Tewas di Tepi Hutan Mangrove Saat Jaring Ikan
MANGUPURA, NusaBali
Seorang nelayan yang tinggal di Jalan Taman Giri, Lingkungan Mumbul, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, I Made Sudena, 45, ditemukan tewas mengambang di tepi pantai Hutan Mangrove Teluk Benoa, Selasa (9/3) subuh.
Sebelum ditemukan tak bernyawa, korban Made Sudena diketahui pergi ke lokasi untuk menjaring ikan, Senin (8/3) malam sekitar pukul 19.00 Wita. Kasubag Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi, mengatakan kematian tragis korban Made Sudena pertama kali diketahui putranya, Kadek Sumaryana, 20, Selasa subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Pemuda berusia 20 tahun ini sengaja datang ke lokasi di Hutan Mangrove Teluk Benoa, karena ayahnya tak kunjung pulang.
Menurut Iptu Sukadi, Kadek Sumaryana terkejut menemukan ayahnya sudah tewas mengambang di tepi pantai jawasan Hutan Mangrove. “Korban (Made Sudena) ditemukan tewas dalam kondisi telungkup, Selasa subuh sekitar pukul 05.00 Wita,” jelas Iptu Sukadi saat dikonfirmasi NusaBali, Selasa kmemarin.
Iptu Sukadi menyebutkan, peristiwa maut yang menimpa korban Made Sudena berawal Senin malam sekitar pukul 19.00 Wita, ketika nelayan asal Mumbul, Kelurahan Benoa ini pergi ke Teluk Benoa untuk menjaring ikan. Biasanya, korban sudah pulangh sebelum tengah malam. Namun, hingga Selasa dinihari pukul 03.00 Wita, korban belkum kunjung pulang.
Karena ayahnya tak kunjung pulang, anak korban Kadek Sumaryana pun mencari ke Teluk Benoa di mana yang bersangkutan sering menjaring ikan. “Sekitar pukul 05.00 Wita, Kadek Sumaryana terkejut menemukan bapaknya sudah dalam kondisi meninggal dunia di pinggir laut. Posisinya telungkup," papar Iptu Sukadi.
Dalam kondisi panik, Kadek Sumaryana kemudian meminta bantuan kepada warga sekitar untuk mengevakuasi jenazah ayahnya. Menurut Iptu Sukadi, jenazah Made Sudena tidak dibawa ke rumah sakit, tapi langsung disemayamkan di rumah duka kawasan Mumbul, Kelurahan Benoa.
"Keluarga ikhlas menerima kematian korban sebagai musibah. Itu dibuktikan dengan membuat surat keterangan. Jenazah korban sudah diterima oleh pihak keluarganya," papar Iptu Sukadi.
Sementara itu, Kepala Lingkungan (Kaling) Banjar Mumbul, I Made Astawa, 45, mengatakan korban Made Sudena diketahui berangkat melaut seorang diri, Senin malam. Korban berangkat dari rumahnya dengan membawa jaring ikan. Setibanya di Jalan Taman Werdi Benoa, korban jalan kaki melewati Hutan Manggrove penuh lumpur menuju ke laut untuk menjaring ikan.
Menurut Made Astawa, korban Made Sudena sudah terbiasa menjaring ikan di lokasi. Korban memang tidak punya jukung atau perahu. “Untuk menangkap ikan, Pak Made Sudena bermodalkan jaring,” jelas Made Astawa saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Astawa menyebutkan, korban Made Sudena biasanya berjalan kaki dan melewati Hutan Mangrove yang penuh lumpur sejauh 100 meter untuk menuju laut. "Orangnya tidak bisa berenang. Tapi, kita belum bisa menduga-duga penyebab kematian ini," katanya.
Sejauh ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab meninggalnya korban Made Sudena. Namun, Camat Kuta Selatan, Ketut Gede Arta, mengatakan korban Made Sudena diduga tewas karena tersedot lumpur. "Kalau di Hutan Maangrove itu lumpurnya dalam-dalam. Ya, dugaannya dia tersedot lumpur. Pas air laut pasang, dia ikut terendam," papar Gede Arta saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Selasa kemarin.
Menurut Gede Arta, jenazah Made Sudena sudah dibawa keluarganya ke rumah duka di kawasan Mumbul, Selasa pagi pukul 09.00 Wita. Selanjutnya, jenazah korban dikuburkan di Setra Desa Adat Bualu, Kelurahan Benoa, Selasa sore pukul 16.00 Wita. "Almarhum berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan 6 anak yang sudah dewasa," kata Gede Arta. *pol,dar
1
Komentar