Kontainer Langka, Ekspor RI Tersendat
Pemerintah yakin, pertengahan tahun penyebaran kapal-kapal kontainer kembali pulih
JAKARTA, NusaBali
Pemerintah menyatakan, kinerja ekspor Indonesia pada masa Pandemi COVID-19 belum optimal. Penyebabnya, terjadinya kelangkaan kontainer di pelabuhan.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, fenomena langkanya kontainer ini terjadi di tengah siap ekspornya produk RI.
"Beberapa bulan kemarin kita mengalami shortage kontainer. Ekspor barang sudah siap, market ada, kontainer enggak ada," kata dia seperti dikutip dari Viva, Selasa (9/3).
Susiwijono mengaku, pemerintah telah terlibat langsung untuk mengupayakan mencari stok kontainer tersebut. Namun, realisasinya memang tidak ada di pusat-pusat angkutan.
"Kontainernya yang enggak ada. Kemudian kita usahakan cari kontainer tapi memang slotnya di pengangkut tidak tersedia," tutur Susiwijono.
Sulitnya mendapat kontainer tersebut juga diamini Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Bahkan, dia sempat mengatakan bahwa harga sewa kontainer juga mengalami kenaikan.
"Satu kontainer dari Indonesia ke AS US$2.700 dolar, hari ini mungkin harganya lebih dari US$6.000. Ini menyebabkan barang itu harganya kurang masuk akal," ucap dia.
Kondisi ini, menurutnya tidak terlepas dari sedikit beroperasinya kapal-kapal kontainer di AS. Di Los Angeles saja, kata Lutfi, kapal kontainer yang biasanya beroperasi 200 menjadi hanya 4 kapal pada 2020.
Meski begitu, dia meyakini, pada pertengahan tahun ini penyebaran kapal-kapal kontainer akan mulai kembali pulih. Penyebabnya, pemulihan aktivitas ekonomi dari dampak COVID-19 sudah mulai meningkat.
"Tapi hari ini seperti minum obat, kita harus minum obat tersebut dengan bayar lebih tinggi, tapi pun namanya ketika dibutuhkan barangnya ada juga," tuturnya.
Susiwijono mengungkapkan kelangkaan kontainer tersebut bisa saja terjadi karena ada keterbatasan slot pengangkutan. Karenanya pemerintah menggunakan momentum tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM agar ke depannya bisa mengantisipasi berbagi tantangan.
“Menjadi kesempatan kita untuk menyiapkan SDM kita, terutama mengantisipasi tantangan ke depan oleh karena itu terkait pengembangan SDM dilakukan melalui dua jalur, yakni jalur pengembangan pendidikan formal maupun jalur pengembangan jalur profesi,” tambahnya seperti dilansir Antara.
Oleh karena itu instansi pembina dan para pemangku kepentingan yang terdiri dari Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia, sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain pada Selasa (9/3).
Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi instansi dan lembaga terkait untuk penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, perencanaan SDM berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum, hingga mengembangkan skema sertifikasi. Untuk tahap pertama, peta okupasi baru dikembangkan untuk 38 okupasi, dan tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dengan okupasi lainnya yang saat ini belum terindentifikasi.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data ekspor Indonesia terakhir, yakni pada Januari 2021 sebesar US$15,30 miliar (Rp 214 triliun).
Total nilai ekspor ini tercatat turun 7,48 persen dibanding bulan sebelumnya atau month to month. Sedangkan dibanding tahun sebelumnya atau year on year naik 12,24 persen. *
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, fenomena langkanya kontainer ini terjadi di tengah siap ekspornya produk RI.
"Beberapa bulan kemarin kita mengalami shortage kontainer. Ekspor barang sudah siap, market ada, kontainer enggak ada," kata dia seperti dikutip dari Viva, Selasa (9/3).
Susiwijono mengaku, pemerintah telah terlibat langsung untuk mengupayakan mencari stok kontainer tersebut. Namun, realisasinya memang tidak ada di pusat-pusat angkutan.
"Kontainernya yang enggak ada. Kemudian kita usahakan cari kontainer tapi memang slotnya di pengangkut tidak tersedia," tutur Susiwijono.
Sulitnya mendapat kontainer tersebut juga diamini Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Bahkan, dia sempat mengatakan bahwa harga sewa kontainer juga mengalami kenaikan.
"Satu kontainer dari Indonesia ke AS US$2.700 dolar, hari ini mungkin harganya lebih dari US$6.000. Ini menyebabkan barang itu harganya kurang masuk akal," ucap dia.
Kondisi ini, menurutnya tidak terlepas dari sedikit beroperasinya kapal-kapal kontainer di AS. Di Los Angeles saja, kata Lutfi, kapal kontainer yang biasanya beroperasi 200 menjadi hanya 4 kapal pada 2020.
Meski begitu, dia meyakini, pada pertengahan tahun ini penyebaran kapal-kapal kontainer akan mulai kembali pulih. Penyebabnya, pemulihan aktivitas ekonomi dari dampak COVID-19 sudah mulai meningkat.
"Tapi hari ini seperti minum obat, kita harus minum obat tersebut dengan bayar lebih tinggi, tapi pun namanya ketika dibutuhkan barangnya ada juga," tuturnya.
Susiwijono mengungkapkan kelangkaan kontainer tersebut bisa saja terjadi karena ada keterbatasan slot pengangkutan. Karenanya pemerintah menggunakan momentum tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM agar ke depannya bisa mengantisipasi berbagi tantangan.
“Menjadi kesempatan kita untuk menyiapkan SDM kita, terutama mengantisipasi tantangan ke depan oleh karena itu terkait pengembangan SDM dilakukan melalui dua jalur, yakni jalur pengembangan pendidikan formal maupun jalur pengembangan jalur profesi,” tambahnya seperti dilansir Antara.
Oleh karena itu instansi pembina dan para pemangku kepentingan yang terdiri dari Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia, sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain pada Selasa (9/3).
Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi instansi dan lembaga terkait untuk penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, perencanaan SDM berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum, hingga mengembangkan skema sertifikasi. Untuk tahap pertama, peta okupasi baru dikembangkan untuk 38 okupasi, dan tidak menutup kemungkinan untuk terus dikembangkan dengan okupasi lainnya yang saat ini belum terindentifikasi.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data ekspor Indonesia terakhir, yakni pada Januari 2021 sebesar US$15,30 miliar (Rp 214 triliun).
Total nilai ekspor ini tercatat turun 7,48 persen dibanding bulan sebelumnya atau month to month. Sedangkan dibanding tahun sebelumnya atau year on year naik 12,24 persen. *
1
Komentar