Dampak Pandemi Kos-kosan Mulai Turunkan Tarif
DENPASAR, NusaBali
Pemilik kos-kosan di Kota Denpasar mulai ramai-ramai menurunkan tarif sewa per bulan, karena dampak pamdemi Covid-19.
Hal itu dilakukan agar pemilik kos-kosan bisa memenuhi biaya operasional dan perawatan kos mereka yang lama kosong karena banyak karyawan dirumahkan dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Salah satu pemilik kos-kosan, I Wayan Merta di Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan saat dihubungi, Rabu (24/3) mengatakan selama masa pandemi dampak yang dirasakan cukup membuatnya harus berpikir keras. Sebab, kos-kosan yang dia miliki sebanyak 9 kamar awal pandemi Covid-19 hanya terisi 4 kamar saja saat ini.
Sehingga, Merta memilih untuk menurunkan harga yang dulunya Rp 550.000 menjadi Rp 450.000 per bulannya. "Sebelum masa pandemi Covid-19, harganya Rp 550.000 sampai Rp 450.000. Soalnya banyak yang di-PHK dan dirumahkan sehingga semua harus pulang kampung," jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, Merta mengaku susah mencari orang yang ngekos dengan alasan tidak ada biaya, sehingga dia memilih untuk menurunkan harga karena kasihan. Untuk saat ini yang masih kos kebanyakan orang yang bekerja di perhotelan. "Ada beberapa yang mau kos tapi setengah gaji, terpaksa saya turunkan kasihan juga kalau dipaksa bayar full masih serba susah seperti ini," imbuhnya.
Pemilik kos lainnya, I Gede Sumerta, yang memiliki kos-kosan di Jalan Sokasati, Banjar Abian Tubuh, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur mengatakan hal yang sama. Dia yang memiliki kos-kosan sebanyak 6 kamar dari awal pandemi sempat sepi. Sebab banyak penghuni kos yang memilih pulang kampung karena sudah tidak bekerja.
Bahkan dari awalnya kos kosong hanya butuh sehari dua hari sudah terisi lagi. Tetapi, saat ini untuk mengisi satu kamar butuh waktu 2-3 bulan. Bahkan, untuk menarik masyarakat untuk mau kos dia harus pasang plang. "Kos saya biasanya sehari dua hari sudah penuh nggak sampai pasang plang tapi sekarang pasang karena banyak yang kosong," ungkapnya.
Tetapi, menurut dia yang ngekos sebelumnya karyawan hotel otomatis dia harus pulang kampung. Nah kalau saat ini, penghuni kos merupakan pegawai supermarket jadi, mereka masih bisa memenuhi kebutuhan kosnya. "Saya sih belum menurunkan uang kosnya, kalau kos saya per bulan Rp 600.000. Tetapi sejak pandemi ada beberapa yang minta penundaan saya berikan karena kasihan dan tidak mau memaksakan," jelasnya.
Untuk beban operasional saat kos kosong, kedua pemilik kos ini memilih untuk menggunakan uang pribadinya dari hasil kerjanya di luar penghasilan kos. Tetapi dengan adanya keringanan yang diberikan, masih ada yang mau kos, sehingga beban operasional bisa dipenuhi untuk saat ini. *mis
1
Komentar