Warga Diingatkan Gunung Batur Bisa Sewaktu-waktu Meletus
Warga Bangli diingatkan, Gunung Batur di Kintamani bisa sewaktu-waktu meletus.
BANGLI, NusaBali
Kapan itu terjadi, tidak bisa dipastikan. Namun potensi erupsi itu jelas ada. Apalagi status gunung dengan tinggi 1.717 meter di atas permukaan laut itu berstatus gunung api aktif. Pemahaman itulah yang perlu diketahui masyarakat, sehingga bisa melakukan antisipasi jika bencana (gunung meletus) terjadi. Dengan demikian risiko bencana bisa ditanggulangi.
Hal tersebut terungkap di sela-sela pembentukan Forum Penangggulangan Risiko Bencana (FPRB) Bangli di Gedung Bakti Mukti Bukti (BMB) Kantor Bupati Bangli, Rabu (30/11). “Bencana itu tidak bisa ditebak,” ujar Ketua Forum PRB Bali I Gede Sudiarta. Dia menyebut beberapa hal yang mesti menjadi konsentrasi di Bangli sebagai salah satu daerah yang rawan bencana alam, karena kondisi geografisnya. Termasuk ancaman letusan Gunung Batur. “Apalagi Gunung Batur masih merupakan gunung api aktif,” tandas Sudiarta, yang juga tenaga ahli di BPBD Provinsi Bali.
Sudiarta memaparkan sejumlah hal terkait kebencanaan yang bisa dipicu berbagai sebab, seperti gempa akibat pergerakan lempengan, letusan gunung api, dan jenis ancaman bencana lainnya. Dalam hal inilah mengapa perlu ada forum penanggulangan risiko bencana, sebagai wadah di luar pemerintah yang konsern terhadap kebencanaan, termasuk memberi pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebencanaan. “Mereka yang gabung di FPRB benar-benar siap ngayah dalam arti sebenarnya,” ucap Sudiarta.
Sebelumnya Kepala BPBD Bangli I Wayan Karmawan menyatakan hal senada. Dikatakan karena kondisi geografis yang rawan bencana itulah, perlu ada partner pemkab dalam hal ini BPBD, untuk melakukan berbagai langkah, untuk menanggulangi ancaman risiko kebencanaan. Dikatakan, FPRB dibentuk memang karena faktor kebutuhan. “Karena daerah kita yang rawan bencana,” jelas Karmawan.
Terpilih sebagai Ketua FPRB Bangli I Gede Widiarta, asal Batur, Kintamani. “ Selama ini teman- teman memang sudah ikut melakukan penanggulangan secara informal, secara pribadi-pribadi,” kata Widiarta, yang seorang pengusaha. Setelah terbentuk FPRB Bangli, tentu akan lebih terkoordinir lagi penanganan berbagai hal menyangkut kebencanaan. “Ada dua hal yang kami nilai paling rawan di Bangli, tanah longsor dan pohon tumbang,” ujar Widiarta. Dua hal itulah yang akan menjadi fokus penanggulangan FPRB Bangli. Pembentukan FPRB dihadiri para perbekel, para camat se-Bangli, dari pihak Kodim dan Polres Bangli, dan yang lainnya. * k17
Hal tersebut terungkap di sela-sela pembentukan Forum Penangggulangan Risiko Bencana (FPRB) Bangli di Gedung Bakti Mukti Bukti (BMB) Kantor Bupati Bangli, Rabu (30/11). “Bencana itu tidak bisa ditebak,” ujar Ketua Forum PRB Bali I Gede Sudiarta. Dia menyebut beberapa hal yang mesti menjadi konsentrasi di Bangli sebagai salah satu daerah yang rawan bencana alam, karena kondisi geografisnya. Termasuk ancaman letusan Gunung Batur. “Apalagi Gunung Batur masih merupakan gunung api aktif,” tandas Sudiarta, yang juga tenaga ahli di BPBD Provinsi Bali.
Sudiarta memaparkan sejumlah hal terkait kebencanaan yang bisa dipicu berbagai sebab, seperti gempa akibat pergerakan lempengan, letusan gunung api, dan jenis ancaman bencana lainnya. Dalam hal inilah mengapa perlu ada forum penanggulangan risiko bencana, sebagai wadah di luar pemerintah yang konsern terhadap kebencanaan, termasuk memberi pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebencanaan. “Mereka yang gabung di FPRB benar-benar siap ngayah dalam arti sebenarnya,” ucap Sudiarta.
Sebelumnya Kepala BPBD Bangli I Wayan Karmawan menyatakan hal senada. Dikatakan karena kondisi geografis yang rawan bencana itulah, perlu ada partner pemkab dalam hal ini BPBD, untuk melakukan berbagai langkah, untuk menanggulangi ancaman risiko kebencanaan. Dikatakan, FPRB dibentuk memang karena faktor kebutuhan. “Karena daerah kita yang rawan bencana,” jelas Karmawan.
Terpilih sebagai Ketua FPRB Bangli I Gede Widiarta, asal Batur, Kintamani. “ Selama ini teman- teman memang sudah ikut melakukan penanggulangan secara informal, secara pribadi-pribadi,” kata Widiarta, yang seorang pengusaha. Setelah terbentuk FPRB Bangli, tentu akan lebih terkoordinir lagi penanganan berbagai hal menyangkut kebencanaan. “Ada dua hal yang kami nilai paling rawan di Bangli, tanah longsor dan pohon tumbang,” ujar Widiarta. Dua hal itulah yang akan menjadi fokus penanggulangan FPRB Bangli. Pembentukan FPRB dihadiri para perbekel, para camat se-Bangli, dari pihak Kodim dan Polres Bangli, dan yang lainnya. * k17
1
Komentar