Demi Beras, Dadong Nori Pungut Sampah
GIANYAR, NusaBali
Seorang dadong (nenek) di Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Ni Wayan Nori, rajin mengumpulkan sampah plastik.
Nenek yang telah lama menjanda ini memungut sampah plastik untuk ditukar dengan beras. Bahkan dia memungut sampah sampai di selokan.
Hal itu dilakukan sejak booming aksi plastic exchange di banjarnya. Dari hasil jerih payahnya, Dadong Nori sempat mendapatkan 18 kg beras penukar. Baginya, sekilo beras sangat berarti. Ditemui di rumahnya yang sederhana, Selasa (9/3), Dadong Nori mengaku setiap hari memungut dan mengumpulkan sampah plastik di lingkungan banjar setempat. "Saya sudah tidak bisa kerja. Tahu ada acara nukar plastik dengan beras, saya setiap hari berburu sampah plastik," jelasnya.
Setiap ada penukaran sampah plastik di balai banjar, Dadong Nori mampu membawa 10 kampil sampah plastik. "Ada berupa botol dan kebanyakan plastik kresek atau pembungkus makanan," ujarnya dalam bahasa Bali. Dia tercatat sebagai warga tidak mampu. Dia pun merasa bersyukur ada aksi penukaran sampah plastik menjadi beras. "Nggih demen tiang ade niki maan baas cukup angen madaar (iya senang saya ada kegiatan ini dapat beras cukup untuk bisa makan," ujarnya.
Rata-rata dari 10 kampil sampah plastik yang bisa dikumpulkan, Dadong Nori mendapatkan 18 - 20 kg beras. "Ngalih lulu ne dini-dini gen care di gelinjingan ne ditongos nak ngentungang lulu, ugas ne malunan maan duang dase, ne dibi maan 18 (mencarinya di sekitaran ini saja seperti di selokan, di tempat sampah, dulu dapat 20 kg, yang kemarin dapat 18 kg)," ujar Nori.
Kelian Dinas Banjar Banda Kade Merta Anggara mengatakan kegiatan plastic exchange yang diwilayahnya sudah diadakan 4 kali. Antusias masyarakat untuk menukarkan sampah plastik sangat baik. "Banyak warga terbantu dengan kegiatan itu," ujarnya.
Terkait warganya Ni Wayan Nori, mamang masuk keluarga kurang mampu. Saat ini masih tercatat sebagai warga penerima raskin. "Nggih kurang mampu. Tinggal bersama anaknya. Dulu bekerja sebagai buruh kerajinan bambu, namun saat ini sudah berhenti karena sakit. Sudah tercatat sebagai penerima raskin," ujarnya.*nvi
Hal itu dilakukan sejak booming aksi plastic exchange di banjarnya. Dari hasil jerih payahnya, Dadong Nori sempat mendapatkan 18 kg beras penukar. Baginya, sekilo beras sangat berarti. Ditemui di rumahnya yang sederhana, Selasa (9/3), Dadong Nori mengaku setiap hari memungut dan mengumpulkan sampah plastik di lingkungan banjar setempat. "Saya sudah tidak bisa kerja. Tahu ada acara nukar plastik dengan beras, saya setiap hari berburu sampah plastik," jelasnya.
Setiap ada penukaran sampah plastik di balai banjar, Dadong Nori mampu membawa 10 kampil sampah plastik. "Ada berupa botol dan kebanyakan plastik kresek atau pembungkus makanan," ujarnya dalam bahasa Bali. Dia tercatat sebagai warga tidak mampu. Dia pun merasa bersyukur ada aksi penukaran sampah plastik menjadi beras. "Nggih demen tiang ade niki maan baas cukup angen madaar (iya senang saya ada kegiatan ini dapat beras cukup untuk bisa makan," ujarnya.
Rata-rata dari 10 kampil sampah plastik yang bisa dikumpulkan, Dadong Nori mendapatkan 18 - 20 kg beras. "Ngalih lulu ne dini-dini gen care di gelinjingan ne ditongos nak ngentungang lulu, ugas ne malunan maan duang dase, ne dibi maan 18 (mencarinya di sekitaran ini saja seperti di selokan, di tempat sampah, dulu dapat 20 kg, yang kemarin dapat 18 kg)," ujar Nori.
Kelian Dinas Banjar Banda Kade Merta Anggara mengatakan kegiatan plastic exchange yang diwilayahnya sudah diadakan 4 kali. Antusias masyarakat untuk menukarkan sampah plastik sangat baik. "Banyak warga terbantu dengan kegiatan itu," ujarnya.
Terkait warganya Ni Wayan Nori, mamang masuk keluarga kurang mampu. Saat ini masih tercatat sebagai warga penerima raskin. "Nggih kurang mampu. Tinggal bersama anaknya. Dulu bekerja sebagai buruh kerajinan bambu, namun saat ini sudah berhenti karena sakit. Sudah tercatat sebagai penerima raskin," ujarnya.*nvi
Komentar