Longsor di Munduk, Satu Rumah Hancur
Sebuah rumah milik Nyoman Srida, 71, warga Banjar Dinas Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng hancur tertimpa longsoran senderan jalan sepanjang 10 meter yang ada di atas rumahnya pada Selasa (29/11) sore.
SINGARAJA, NusaBali
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian sekitar pukul 17.00 Wita tersebut. Srida hanya mengalami kerugian material atas rusaknya rumah semi permanen yang dibangunnya dua tahun yang lalu.
Sebelum kejadian di wilayah Bajar Dinas Tamblingan memang terjadi hujan deras yang mengguyur sejak pagi hingga sore hari. Saat hujan mulai mereda, tiba-tiba saja senderan jalan jebol dan menimpa sebagian rumah Srida yang lima meter ada di bawahnya. Kejadian pastinya pun tidak diketahui langsung oleh Srida dan istrinya Wayan Duduk, 60, yang biasanya tinggal di rumah itu.
Ia mengaku saat itu sedang pergi ke kebun yang berjarak tiga kilometer dari rumahnya untuk mencari pakan ternak kambingnya. “Saya biasa ke kebun pagi dan baru pulang sore. Saat itu juga sedang cari rumput untuk kambing saya,” ujar Srida yang ditemui NusaBali di rumah anaknya yang berlokasi tidak jauh dari rumah korban yang rusak, Rabu (30/11) kemarin.
Ia pun mengaku baru mengetahui kejadian tersebut setelah datang dari kebun bersama istrinya Duduk. Saat memasuki jalan dekat rumahnya ia sudah menyaksikan banyak orang berdiri di jalan di atas rumahnya. Benar saja begitu tampak dekat ia menyaksikan sebagian rumahnya sudah tertutupi dengan material longsor.
Tembok rumahnya yang terdiri dari satu kamar, jebol, begitu juga bangunan dapur yang berdinding kayu. Atas kejadian tersebut, pihaknya dibantu dengan anak-anaknya, mencoba masuk ke dalam kamar untuk menyelamatkan barang yang selamat. Kejadian tersebut pun mengakibatkannya untuk mengungsi ke rumah anak terakhirnya Ketut Santika yang berlokasi kurang lebih lima ratus meter dari lokasi kejadian longsor.
Srida pun mengaku untuk sementara masih tetap tinggal bersama anaknya, karena ia tidak memiliki cukup uang untuk membangun rumahnya yang rusak. Selama dua tahun terakhir, Srida tinggal dirumahnya yang terkena longsor. Namun tidak jarang ia kembali tidur ke rumah anak-anaknya yang berada di sebelah utara lokasi longsor, sata hujan turun deras.
“Memang takut tidur di sana kalau hujan deras, karena memang derah itu rawan longsor,” ungkap dia. Apalagi setahun terakhir terjadi pelebaran jalan desa yang ada di atas rumahnya. Proyek pelebaran jalan tersebut pun menjalani proses penyenderan yang kini menimpa rumah Srida.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Made Subur, mengatakan langsung melakukan penjajagan ke rumah korban dengan memberikan bantuan sembako. Untuk proses evakuasinya pihaknya masih mengkordinasikannya dengan pihak desa. “Anggota kami sudah ke lokasi sementara kami baru bantu sembako dulu, selanjutnya masih berkoordinasi pada pihak desa,” ujar dia. *k23
Sebelum kejadian di wilayah Bajar Dinas Tamblingan memang terjadi hujan deras yang mengguyur sejak pagi hingga sore hari. Saat hujan mulai mereda, tiba-tiba saja senderan jalan jebol dan menimpa sebagian rumah Srida yang lima meter ada di bawahnya. Kejadian pastinya pun tidak diketahui langsung oleh Srida dan istrinya Wayan Duduk, 60, yang biasanya tinggal di rumah itu.
Ia mengaku saat itu sedang pergi ke kebun yang berjarak tiga kilometer dari rumahnya untuk mencari pakan ternak kambingnya. “Saya biasa ke kebun pagi dan baru pulang sore. Saat itu juga sedang cari rumput untuk kambing saya,” ujar Srida yang ditemui NusaBali di rumah anaknya yang berlokasi tidak jauh dari rumah korban yang rusak, Rabu (30/11) kemarin.
Ia pun mengaku baru mengetahui kejadian tersebut setelah datang dari kebun bersama istrinya Duduk. Saat memasuki jalan dekat rumahnya ia sudah menyaksikan banyak orang berdiri di jalan di atas rumahnya. Benar saja begitu tampak dekat ia menyaksikan sebagian rumahnya sudah tertutupi dengan material longsor.
Tembok rumahnya yang terdiri dari satu kamar, jebol, begitu juga bangunan dapur yang berdinding kayu. Atas kejadian tersebut, pihaknya dibantu dengan anak-anaknya, mencoba masuk ke dalam kamar untuk menyelamatkan barang yang selamat. Kejadian tersebut pun mengakibatkannya untuk mengungsi ke rumah anak terakhirnya Ketut Santika yang berlokasi kurang lebih lima ratus meter dari lokasi kejadian longsor.
Srida pun mengaku untuk sementara masih tetap tinggal bersama anaknya, karena ia tidak memiliki cukup uang untuk membangun rumahnya yang rusak. Selama dua tahun terakhir, Srida tinggal dirumahnya yang terkena longsor. Namun tidak jarang ia kembali tidur ke rumah anak-anaknya yang berada di sebelah utara lokasi longsor, sata hujan turun deras.
“Memang takut tidur di sana kalau hujan deras, karena memang derah itu rawan longsor,” ungkap dia. Apalagi setahun terakhir terjadi pelebaran jalan desa yang ada di atas rumahnya. Proyek pelebaran jalan tersebut pun menjalani proses penyenderan yang kini menimpa rumah Srida.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Made Subur, mengatakan langsung melakukan penjajagan ke rumah korban dengan memberikan bantuan sembako. Untuk proses evakuasinya pihaknya masih mengkordinasikannya dengan pihak desa. “Anggota kami sudah ke lokasi sementara kami baru bantu sembako dulu, selanjutnya masih berkoordinasi pada pihak desa,” ujar dia. *k23
1
Komentar