Penjualan Penjor Bergeliat Lagi
DENPASAR, NusaBali.com - Beberapa hari menjelang Nyepi masyarakat Bali mulai lakukan persiapan untuk menyambut Tahun Baru Caka 1943 tersebut.
Berbagai sarana upacara pun dipersiapkan. Salah satu di antaranya, ada penjor. Walaupun penjor lebih akrab dengan hari raya Galungan, namun penjor juga menjadi salah ‘perangkat’ yang digunakan untuk Nyepi, khususnya pada saat rangkaian melasti atau melis.
Kini, persembahyangan yang dilakukan dibatasi dengan imbauan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Dengan adanya penyesuaian tersebut, tentunya berdampak pada penjualan penjor terutama saat pandemi.
Beberapa penjual penjor di Denpasar juga merasakan dampaknya. Penjualan penjor saat pandemi memang menurun karena terbatasnya upacara persembahyangan. Seperti yang dialami Bali Bale Penjor, yang ada di Jalan Kepundung nomor 57 Denpasar. Lia, pemilik Bali Bale Penjor menyatakan omzetnya cukup menurun. “Awal-awal corona, semua kan dilarang, penjualan juga sempat menurun,” ujar Lia.
Namun berangsur-angsur penjualan penjor mulai berjalan lagi. Menurut Lia, para pembeli menyesuaikan penjor agar tidak terlalu mahal. Di tempatnya pun penjor ia jual dengan harga Rp 225 ribu. “Sekarang banyak yang mencari penjor yang biasa-biasa saja. Kalau untuk Nyepi kan biasanya untuk melis saja jadi dari pura itu mencari yang biasa saja," jelas Lia.
Penjor biasa yang dimaksud Lia ini adalah penjor dengan bahan bambu dan janur kelapa saja. Ada juga penjor yang diisi dengan beberapa hasil bumi seperti pisang, padi, kelapa, dedaunan dan lainnya. Penjor seperti ini dihargai mulai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
Penjor sendiri berarti simbol keagungan atas dharma atau kebaikan melawan adharma atau keburukan. Di Bale Bali Penjor sendiri pembeli bisa melakukan pemesanan melalui telpon, SMS atau WhatsApp. Pembuatan penjor sendiri hanya membutuhkan waktu 2 jam saja setelah dipesan. “Yang buat ada suami saya dan pegawai kami di gudang kami di Jalan Melati,” pungkas Lia.
Kini, persembahyangan yang dilakukan dibatasi dengan imbauan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Dengan adanya penyesuaian tersebut, tentunya berdampak pada penjualan penjor terutama saat pandemi.
Beberapa penjual penjor di Denpasar juga merasakan dampaknya. Penjualan penjor saat pandemi memang menurun karena terbatasnya upacara persembahyangan. Seperti yang dialami Bali Bale Penjor, yang ada di Jalan Kepundung nomor 57 Denpasar. Lia, pemilik Bali Bale Penjor menyatakan omzetnya cukup menurun. “Awal-awal corona, semua kan dilarang, penjualan juga sempat menurun,” ujar Lia.
Namun berangsur-angsur penjualan penjor mulai berjalan lagi. Menurut Lia, para pembeli menyesuaikan penjor agar tidak terlalu mahal. Di tempatnya pun penjor ia jual dengan harga Rp 225 ribu. “Sekarang banyak yang mencari penjor yang biasa-biasa saja. Kalau untuk Nyepi kan biasanya untuk melis saja jadi dari pura itu mencari yang biasa saja," jelas Lia.
Penjor biasa yang dimaksud Lia ini adalah penjor dengan bahan bambu dan janur kelapa saja. Ada juga penjor yang diisi dengan beberapa hasil bumi seperti pisang, padi, kelapa, dedaunan dan lainnya. Penjor seperti ini dihargai mulai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
Penjor sendiri berarti simbol keagungan atas dharma atau kebaikan melawan adharma atau keburukan. Di Bale Bali Penjor sendiri pembeli bisa melakukan pemesanan melalui telpon, SMS atau WhatsApp. Pembuatan penjor sendiri hanya membutuhkan waktu 2 jam saja setelah dipesan. “Yang buat ada suami saya dan pegawai kami di gudang kami di Jalan Melati,” pungkas Lia.
1
Komentar