Jelang Nyepi, Harga Cabai Meroket Tembus Rp 120.000 Per Kilogram
DENPASAR, NusaBali.com – Ibu rumah tangga hingga pelaku usaha kuliner kelimpungan menjelang hari raya Nyepi, Minggu (14/3/2021). Pasalnya bahan baku cabai sejak beberapa hari terakhir melonjak drastis mencapai Rp 120 ribu per kilogramnya.
Padahal harga cabai normalnya Rp 30.000 hingga 35.000 per kilogram. Tapi lonjakan sudah terjadi pada bulan Januari 2021 sudah menembus Rp 80.000 – 85.000. Lalu pada awal pekan ini melonjak menjadi Rp 100 ribu, dan sejak dua hari terakhir malah bertengger di banderol Rp 120 ribu per kilogram.
Beberapa pedagang cabai yang ditemui di Pasar Kumbasari Denpasar, Rabu (10/3/2021), mengkonfirmasi hal ini. “Sekarang Rp 110.000 per kilogram kalau cabai yang dari luar Bali seperti yang dari Jawa begitu. Kalau yang dari Bali, dari Kintamani itu sampai Rp 120.000 per kilogramnya. Kalau cabai merah besar harganya Rp 35 ribu per kilo,” ujar Ana, salah seorang pedagang cabai di lantai II Pasar Kumbasari.
Penyebab meroketnya harga cabai ini disinyalir akibat menurunnya produksi cabai karena cuaca buruk. Selain itu, para pedagang cabai kebanyakan mengambil pasokan dari luar Bali karena lebih murah.
Nyoman Astana, pedagang cabai lainnya menjelaskan dirinya harus mengurangi stok agar tidak rugi. “Saya biasa ambil dari Jawa,” ujar Astana. “Dan kata pemasok saya, banyak yang gagal panen karena hujan terus kan kemarin-kemarin itu. Jadi, harga cabai naik lagi sampai seratus ribuan per kilogram, saya kurangi stok agar tidak rugi,” lanjut Nyoman yang kiosnya berada di lantai 1 Pasar Kumbasari Denpasar ini.
Meskipun begitu, cabai yang telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat tetap dicari. “Saya tiap hari beli beberapa kilogram saja untuk stok. Ini sudah tinggal sedikit, besok pagi beli lagi. Repot sih, tapi ya mau bagaimana lagi,” keluh Ana.
Sementara itu bagi pedagang kuliner, harga cabai yang melmbung juga menjadi persoalan. Apalagi jika kuliner yang disajikan banyak menggunakan cabai. “Kenaikannya terlalu tinggi, terpaksa kami menyiasati tidak menyediakan menu yang super pedas,” kata Djoe Avarell, wirausaha Geprek Ayam Merdeka di Glogor Carik, Pemogan, Denpasar Selatan.
Level pedas yang disajikan pun dibatasi hanya sampai level 3 saja. Sementara level super pedas, yakni level 10 ke atas, dihilangkan dulu dari menu yang disajikan.“Ya sementara sampai level 3 saja,” kata Djoe, Kamis (11/3/2021). Sedangkan untuk level ekstra super pedas yang biasanya memiliki penggemar-penggemar khusus, untuk sementara ditiadakan dulu. "Kalau hargai cabai normal Rp 30 ribuan, mau minta cabai sampai 20 ya tidak masalah," kata Djoe.
Penyebab meroketnya harga cabai ini disinyalir akibat menurunnya produksi cabai karena cuaca buruk. Selain itu, para pedagang cabai kebanyakan mengambil pasokan dari luar Bali karena lebih murah.
Nyoman Astana, pedagang cabai lainnya menjelaskan dirinya harus mengurangi stok agar tidak rugi. “Saya biasa ambil dari Jawa,” ujar Astana. “Dan kata pemasok saya, banyak yang gagal panen karena hujan terus kan kemarin-kemarin itu. Jadi, harga cabai naik lagi sampai seratus ribuan per kilogram, saya kurangi stok agar tidak rugi,” lanjut Nyoman yang kiosnya berada di lantai 1 Pasar Kumbasari Denpasar ini.
Meskipun begitu, cabai yang telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat tetap dicari. “Saya tiap hari beli beberapa kilogram saja untuk stok. Ini sudah tinggal sedikit, besok pagi beli lagi. Repot sih, tapi ya mau bagaimana lagi,” keluh Ana.
Sementara itu bagi pedagang kuliner, harga cabai yang melmbung juga menjadi persoalan. Apalagi jika kuliner yang disajikan banyak menggunakan cabai. “Kenaikannya terlalu tinggi, terpaksa kami menyiasati tidak menyediakan menu yang super pedas,” kata Djoe Avarell, wirausaha Geprek Ayam Merdeka di Glogor Carik, Pemogan, Denpasar Selatan.
Level pedas yang disajikan pun dibatasi hanya sampai level 3 saja. Sementara level super pedas, yakni level 10 ke atas, dihilangkan dulu dari menu yang disajikan.“Ya sementara sampai level 3 saja,” kata Djoe, Kamis (11/3/2021). Sedangkan untuk level ekstra super pedas yang biasanya memiliki penggemar-penggemar khusus, untuk sementara ditiadakan dulu. "Kalau hargai cabai normal Rp 30 ribuan, mau minta cabai sampai 20 ya tidak masalah," kata Djoe.
Sajian kuliner lainnya yang ditawarkan yakni Lontong Ayam dan Soto Ayam pun juga disebutnya terpaksa dikurangi sambalnya. Namun Djoe mengaku tak mau menyiasati rasa pedas dengan bumbu-bumbu instan dan sejenisnya. "Rasa pedasnya beda, dan kami tetap ingin menyajikan rasa pedas alami untuk para pelanggan. Tapi untuk sementara ya itu tadi...terpaksa dibatasi dulu," ungkap Djoe. *
1
Komentar