Puluhan Pamangku dan Srati Ikuti Penataran Yadnya
SEMARAURA, NusaBali
Pengurus Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) Pusat menggelar penataran agama Hindu khususnya yadnya bagi pamangku dan serati PPSAKK se-Bali tahun 2021.
Penataran ini juga untuk menambah pengetahuan, meningkatkan spiritualitas, dan merajut pasemetonan. Kegiatan dilaksanakan di Wantilan Pura Kawitan Pedharman Dalem Tugu, Desa Gelgel, Klungkung, Minggu (21/3).
Ketua Umum PPSAKK Pusat Prof Dr I Ketut Mertha SH MHum, mengatakan kegiatan ini mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Tujuannya, agar pengalaman yang didapat para pamangku dan serati dapat disinergikan dengan nilai-nilai agama, nilai filosofi, dan tatwa agama Hindu. ‘’Materinya tentu didasari kitab suci weda, etika dan tatwa," ucapnya.
Penataran diikuti 90 pamangku dan srati dari dadia lingkup PPSAKK se-Bali. Penataran ini rutin setiap tahun dan menjadi agenda tahunan PPSAKK Pusat.
Prof Mertha mencontohkan, pamangku dan serati agar memahami Caru Ekasata, apa saja bantennya, tata letak, mantra, pelaksanaan dan sebagainya. ‘’Sehingga jelas maksud dan tujuannya, tidak berdasarkan mula keto,’’ ujarnya.
Hadir, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet selaku Bendesa Agung MDA Bali. Dia mengatakan, penataran pamangku dan serati ini bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga Hindu Bali. "Saya berharap pamangku dan serati pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin ini menjaga Hindu Bali di seluruh nusantara dan dunia," ucapnya.
Kepala Bidang Mental dan Spiritual Prof Dr I Nengah Duija mengatakan para pamangku dan serati menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan agama di tingkat bawah, setelah sulinggih. ‘’Makanya, kami adakan penataran ini setiap tahun sekali,’’ ujar mantan Rektor IHDN Denpasar ini.
Salah satu peserta, Jero Mangku (JM) Brigjen Pol Drs I Putu Gede Suastawa SH mengatakan, kegiatan ini sangat bagus karena dapat meningkatkan pengetahuan kepamangkuan. Dia juga menjadi pembicara dengan materi konsep ketuhanan Hindu, konsep banten yang tertuang dalam Bhagawangita, Sarasamuscaya dan Lontar Yadnya Pekerti di Bali. "Bagaimana sepatutnya jadi pamangku yang memiliki etika," ucap pamangku yang juga Kepala BNN Bali ini.
I Wayan Suparta, Kelian Gede Pura Dalem Tugu, Kawitan Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin mengatakan, pentaran ini juga untuk menyamakan persepsi kepamangkuan guna memperkuat pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin se-Bali. ‘’Agar tidak terjerumus ke aliran yang saat ini banyak berkembang,’’ ujarnya. *rez
Ketua Umum PPSAKK Pusat Prof Dr I Ketut Mertha SH MHum, mengatakan kegiatan ini mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Tujuannya, agar pengalaman yang didapat para pamangku dan serati dapat disinergikan dengan nilai-nilai agama, nilai filosofi, dan tatwa agama Hindu. ‘’Materinya tentu didasari kitab suci weda, etika dan tatwa," ucapnya.
Penataran diikuti 90 pamangku dan srati dari dadia lingkup PPSAKK se-Bali. Penataran ini rutin setiap tahun dan menjadi agenda tahunan PPSAKK Pusat.
Prof Mertha mencontohkan, pamangku dan serati agar memahami Caru Ekasata, apa saja bantennya, tata letak, mantra, pelaksanaan dan sebagainya. ‘’Sehingga jelas maksud dan tujuannya, tidak berdasarkan mula keto,’’ ujarnya.
Hadir, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet selaku Bendesa Agung MDA Bali. Dia mengatakan, penataran pamangku dan serati ini bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga Hindu Bali. "Saya berharap pamangku dan serati pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin ini menjaga Hindu Bali di seluruh nusantara dan dunia," ucapnya.
Kepala Bidang Mental dan Spiritual Prof Dr I Nengah Duija mengatakan para pamangku dan serati menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan agama di tingkat bawah, setelah sulinggih. ‘’Makanya, kami adakan penataran ini setiap tahun sekali,’’ ujar mantan Rektor IHDN Denpasar ini.
Salah satu peserta, Jero Mangku (JM) Brigjen Pol Drs I Putu Gede Suastawa SH mengatakan, kegiatan ini sangat bagus karena dapat meningkatkan pengetahuan kepamangkuan. Dia juga menjadi pembicara dengan materi konsep ketuhanan Hindu, konsep banten yang tertuang dalam Bhagawangita, Sarasamuscaya dan Lontar Yadnya Pekerti di Bali. "Bagaimana sepatutnya jadi pamangku yang memiliki etika," ucap pamangku yang juga Kepala BNN Bali ini.
I Wayan Suparta, Kelian Gede Pura Dalem Tugu, Kawitan Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin mengatakan, pentaran ini juga untuk menyamakan persepsi kepamangkuan guna memperkuat pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin se-Bali. ‘’Agar tidak terjerumus ke aliran yang saat ini banyak berkembang,’’ ujarnya. *rez
1
Komentar