Tiga Ekor Hiu Mati di Perairan Buleleng
Diduga Tersangkut Jaring Nelayan
“Kalau saya baru pertama kali lihat (hiu coral catshark, red) di perairan Buleleng. Kalau di daerah lain memang bisa ditemukan,”
SINGARAJA, NusaBali
Sebayak 3 ekor hiu berukuran 40-80 sentimeter ditemukan mati tersangkut jaring di spot penyelaman Pinacle perairan Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan Buleleng, dalam tiga hari terakhir. Bangkai hiu yang diduga jenis Coral Catshark itu saat ini diawetkan yayasan Bionesia.
Menurut penyelam asal Bondalem Adi Sancaya dihubungi Minggu (7/3) kemarin menceritakan kasus temuan bangkai hiu itu pertama terjadi pada Jumat (5/3) lalu. Seorang wisatawan yang konsen pada konservasi laut, saat melakukan penyelaman di spot Pinacle Desa Bukti menemukan sebuat jaring tersangkut di atas karang berukuran besar. Temuan wisatawan asing bernama Julie itu lalu dilaporkan pada Ketua Pokmaswan Desa Bondalem Nyoman Sugiartha.
Benar saja, kondisi yang disebut gosh net itu membuat dua ekor hiu terperangkap. Keduanya berukuran panjang sekitar 80 sentimeter. Namun pada hari temuan pertama karena kondisi arus hanya dapat dilakukan pengangkatan bangkai kedua hiu.
Jaring nelayan yang nyangkut di karang baru dibersihkan Minggu (7/4) sekitar pukul 08.30 Wita. Ternyata sejumlah penyelam dari Desa Pacung, Bondalem, Amed, Sanur kembali mendapatkan satu bangkai hiu jenis sama dengan yang diangkat sebelumnya. Hal itu pun disaksikan langsung oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam Bukti Sishing Club, BPD, Babinda, PP: Dinas Ketahapan Pangan dan Perikanan.
“Dua sebelumnya berukuran lebih besar dengan panjang sekitar 80 sentimeter. Tadi saat pembersihan jaring nelayan yang tersangkut di karang besar ternyata ada lagi satu yang ebih kecil, sehingga total ada 3 ekor,” jelas Adi Sancaya. Bangkai hiu itu pun langsung dibawa yayasan Bionesia ke Denpasar, untuk diawetkan sebagai bahan penelitian.
Adi Sancaya yang sudah lama berkecimpung sebagai penyelam mengaku baru pertama kali menemukan hiu yang diduga jenis coral catshark ini. Dengan jumlah yang lebih dari 1 ekor diduga ada koloninya di perairan Buleleng. “Kalau saya baru pertama kali lihat (hiu coral catshark, red) di perairan Buleleng. Kalau di daerah lain memang bisa ditemukan. Sebelumnya sempat saya temukan dugong dan lembu laut. Ya setidaknya ini bisa menambah inventaris jenis biota laut di perairan Buleleng,” kata dia.
Semenatara itu Dosen Kelautan Undiksha Gede Iwan Setia Budi mengatakan sempat melihat postingan temuan bangkai hiu itu di akun FB Adi Sancaya. Menurutnya temuan bangkai hiu di perairan Buleleng memang sangat memungkinkan. Secara alamiah spesies hiu jenis ini memang hidup di kawasan karang dangkal berpasir. “Jadi jika ditemukan di Buleleng timur memang cocok sepertinya. Kalau dilihat dari karakter habitat asumsi awal kemungkinan ada di perairan Buleleng,” ungkap Iwan.
Selain bangkai hiu yang diduga jenis coral catshark di perairan Buleleng berdasarkan pemantauan Iwan kepada penyelam dan nelayan, hiu sering jenis black tip sering ditemukan. Hal itu menurut Iwan karena banyak ekosistem pesisir Buleleng yang bisa menjadi habitat hiu. “Di Penimbangan misalnya, sekarang lumayan sering hiu muncul. Hiu pada dasarnya adalah indikator ekosistem pesisir itu sehat,” jelas Dosen Kelautan Undiksha ini. *k23
Menurut penyelam asal Bondalem Adi Sancaya dihubungi Minggu (7/3) kemarin menceritakan kasus temuan bangkai hiu itu pertama terjadi pada Jumat (5/3) lalu. Seorang wisatawan yang konsen pada konservasi laut, saat melakukan penyelaman di spot Pinacle Desa Bukti menemukan sebuat jaring tersangkut di atas karang berukuran besar. Temuan wisatawan asing bernama Julie itu lalu dilaporkan pada Ketua Pokmaswan Desa Bondalem Nyoman Sugiartha.
Benar saja, kondisi yang disebut gosh net itu membuat dua ekor hiu terperangkap. Keduanya berukuran panjang sekitar 80 sentimeter. Namun pada hari temuan pertama karena kondisi arus hanya dapat dilakukan pengangkatan bangkai kedua hiu.
Jaring nelayan yang nyangkut di karang baru dibersihkan Minggu (7/4) sekitar pukul 08.30 Wita. Ternyata sejumlah penyelam dari Desa Pacung, Bondalem, Amed, Sanur kembali mendapatkan satu bangkai hiu jenis sama dengan yang diangkat sebelumnya. Hal itu pun disaksikan langsung oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam Bukti Sishing Club, BPD, Babinda, PP: Dinas Ketahapan Pangan dan Perikanan.
“Dua sebelumnya berukuran lebih besar dengan panjang sekitar 80 sentimeter. Tadi saat pembersihan jaring nelayan yang tersangkut di karang besar ternyata ada lagi satu yang ebih kecil, sehingga total ada 3 ekor,” jelas Adi Sancaya. Bangkai hiu itu pun langsung dibawa yayasan Bionesia ke Denpasar, untuk diawetkan sebagai bahan penelitian.
Adi Sancaya yang sudah lama berkecimpung sebagai penyelam mengaku baru pertama kali menemukan hiu yang diduga jenis coral catshark ini. Dengan jumlah yang lebih dari 1 ekor diduga ada koloninya di perairan Buleleng. “Kalau saya baru pertama kali lihat (hiu coral catshark, red) di perairan Buleleng. Kalau di daerah lain memang bisa ditemukan. Sebelumnya sempat saya temukan dugong dan lembu laut. Ya setidaknya ini bisa menambah inventaris jenis biota laut di perairan Buleleng,” kata dia.
Semenatara itu Dosen Kelautan Undiksha Gede Iwan Setia Budi mengatakan sempat melihat postingan temuan bangkai hiu itu di akun FB Adi Sancaya. Menurutnya temuan bangkai hiu di perairan Buleleng memang sangat memungkinkan. Secara alamiah spesies hiu jenis ini memang hidup di kawasan karang dangkal berpasir. “Jadi jika ditemukan di Buleleng timur memang cocok sepertinya. Kalau dilihat dari karakter habitat asumsi awal kemungkinan ada di perairan Buleleng,” ungkap Iwan.
Selain bangkai hiu yang diduga jenis coral catshark di perairan Buleleng berdasarkan pemantauan Iwan kepada penyelam dan nelayan, hiu sering jenis black tip sering ditemukan. Hal itu menurut Iwan karena banyak ekosistem pesisir Buleleng yang bisa menjadi habitat hiu. “Di Penimbangan misalnya, sekarang lumayan sering hiu muncul. Hiu pada dasarnya adalah indikator ekosistem pesisir itu sehat,” jelas Dosen Kelautan Undiksha ini. *k23
1
Komentar