Asita Bali Bidik 10 Juta Wisman di 2019
Bali harus bisa mendatangkan separo dari total 20 juta wisatawan mancanegara di Indonesia pada 2019.
DENPASAR, NusaBali
Kontribusi Bali dalam mendatangkan wisatawan ke Indonesia yang mencapai 40 hingga 50 persen, menjadi tantangan serius terutama dalam mewujudkan target pemerintah untuk mendatangkan 20 juta wisatawan di tahun 2019. Itu berarti, Bali harus siap dengan tantangan kontribusi 50 persen, atau setengah dari 20 juta itu dengan mendatangkan 10 juta wisatawan.
Hal itu diungkapkan Bagus Sudibya, anggota Penasihat Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Bali. "Kementerian Pariwisata Republik Indonesia mengembangkan 10 destinasi baru di luar Bali guna mencapai target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 mendatang. Bali sendiri memberikan kontribusi 40-50 persen, artinya porsi 10 juta dari 20 juta itu. Nah, bagaimana nanti strategi dan apa yang harus dilakukan, ini perlu banyak masukan," ujarnya saat jumpa pers Musda XIII Asita Bali, Kamis (1/12).
Wisman di Bali sendiri sepanjang 2015 lalu mencapai 4 juta.Menurut Sudibya, beberapa hal seperti kondisi infrastruktur yang sudah sering disinggung kurang memadai, kualitas SDM, hingga strategi dan jumlah promosi linear yang disesuaikan dengan target pemerintah. Karena itu, persoalan ini akan menjadi bahasan serius di dalam. Musyawarah Daerah (Musda) XIII Asita Bali, yang rencananya akan dilaksanakan pada 7 Desember 2016 mendatang.
Ketua Panitia Musda, Putu Winastra mengatakan, tema yang diambil dalam Musda kali ini yakni ‘Bali + 10 = 20’, memiliki makna bahwa Bali memiliki nilai 10 ditambah dengan 10 destinasi baru yang dikembangkan pemerintah untuk mewujudkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta orang tahun 2019.
"Walaupun menjadi barometer pariwisata Indonesia dengan lokomotif pariwisata budaya, Bali masih membutuhkan perhatian khusus seperti promosi, peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia," katanya.
Selain pemilihan ketua Asita baru, dalam Musda tersebut akan membahas beberapa persoalan yang ditemui oleh Asita Bali seperti tumbuhnya bisnis ilegal, dan keberlanjutan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) ke depan, termasuk bisnis agen perjalanan online kerapkali ditemui di lapangan.
Ketua Asita Bali, Ketut Ardana mengungkapkan, agen Perjalanan Wisata di Provinsi Bali kini mulai memanfaatkan peluang bisnis dalam jaringan (daring) untuk menyiasati maraknya agen perjalanan wisata online. Kendati demikian, dia optimistis agen perjalanan wisata konvensional masih tetap diminati terutama bagi pelancong grup atau dalam jumlah banyak. "Kami akan jalani dua-duanya karena masyarakat yang melakukan perjalanan wisata itu memerlukan sentuhan atau bantuan manusia juga," katanya.
Menurut dia, setiap perusahaan agen perjalanan wisata yang memiliki laman atau website, mengembangkan paket wisata dalam jaringan yang bisa dipilih langsung konsumen. "Kami harus kreatif, digital bukan berarti akan merugikan atau membunuh usaha tetapi kami ambil peluangnya, kesempatan dan kekuatannya," kata Ketut Ardana.
Menurut dia, meski marak agen perjalanan wisata dalam jaringan namun ia optimistis agen perjalanan wisata konvensional masih tetap diminati terutama bagi pelancong grup atau dalam jumlah banyak. "Kami akan jalani dua-duanya karena masyarakat yang melakukan perjalanan wisata itu memerlukan sentuhan atau bantuan manusia juga," ucapnya.
Sedangkan pelancong individual atau keluarga, mereka masih memungkinkan diakomodir oleh agen biro perjalanan dalam jaringan. "Untuk itu kami harus pintar-pintar, masing-masing perusahaan ada strateginya ketika digital masuk, bagaimana menyiasatinya," katanya. *in
Hal itu diungkapkan Bagus Sudibya, anggota Penasihat Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Bali. "Kementerian Pariwisata Republik Indonesia mengembangkan 10 destinasi baru di luar Bali guna mencapai target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 mendatang. Bali sendiri memberikan kontribusi 40-50 persen, artinya porsi 10 juta dari 20 juta itu. Nah, bagaimana nanti strategi dan apa yang harus dilakukan, ini perlu banyak masukan," ujarnya saat jumpa pers Musda XIII Asita Bali, Kamis (1/12).
Wisman di Bali sendiri sepanjang 2015 lalu mencapai 4 juta.Menurut Sudibya, beberapa hal seperti kondisi infrastruktur yang sudah sering disinggung kurang memadai, kualitas SDM, hingga strategi dan jumlah promosi linear yang disesuaikan dengan target pemerintah. Karena itu, persoalan ini akan menjadi bahasan serius di dalam. Musyawarah Daerah (Musda) XIII Asita Bali, yang rencananya akan dilaksanakan pada 7 Desember 2016 mendatang.
Ketua Panitia Musda, Putu Winastra mengatakan, tema yang diambil dalam Musda kali ini yakni ‘Bali + 10 = 20’, memiliki makna bahwa Bali memiliki nilai 10 ditambah dengan 10 destinasi baru yang dikembangkan pemerintah untuk mewujudkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta orang tahun 2019.
"Walaupun menjadi barometer pariwisata Indonesia dengan lokomotif pariwisata budaya, Bali masih membutuhkan perhatian khusus seperti promosi, peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia," katanya.
Selain pemilihan ketua Asita baru, dalam Musda tersebut akan membahas beberapa persoalan yang ditemui oleh Asita Bali seperti tumbuhnya bisnis ilegal, dan keberlanjutan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) ke depan, termasuk bisnis agen perjalanan online kerapkali ditemui di lapangan.
Ketua Asita Bali, Ketut Ardana mengungkapkan, agen Perjalanan Wisata di Provinsi Bali kini mulai memanfaatkan peluang bisnis dalam jaringan (daring) untuk menyiasati maraknya agen perjalanan wisata online. Kendati demikian, dia optimistis agen perjalanan wisata konvensional masih tetap diminati terutama bagi pelancong grup atau dalam jumlah banyak. "Kami akan jalani dua-duanya karena masyarakat yang melakukan perjalanan wisata itu memerlukan sentuhan atau bantuan manusia juga," katanya.
Menurut dia, setiap perusahaan agen perjalanan wisata yang memiliki laman atau website, mengembangkan paket wisata dalam jaringan yang bisa dipilih langsung konsumen. "Kami harus kreatif, digital bukan berarti akan merugikan atau membunuh usaha tetapi kami ambil peluangnya, kesempatan dan kekuatannya," kata Ketut Ardana.
Menurut dia, meski marak agen perjalanan wisata dalam jaringan namun ia optimistis agen perjalanan wisata konvensional masih tetap diminati terutama bagi pelancong grup atau dalam jumlah banyak. "Kami akan jalani dua-duanya karena masyarakat yang melakukan perjalanan wisata itu memerlukan sentuhan atau bantuan manusia juga," ucapnya.
Sedangkan pelancong individual atau keluarga, mereka masih memungkinkan diakomodir oleh agen biro perjalanan dalam jaringan. "Untuk itu kami harus pintar-pintar, masing-masing perusahaan ada strateginya ketika digital masuk, bagaimana menyiasatinya," katanya. *in
Komentar