Bertepatan Tumpek Wariga, Aksi Penghijauan Dilakukan di DAS Ayung
Penghijauan
Konferensi Pers
UPTD KPH Bali Timur
Yayasan Bambu Lestari
Penanaman Bibit Bambu
Tumpek Wariga
DENPASAR, NusaBali.com
Bertepatan dengan Tumpek Wariga pada Sabtu (20/3/2021), aksi penghijauan di kawasaan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung akan dilaksanakan secara bersama-sama oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur, Kelompok Tani Hutan (KTH) Puncak Peninjauan Lestari serta Yayasan Bambu Lestari.
Tumpek Wariga sendiri adalah hari raya Hindu yang selama dimaknai sebagai upaya penghormatan manusia terhadap lingkungan, terutama kepada pohon dan tumbuhan. Dikenal juga sebagai Tumpek Pengarah, Tumpek Uduh, Tumpek Atag, dan Tumpek Bubuh, pada hari ini umat Hindu menghaturkan persembahan, termasuk bubur, sembari mendoakan agar semua tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur.
"Kegiatan penghijauan ini merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai kearifan tradisional yang terkandung dalam perayaan Tumpek Wariga. Dengan menanam sebanyak-banyaknya pohon, kita berperan aktif dalam memastikan kelangsungan hidup bagi tumbuh-tumbuhan serta binatang dan tentunya manusia," ujar Kepala UPTD KPH Bali Timur, I Made Warta, Jumat (19/3/2021).
Kegiatan penghijauan ini, menurutnya, bertujuan untuk melindungi kawasan hulu DAS Ayung, yang merupakan salah satu daerah tangkapan dan resapan air terbesar di Bali. Dengan luas wilayah hampir 30.000 hektare dan memiliki sungai terpanjang di Bali. Sungai Ayung yang memiliki panjang 68,5 kilometer menjadikan DAS Ayung sangat vital perannya dalam konservasi air serta distribusi air, baik untuk irigasi maupun sumber air bersih.
"Kintamani merupakan salah satu kawasan hulu DAS Ayung karena itu kegiatan penghijauan ini kita pusatkan di Kintamani, tepatnya di daerah yang dikelola KTH Puncak Peninjauan Lestari,” tambah Warta.
Kegiatan yang akan berlangsung selama sepekan mulai Jumat (20/3/2021) hingga Sabtu (27/3/2021) ini juga sebagai implementasi dari visi Pemerintah Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali. "Kegiatan ini adalah realisasi dari visi Danu Kerthi, upaya nyata untuk menjaga kesucian dan kelestarian sumber-sumber air, seperti sungai, mata air dan danau, serta Wana Kerthi, menjaga kesucian dan kelestarian hutan," tegasnya.
Lebih dari 3.000 bibit bambu dan pohon-pohon lainnya akan ditanam selama kegiatan penghijauan ini. Bibit bambu sendiri disumbangkan oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL), yang selama 28 tahun telah mengkampanyekan bambu sebagai solusi lingkungan dan ekonomi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan. YBL bekerjasama dengan masyarakat setempat mengelola tiga buah fasilitas pembibitan bambu di Kintamani, yaitu di kawasan Pura Jati, Tabu dan Alengkong.
"Kontribusi 3.000 bibit bambu ini merupakan peran serta kami dalam melindungi kawasan hulu DAS Ayung," ungkap Manajer Program Yayasan Bambu Lestari, Wiwien Windarti.
Bambu, lanjut Wiwien, adalah tanaman yang sangat tepat untuk digunakan dalam upaya perlindungan air serta restorasi lahan kritis. "Bambu mampu tumbuh di lahan yang rusak, jaringan akarnya mampu menstabilkan tanah miring sehingga mencegah longsor dan erosi, dua masalah yang kerap menimpa DAS, dan yang terpenting, satu rumpun bambu mampu menyimpan hingga 5.000 liter air per tahun," paparnya.
KPH Bali Timur sendiri saat ini memelihara Kawasan Hutan seluas 20.884,19 hektare yang tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Bangli dan Karangasem. Pada tahun 2020 lalu pihaknya telah melakukan upaya rehabilitasi lahan kritis seluas 1.400 hektare dengan rincian 1.100 hektare di luar kawasan dan 300 hektare di dalam kawasan dengan dengan jumlah tanaman sebanyak 420.000 pohon yang terdiri dari berbagai jenis bibit yakni Albisia sebanyak 308.000 pohon, Ampupu sebanyak 17.000 pohon, bibit buah Alpukat sebanyak 36.000 pohon, bibit pohon Nangka 21.000 pohon, Mahoni 10.000 pohon, Mente 6.000 pohon, Durian 500 pohon, Gmelina 38.000 pohon dan Kanjiman 2.000 pohon. Bibit tersebut diadakan dengan sumber pembiayaan dari APBN 2020 melalui Kementerian KLHK.
Pemilihan jenis tanaman ini merupakan implementasi perencanaan partisipatif, dengan harapan dapat menumbuhkan semangat dan inovasi masyarakat di dalam penanaman. Pelibatan masyarakat dalam pemilihan jenis tanaman tanaman keras, maupun tanaman MPTS/HHBK, dimaksudkan agar pelaksanaan RHL berhasil.
"Kegiatan penghijauan ini merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai kearifan tradisional yang terkandung dalam perayaan Tumpek Wariga. Dengan menanam sebanyak-banyaknya pohon, kita berperan aktif dalam memastikan kelangsungan hidup bagi tumbuh-tumbuhan serta binatang dan tentunya manusia," ujar Kepala UPTD KPH Bali Timur, I Made Warta, Jumat (19/3/2021).
Kegiatan penghijauan ini, menurutnya, bertujuan untuk melindungi kawasan hulu DAS Ayung, yang merupakan salah satu daerah tangkapan dan resapan air terbesar di Bali. Dengan luas wilayah hampir 30.000 hektare dan memiliki sungai terpanjang di Bali. Sungai Ayung yang memiliki panjang 68,5 kilometer menjadikan DAS Ayung sangat vital perannya dalam konservasi air serta distribusi air, baik untuk irigasi maupun sumber air bersih.
"Kintamani merupakan salah satu kawasan hulu DAS Ayung karena itu kegiatan penghijauan ini kita pusatkan di Kintamani, tepatnya di daerah yang dikelola KTH Puncak Peninjauan Lestari,” tambah Warta.
Kegiatan yang akan berlangsung selama sepekan mulai Jumat (20/3/2021) hingga Sabtu (27/3/2021) ini juga sebagai implementasi dari visi Pemerintah Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali. "Kegiatan ini adalah realisasi dari visi Danu Kerthi, upaya nyata untuk menjaga kesucian dan kelestarian sumber-sumber air, seperti sungai, mata air dan danau, serta Wana Kerthi, menjaga kesucian dan kelestarian hutan," tegasnya.
Lebih dari 3.000 bibit bambu dan pohon-pohon lainnya akan ditanam selama kegiatan penghijauan ini. Bibit bambu sendiri disumbangkan oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL), yang selama 28 tahun telah mengkampanyekan bambu sebagai solusi lingkungan dan ekonomi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan. YBL bekerjasama dengan masyarakat setempat mengelola tiga buah fasilitas pembibitan bambu di Kintamani, yaitu di kawasan Pura Jati, Tabu dan Alengkong.
"Kontribusi 3.000 bibit bambu ini merupakan peran serta kami dalam melindungi kawasan hulu DAS Ayung," ungkap Manajer Program Yayasan Bambu Lestari, Wiwien Windarti.
Bambu, lanjut Wiwien, adalah tanaman yang sangat tepat untuk digunakan dalam upaya perlindungan air serta restorasi lahan kritis. "Bambu mampu tumbuh di lahan yang rusak, jaringan akarnya mampu menstabilkan tanah miring sehingga mencegah longsor dan erosi, dua masalah yang kerap menimpa DAS, dan yang terpenting, satu rumpun bambu mampu menyimpan hingga 5.000 liter air per tahun," paparnya.
KPH Bali Timur sendiri saat ini memelihara Kawasan Hutan seluas 20.884,19 hektare yang tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Bangli dan Karangasem. Pada tahun 2020 lalu pihaknya telah melakukan upaya rehabilitasi lahan kritis seluas 1.400 hektare dengan rincian 1.100 hektare di luar kawasan dan 300 hektare di dalam kawasan dengan dengan jumlah tanaman sebanyak 420.000 pohon yang terdiri dari berbagai jenis bibit yakni Albisia sebanyak 308.000 pohon, Ampupu sebanyak 17.000 pohon, bibit buah Alpukat sebanyak 36.000 pohon, bibit pohon Nangka 21.000 pohon, Mahoni 10.000 pohon, Mente 6.000 pohon, Durian 500 pohon, Gmelina 38.000 pohon dan Kanjiman 2.000 pohon. Bibit tersebut diadakan dengan sumber pembiayaan dari APBN 2020 melalui Kementerian KLHK.
Pemilihan jenis tanaman ini merupakan implementasi perencanaan partisipatif, dengan harapan dapat menumbuhkan semangat dan inovasi masyarakat di dalam penanaman. Pelibatan masyarakat dalam pemilihan jenis tanaman tanaman keras, maupun tanaman MPTS/HHBK, dimaksudkan agar pelaksanaan RHL berhasil.
Komentar