Ditemukan Lagi Pecahan Gerabah Dalam Goa Misterius
Puluhan warga Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Buleleng terus berupaya mengungkap keberadaan goa misterius yang ditemukan di sebelah selatan Pura Lebah.
SINGARAJA, NusaBali
Dalam penggalian hari kedua yang diawasi langsung tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar, Rabu (30/11), kembali ditemukan pecahan gerabah di dalam goa. Sehari sebelumnya, juga ditemukan dua artefak berupa patuk (alat perudagian berbahan besi) dan pis bolong (uang kepeng) asli China.
Proses penggalian hari kedua goa misterius, Rabu kemarin, dimulai sejak pagi pukul 08.00 Wita hingga sore pukul 16.00 Wita. Proses penggalian hari kedua berbeda dengan sehari sebelumnya, Selasa (29/11). Kali ini, penggalian menggunakan teknik semprotan air untuk membersihkan tanah di dalam goa. Saat penggalian itulah ditemukan sejumlah pecahan gerabah, yang diyakini berusia cukup tua.
Koordinator Tim Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, I Wayan Suantika, mengatakan pihaknya telah melihat dan meneliti bahan serta material yang ada di dalam goa misterius. Material goa terdiri dari batu kali dan batu apung, yang merupakan barang kiriman karena bencana alam. Termasuk seluruh tanah yang memenuhi goa selama ini.
“Memang ditemukan sejumlah artefak dan juga pecahan gerabah. Tapi, karena goa ini positif tertutup akibat bencana banjir, kami tidak berani memastikan temuan benda tersebut. Sebab, benda-benda yang ditemukan di dalam gua merupakan benda yang terbawa banjir,” ujar Wayan Santika di goa misterius yang berlokasi di wilayah Banjar Sabi, Desa Suwug, Rabu kemarin.
Selama dua hari penggalian, krama Desa Suwug didampingi tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar telah berhasil melakukan penggalian sepanjang 12 meter ke dalam goa. Namun, dari penelitian sementara, tidak ada ditemukan tanda-tanda budaya manusia di dalam goa, seperti tempat pertapaan dan pemujaan.
Menurut Santika, memang sempat ditemukan pis bolong asli China berdiameter 2 cm, yang diyakini berasal dari ke 15-16. Namun, tim arkeolog belum berani memastikan asal-usul pis bolong bertuliskan China tersebu, karena semua materi yang ada di dalam goa merupakan kiriman bencana banjir.
Begitu pula dengan patuk besi sepanjang 22 cm, dengan lebar 3 cm dan tebal 2 cm, menurut Santika, merupakan benda yang biasa digunakan para undagi. Bahan utama dari besi menandakan patuk tersebut dibuat di zaman modern. “Keaslian posisi benda sangat berpengaruh terhadap perkiraan penilitian,” tegas Santika.
Santika menegaskan, kesimpulan sementara tim peneliti Balai Arkeologi Denpasar, goa misterius yang ditemukan di Desa Suwug ini dibuat manusia pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945), sebagai tempat perlindungan. Selanjutnya, kata Santika, Balai Arkeologi Denpasar menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Desa Suwug apakah akan melanjutkan penggalian atau dihentikan.
Begitu pula dengan benda-benda tinggalan berupa artefak yang ditemukan saat peng-galian, akan diserahkan kepada pihak desa untuk dimanfaatkan sedemikian rupa. Tapi, kata Santika, pihaknya juga berharap penggalian goa dapat diteruskan, sehingga ke depannya dapat dimanfaatkan dan sekaligus untuk menghargai karya leluhur Desa Suwug, yang telah bekerja keras untuk membangun goa sebagai tempat perlindungan.
Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Suwug, I Wayan Nawa, mengatakan pihaknya bersama masyarakat setempat akan terus melakukan penggalian, sehingga nanti ditemukan ujung goa. Dengan demikian, diharapkan keraguannya selama ini tentang keberadaan goa misterius tersebut dapat terjawab. “Siapa tahu setelah digali lagi, ada petunjuk. Bagaimana pun, goa ini adalah hasil karya leluhur kami yang sebenarnya harus dilestarikan,” tandas Bendesa Wayan Nawa kepada NusaBali di lokasi goa yang tingginya mencapai 1,8 meter dengan lebar 1,7 meter ini. * k23
Dalam penggalian hari kedua yang diawasi langsung tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar, Rabu (30/11), kembali ditemukan pecahan gerabah di dalam goa. Sehari sebelumnya, juga ditemukan dua artefak berupa patuk (alat perudagian berbahan besi) dan pis bolong (uang kepeng) asli China.
Proses penggalian hari kedua goa misterius, Rabu kemarin, dimulai sejak pagi pukul 08.00 Wita hingga sore pukul 16.00 Wita. Proses penggalian hari kedua berbeda dengan sehari sebelumnya, Selasa (29/11). Kali ini, penggalian menggunakan teknik semprotan air untuk membersihkan tanah di dalam goa. Saat penggalian itulah ditemukan sejumlah pecahan gerabah, yang diyakini berusia cukup tua.
Koordinator Tim Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, I Wayan Suantika, mengatakan pihaknya telah melihat dan meneliti bahan serta material yang ada di dalam goa misterius. Material goa terdiri dari batu kali dan batu apung, yang merupakan barang kiriman karena bencana alam. Termasuk seluruh tanah yang memenuhi goa selama ini.
“Memang ditemukan sejumlah artefak dan juga pecahan gerabah. Tapi, karena goa ini positif tertutup akibat bencana banjir, kami tidak berani memastikan temuan benda tersebut. Sebab, benda-benda yang ditemukan di dalam gua merupakan benda yang terbawa banjir,” ujar Wayan Santika di goa misterius yang berlokasi di wilayah Banjar Sabi, Desa Suwug, Rabu kemarin.
Selama dua hari penggalian, krama Desa Suwug didampingi tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar telah berhasil melakukan penggalian sepanjang 12 meter ke dalam goa. Namun, dari penelitian sementara, tidak ada ditemukan tanda-tanda budaya manusia di dalam goa, seperti tempat pertapaan dan pemujaan.
Menurut Santika, memang sempat ditemukan pis bolong asli China berdiameter 2 cm, yang diyakini berasal dari ke 15-16. Namun, tim arkeolog belum berani memastikan asal-usul pis bolong bertuliskan China tersebu, karena semua materi yang ada di dalam goa merupakan kiriman bencana banjir.
Begitu pula dengan patuk besi sepanjang 22 cm, dengan lebar 3 cm dan tebal 2 cm, menurut Santika, merupakan benda yang biasa digunakan para undagi. Bahan utama dari besi menandakan patuk tersebut dibuat di zaman modern. “Keaslian posisi benda sangat berpengaruh terhadap perkiraan penilitian,” tegas Santika.
Santika menegaskan, kesimpulan sementara tim peneliti Balai Arkeologi Denpasar, goa misterius yang ditemukan di Desa Suwug ini dibuat manusia pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945), sebagai tempat perlindungan. Selanjutnya, kata Santika, Balai Arkeologi Denpasar menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Desa Suwug apakah akan melanjutkan penggalian atau dihentikan.
Begitu pula dengan benda-benda tinggalan berupa artefak yang ditemukan saat peng-galian, akan diserahkan kepada pihak desa untuk dimanfaatkan sedemikian rupa. Tapi, kata Santika, pihaknya juga berharap penggalian goa dapat diteruskan, sehingga ke depannya dapat dimanfaatkan dan sekaligus untuk menghargai karya leluhur Desa Suwug, yang telah bekerja keras untuk membangun goa sebagai tempat perlindungan.
Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Suwug, I Wayan Nawa, mengatakan pihaknya bersama masyarakat setempat akan terus melakukan penggalian, sehingga nanti ditemukan ujung goa. Dengan demikian, diharapkan keraguannya selama ini tentang keberadaan goa misterius tersebut dapat terjawab. “Siapa tahu setelah digali lagi, ada petunjuk. Bagaimana pun, goa ini adalah hasil karya leluhur kami yang sebenarnya harus dilestarikan,” tandas Bendesa Wayan Nawa kepada NusaBali di lokasi goa yang tingginya mencapai 1,8 meter dengan lebar 1,7 meter ini. * k23
Komentar