orang), Kecamatan Seririt (2 orang), Kecamatan Sawan (2 orang), dan Kecamatan Banjar (1 orang).
Hingga saat ini, jumlah kumulatif positif Covid-19 di Buleleng mencapoai 2.498 kasus. Dari jumlah itu, 2.238 orang sudah berhasil sembuh, 162 orang masih dalam perawatan, dan 98 orang lagi meninggal dunia.
Sementara itu, Pemkab Tabanan tengah menjajaki sejumlah kos-kosan untuk dijadikan tempat karantina pasien Orang Tanpa Gejala-Gejala Ringan (OTG-GR) Covid-19. Namun, dari hasil penjajakan yang dilakukan, banyak kos-kosan di Tabanan yang tidak memenuhi syarat.
Hal ini diungkapkan Sekda Kabupaten Tabanan, I Gede Susila, Minggu kemarin. Susila menerangkan, sesuai dengan laporan para camat, hasil dari turun cek ke lapangan, banyak kos-kosan khususnya di Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri tidak memenuhi syarat untuk dijadikan tempat isolasi OTG-GR Covid-19.
Masalahnya, kata Susila, kos-kosan di Tabanan sebagian besar menyediakan sewa kosongan alias tanpa tempat tidur. Sedangkan yang diperlukan adalah kos-kosan yang lengkap dengan fasilitas tempat tidur. Begitu pula dari hasil pengecekan di lapangan, kos-kosan yang tersedia tidak sepenuhnya tanpa penghuni.
"Setelah dijajaki, laporan camat dan tim yang sudah turun, kos-kosan yang disediakan banyak kosongan. Sedangkan kita perlu fasilitas yang lengkap termasuk tempat tidur," ungkap Susila yang juga Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Tabanan.
Meski demikian, Pemkab Tabanan masih membuka ruang, siapa tahu ada sejumlah pemilik kosan yang mau memenuhi persyaratan tersebut. Menurut Susila, informasi untuk tetap membuka kesempatan tersebut sudah disampaikan ke para bendesa adat di Tabanan.
"Rupanya saat ini belum ada yang melapor mau. Karena ada juga dari sejumlah pemilik kos-kosan penghuninya tidak kosong full. Misalnya, pemilik kos memiliki 10 kamar, yang terisi ada 2 orang. Jadi, ini kendalanya," beber Susila.
Susila menyebutkan, laporan kos-kosan yang tidak memenuhi syarat untuk isolasi OTG-GR itu jumlahnya bervariasi. Di Kecamatan Kediri, ada 10 kos-kosan yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan di Kecamatan Tabanan, ada 8 kos-kosan tidak memenuhi syarat.
Dari segi kebutuhan sesuai dengan fasilitas kamar di hotel terintegrasi, kata Susila, Tabanan memerlukan 10 kamar kos-kosan. "Kalau sekarang kita disiapkan kamar di hotel terintegrasi sekitar 135 kamar, saat ini mungkin terisi 40 orang. Namun, kesiapan kita tidak tahu berapa jumlah untuk penyediaan kamar, karena tergantung angka peningkatan kasus. Namun, kita berharap kasus Covid-19 di Tabanan terus menurun," harap mantan Kadis Pendidikan Tabanan ini.
Dengan kondisi tersebut, Pemkab Tabanan belum berani memutus kerjasama dengan hotel terintegrasi di Denpasar. Maka, pembiayaan karantina OTG-GR di hotel masih ditanggung Pemkab Tabanan. "Berapa pun nanti anggaran isolasi, Pemkab Tabanan akan berusaha untuk memback up. Sebab, penanganan Covid-19 menjadi prioritas," tandas Susila. *k23,des
1
Komentar