Paspor Digital Penerbangan Diluncurkan Maret
JAKARTA, NusaBali
International Air Transport Association ( IATA) berharap Paspor Digital Perjalanan ( Digital Travel Pass) mereka akan siap diluncurkan pada Maret 2021.
Seperti dilansir dari BBC, paspor tersebut adalah berupa aplikasi yang akan melakukan verifikasi. Apakah seorang pelancong telah melakukan tes Covid-19 atau sudah mendapatkan dosis vaksin yang lengkap sebelum masuk ke sebuah negara. Paspor tersebut juga nantinya akan melakukan verifikasi syarat-syarat tersebut disahkan melalui otoritas yang sudah disetujui.
IATA merasa paspor tersebut sangat penting dalam pembukaan kembali perjalanan melalui jalur udara. Salah satu alasannya karena masih banyak negara yang memiliki pembatasan atau karantina sangat ketat.
“Masalah utamanya adalah kepercayaan. Penumpang harus yakin bahwa pengujian yang mereka lakukan akurat dan memungkinkan mereka memasuki negara tersebut,” kata direktur regional bandara dan hubungan eksternal IATA Vinoop Goel.
Selanjutnya, tambah Goel, pemerintah juga harus memiliki kepercayaan diri bahwa pengujian yang telah dilakukan pelancong ini benar-benar akurat dan memenuhi standar. IATA mengatakan bahwa Travel Pass ini dirancang dengan cara “modular”, sehingga dapat bekerja dengan solusi digital lain yang sedang diuji coba di seluruh dunia.
Nantinya, aplikasi ini akan tersedia di platofrm iOS dan Android, serta akan bisa diakses secara gratis oleh para pelancong.
Singapore Airlines adalah maskapai penerbangan pertama yang memulai uji coba paspor perjalanan ini pada Desember 2020 lalu. Etihad, Emirates, Qatar Airways, dan Air New Zealand adalah maskapai penerbangan lain yang saat ini sedang melakukan uji coba.
Saat ini, IATA juga sedang dalam tahap diskusi penggunaan paspor ini dengan kebanyakan maskapai penerbangan di area Asia Pasifik.
“Kami saat ini sedang bekerja dengan dengan beberapa maskapai penerbangan di dunia dan juga belajar dari pilot-pilot ini. Rencana ini kemungkinan akan diluncurkan pada bulan Maret,” jelas Goel seperti dilansir kompas.com.
Ia melanjutkan bahwa pada dasarnya pihaknya mengharapkan sistem kerja yang benar-benar beroperasi dalam waktu beberapa minggu ini.
Perbandingan dokumen fisik dan digital Dokumen dalam bentuk fisik yang hampir menyerupai aplikasi ini adalah Yellow Card. Dokumen yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) untuk mengonfirmasi apakah seorang pelancong telah divaksinasi atau tidak. Biasanya dokumen itu digunakan untuk membuktikan pelancong tersebut telah mendapatkan vaksinasi yellow fever yang dibutuhkan sebagai syarat masuk ke beberapa negara.
IATA merasa bahwa risiko pemalsuan akan lebih mudah dilakukan terhadap dokumen berbentuk fisik. Europol baru-baru ini mengungkap sebuah lingkaran pemalsuan di Perancis yang telah menjual hasil negatif tes Covid-19 kepada para calon penumpang pesawat di Bandara Charles de Gaulle, Paris.
Para pemalsu ini juga telah ditangkap di Inggris Raya dengan tuduhan serupa. Kepolisian Malaysia juga baru-baru ini melaporkan penangkapan enam pria Pakistan yang dicurigai memalsukan hasil negatif tes Covid-19. Namun begitu, beberapa pemerintahan dunia sempat memberi desakan terhadap dokumen dalam bentuk fisik. Hal tersebut sangat menghambat peluncuran aplikasi IATA.
“Kami memiliki kasus di Republik Korea yang memerlukan sertifikat fisik. Jadi kami bekerja sama dengan pemerintah di sana untuk memastikan mereka mengizinkan sertifikat digital diterima,” papar Goel. *
IATA merasa paspor tersebut sangat penting dalam pembukaan kembali perjalanan melalui jalur udara. Salah satu alasannya karena masih banyak negara yang memiliki pembatasan atau karantina sangat ketat.
“Masalah utamanya adalah kepercayaan. Penumpang harus yakin bahwa pengujian yang mereka lakukan akurat dan memungkinkan mereka memasuki negara tersebut,” kata direktur regional bandara dan hubungan eksternal IATA Vinoop Goel.
Selanjutnya, tambah Goel, pemerintah juga harus memiliki kepercayaan diri bahwa pengujian yang telah dilakukan pelancong ini benar-benar akurat dan memenuhi standar. IATA mengatakan bahwa Travel Pass ini dirancang dengan cara “modular”, sehingga dapat bekerja dengan solusi digital lain yang sedang diuji coba di seluruh dunia.
Nantinya, aplikasi ini akan tersedia di platofrm iOS dan Android, serta akan bisa diakses secara gratis oleh para pelancong.
Singapore Airlines adalah maskapai penerbangan pertama yang memulai uji coba paspor perjalanan ini pada Desember 2020 lalu. Etihad, Emirates, Qatar Airways, dan Air New Zealand adalah maskapai penerbangan lain yang saat ini sedang melakukan uji coba.
Saat ini, IATA juga sedang dalam tahap diskusi penggunaan paspor ini dengan kebanyakan maskapai penerbangan di area Asia Pasifik.
“Kami saat ini sedang bekerja dengan dengan beberapa maskapai penerbangan di dunia dan juga belajar dari pilot-pilot ini. Rencana ini kemungkinan akan diluncurkan pada bulan Maret,” jelas Goel seperti dilansir kompas.com.
Ia melanjutkan bahwa pada dasarnya pihaknya mengharapkan sistem kerja yang benar-benar beroperasi dalam waktu beberapa minggu ini.
Perbandingan dokumen fisik dan digital Dokumen dalam bentuk fisik yang hampir menyerupai aplikasi ini adalah Yellow Card. Dokumen yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) untuk mengonfirmasi apakah seorang pelancong telah divaksinasi atau tidak. Biasanya dokumen itu digunakan untuk membuktikan pelancong tersebut telah mendapatkan vaksinasi yellow fever yang dibutuhkan sebagai syarat masuk ke beberapa negara.
IATA merasa bahwa risiko pemalsuan akan lebih mudah dilakukan terhadap dokumen berbentuk fisik. Europol baru-baru ini mengungkap sebuah lingkaran pemalsuan di Perancis yang telah menjual hasil negatif tes Covid-19 kepada para calon penumpang pesawat di Bandara Charles de Gaulle, Paris.
Para pemalsu ini juga telah ditangkap di Inggris Raya dengan tuduhan serupa. Kepolisian Malaysia juga baru-baru ini melaporkan penangkapan enam pria Pakistan yang dicurigai memalsukan hasil negatif tes Covid-19. Namun begitu, beberapa pemerintahan dunia sempat memberi desakan terhadap dokumen dalam bentuk fisik. Hal tersebut sangat menghambat peluncuran aplikasi IATA.
“Kami memiliki kasus di Republik Korea yang memerlukan sertifikat fisik. Jadi kami bekerja sama dengan pemerintah di sana untuk memastikan mereka mengizinkan sertifikat digital diterima,” papar Goel. *
Komentar