Ribuan Pohon Cengkih di Rehabilitasi
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 2.500 pohon cengkih di 10 desa di 3 kecamatan wilayah Kabupaten Buleleng direhabilitasi dari total 8.086 hektar luas tanam di Kabupaten Buleleng.
Pohon cengkih lama yang sudah tidka produktif dan terserang penyakit diganti dengan tanaman cengkih baru. Pohon cengkih pengganti diinovasikan dalam bentuk cengkih grafting.
Sepuluh desa yang disasar dalam pilot project pengembangan cengkih grafting yakni Desa Gobleng, Munduk, Gesing, Banyuatis, Tigawasa, Kayuputih dan Banyuseri di Kecamatan Banjar, Desa Umajero dan Tista di Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan di Kecamatan Seririt.
Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta Minggu (21/3) kemarin menjelaskan tanaman cengkih grafting diuji cobakan pertama di tahun 2020 lalu. Tanaman cengkih pada bagian bawahnya menggunakan pohon banji yang bersifat rakus akan unsur hara dan tahan dengan kekerangan. Sedangkan bagian atasnya menggunakan tanaman cengkih biasa. Cengkih grafting ini dikembangkan dengan harapan dapat bertahan dari serangan Jamur Akar Putih (JAP) musuh utama tanaman cengkih saat ini dan hasil produksi yang lebih maksimal.
“Cengkih grafting ini memang baru kami kembangkan tahun lalu ada di 10 desa di kecamatan Busungbiu, Seririt, paling banyak di Kecamatan Banjar. Total ada 2.500 pohon sebagai pilot project, masing-masing desa dapat 250 pohon,” jelas Sumiarta.
Cengkih grafting juga disiapkan Dinas Pertanian dengan perlakuan khusus. Salah satunya dnegan pemberlakuan pemangkasan, sehingga tanaman cengkih yang berkembang tak lebih memiliki tinggi 5 meter.
Menurut Kadis Sumiarta hal itu dipertimbangkan setelah melakukan analisis masalah petani cengkih lima tahun belakangan. Selain penanganan serangan JAP cukup berat, masalah yang tengah dihadapi petani adalah ongkos petik cengkih yang cukup menguras biaya produksi.
Besaran ongkos panen cengkih itu ditetapkan berdasarkan tinggi pohon cengkih petani yang rata-rata minimalnya mencapai 10 meter. Sehingga tukang petik cengkih memasang upah yang cukup tinggi setimpal dengan keselamatan kerja mereka.
Jika saat ini ongkos petik cengkih harian bisa mencapai Rp 100-125 ribu per hari, atau Rp 25 ribu per kilogram jika menggunakan sistem borongan. Upah tenaga petik cengkih ini jelas akan membuat biaya produksi cukup tinggi, dengan harga cengkih kisaran Rp 70 ribu per kilogramnya.
“Sebenarnya dengan harga Rp 60-70 ribu per kilogram petani masih mendapatkan untung, tetapi dengan tingginya biaya petik cengkih ini yang membuat petani kelabakan dan untung tipis,” jelas Sumiarta.
Dengan sistem pemangkasan pada cengkih grafting yang diuji cobakan di sepuluh desa diharapkan kedepannya petani cengkih dapat memanen cengkihnya sendiri. Sehingga dapat menekan biaya operasional. *k23
Sepuluh desa yang disasar dalam pilot project pengembangan cengkih grafting yakni Desa Gobleng, Munduk, Gesing, Banyuatis, Tigawasa, Kayuputih dan Banyuseri di Kecamatan Banjar, Desa Umajero dan Tista di Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan di Kecamatan Seririt.
Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta Minggu (21/3) kemarin menjelaskan tanaman cengkih grafting diuji cobakan pertama di tahun 2020 lalu. Tanaman cengkih pada bagian bawahnya menggunakan pohon banji yang bersifat rakus akan unsur hara dan tahan dengan kekerangan. Sedangkan bagian atasnya menggunakan tanaman cengkih biasa. Cengkih grafting ini dikembangkan dengan harapan dapat bertahan dari serangan Jamur Akar Putih (JAP) musuh utama tanaman cengkih saat ini dan hasil produksi yang lebih maksimal.
“Cengkih grafting ini memang baru kami kembangkan tahun lalu ada di 10 desa di kecamatan Busungbiu, Seririt, paling banyak di Kecamatan Banjar. Total ada 2.500 pohon sebagai pilot project, masing-masing desa dapat 250 pohon,” jelas Sumiarta.
Cengkih grafting juga disiapkan Dinas Pertanian dengan perlakuan khusus. Salah satunya dnegan pemberlakuan pemangkasan, sehingga tanaman cengkih yang berkembang tak lebih memiliki tinggi 5 meter.
Menurut Kadis Sumiarta hal itu dipertimbangkan setelah melakukan analisis masalah petani cengkih lima tahun belakangan. Selain penanganan serangan JAP cukup berat, masalah yang tengah dihadapi petani adalah ongkos petik cengkih yang cukup menguras biaya produksi.
Besaran ongkos panen cengkih itu ditetapkan berdasarkan tinggi pohon cengkih petani yang rata-rata minimalnya mencapai 10 meter. Sehingga tukang petik cengkih memasang upah yang cukup tinggi setimpal dengan keselamatan kerja mereka.
Jika saat ini ongkos petik cengkih harian bisa mencapai Rp 100-125 ribu per hari, atau Rp 25 ribu per kilogram jika menggunakan sistem borongan. Upah tenaga petik cengkih ini jelas akan membuat biaya produksi cukup tinggi, dengan harga cengkih kisaran Rp 70 ribu per kilogramnya.
“Sebenarnya dengan harga Rp 60-70 ribu per kilogram petani masih mendapatkan untung, tetapi dengan tingginya biaya petik cengkih ini yang membuat petani kelabakan dan untung tipis,” jelas Sumiarta.
Dengan sistem pemangkasan pada cengkih grafting yang diuji cobakan di sepuluh desa diharapkan kedepannya petani cengkih dapat memanen cengkihnya sendiri. Sehingga dapat menekan biaya operasional. *k23
Komentar