Biaya Operasional Hanya Cukup untuk Setahun
Omzet Objek Wisata Sangeh Turun
Jika monyet kurang makan, dikhawatirkan akan menjadi masalah, karena bisa melakukan penyerangan terhadap pengunjung yang datang
MANGUPURA, NusaBali
Sudah setahun pandemi Covid-19 berlalu. Namun, situasi masih belum juga membaik. Tak ayal ini membuat pengelola Objek Wisata Sangeh, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, semakin was-was. Sebab, jika kondisi wabah berkepanjangan, khawatir akan kesulitan untuk memberikan pakan monyet.
“Kebutuhan pakan monyet masih bisa kami atasi. Namun, paling bisa cukup untuk setahun saja. Ini termasuk untuk operasional. Karena kunjungan benar-benar turun drastis. Kalau wabah ini berkepanjangan sampai tahun-tahun berikutnya, ini yang jadi masalah. Kami khawatir masalah biaya nanti bagaimana?,” kata Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh I Made Sumohon, saat ditemui, Jumat (12/3).
Menurut Sumohon, Objek Wisata Sangeh dihuni monyet yang harus dijaga. Salah satunya dengan menjaga kebutuhan pakannya agar jangan sampai kurang. Jika monyet kurang makan, dikhawatirkan menjadi masalah, karena bisa melakukan penyerangan terhadap pengunjung yang datang. Di samping itu, monyet akan bersaing mencari makanan jika pakannya kurang. “Jika kondisi sudah seperti itu, monyet yang kalah bersaing bisa keluar dari hutan dan bahkan menganggu ke rumah-rumah warga,” kata Sumohon seraya mempersilakan bagi yang ingin menyumbang buah-buahan untuk pakan monyet.
Setiap bulan, lanjut Sumohon, dianggarkan sekitar Rp 15 juta, untuk biaya pakan sekitar 600 monyet. Belum lagi monyet beranak pianak cukup banyak, sehingga diperkirakan jumlahnya lebih banyak dari itu. “Dulu biaya pakan tidak terasa, karena omzetnya bisa menutupi. Sekarang sejak pandemi, terasa sekali pengeluarannya, apalagi omzet turun. Tahun ini kami pakai sisa dana kas tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Sumohon mengatakan, sejak pandemi Covid-19, pengunjung Objek Wisata Sangeh turun. Jika saat situasi normal, kunjungan dalam sebulan berkisar 12 ribu hingga 15 ribu pengunjung. Namun, ketika pandemi, kunjungan merosot menjadi 1.000 hingga 5 ribu per bulan. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, yakni Februari 2021 tidak mencapai 1.000 kunjungan.
Dengan kondisi omzet yang turun drastis, tidak saja mengenai pakan monyet yang dikhawatirkan, melainkan juga untuk gaji para karyawan. Sebab, gaji karyawan dibayarkan berdasarkan omzet yang diperoleh. Untuk saat ini, pengelola pun membagi waktu kerja dengan sistem kerja bergiliran. “Kami berharap situasi ini cepat berlalu,” harap Sumohon. *ind
“Kebutuhan pakan monyet masih bisa kami atasi. Namun, paling bisa cukup untuk setahun saja. Ini termasuk untuk operasional. Karena kunjungan benar-benar turun drastis. Kalau wabah ini berkepanjangan sampai tahun-tahun berikutnya, ini yang jadi masalah. Kami khawatir masalah biaya nanti bagaimana?,” kata Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh I Made Sumohon, saat ditemui, Jumat (12/3).
Menurut Sumohon, Objek Wisata Sangeh dihuni monyet yang harus dijaga. Salah satunya dengan menjaga kebutuhan pakannya agar jangan sampai kurang. Jika monyet kurang makan, dikhawatirkan menjadi masalah, karena bisa melakukan penyerangan terhadap pengunjung yang datang. Di samping itu, monyet akan bersaing mencari makanan jika pakannya kurang. “Jika kondisi sudah seperti itu, monyet yang kalah bersaing bisa keluar dari hutan dan bahkan menganggu ke rumah-rumah warga,” kata Sumohon seraya mempersilakan bagi yang ingin menyumbang buah-buahan untuk pakan monyet.
Setiap bulan, lanjut Sumohon, dianggarkan sekitar Rp 15 juta, untuk biaya pakan sekitar 600 monyet. Belum lagi monyet beranak pianak cukup banyak, sehingga diperkirakan jumlahnya lebih banyak dari itu. “Dulu biaya pakan tidak terasa, karena omzetnya bisa menutupi. Sekarang sejak pandemi, terasa sekali pengeluarannya, apalagi omzet turun. Tahun ini kami pakai sisa dana kas tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Sumohon mengatakan, sejak pandemi Covid-19, pengunjung Objek Wisata Sangeh turun. Jika saat situasi normal, kunjungan dalam sebulan berkisar 12 ribu hingga 15 ribu pengunjung. Namun, ketika pandemi, kunjungan merosot menjadi 1.000 hingga 5 ribu per bulan. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, yakni Februari 2021 tidak mencapai 1.000 kunjungan.
Dengan kondisi omzet yang turun drastis, tidak saja mengenai pakan monyet yang dikhawatirkan, melainkan juga untuk gaji para karyawan. Sebab, gaji karyawan dibayarkan berdasarkan omzet yang diperoleh. Untuk saat ini, pengelola pun membagi waktu kerja dengan sistem kerja bergiliran. “Kami berharap situasi ini cepat berlalu,” harap Sumohon. *ind
Komentar